Identifikasi sistem Analisis Sistem Agroindustri Kerapu Budi Daya

46 Ketidaksesuaian antara demand dan supply ini mengakibatkan ketidakharmonisan yang berkepanjangan. Permasalahan lain yang menjadi perhatian bersama pelaku usaha dalam agroindustri perikanan budi daya kerapu adalah belum dikuasainya teknologi sehingga mengakibatkan rendahnya produktivitas dan kualitas produk. Pembenihan ikan kerapu masih mengeluhkan tingginya tingkat kematian mortality rate terhadap larva yang dihasilkan sehingga sering mengalami kerugian. Di sisi lain, pembudi daya sering mengeluhkan benih yang dibeli dari pembenihan banyak mengalami kematian karena kualitasnya yang kurang baik. Dalam transaksi jual beli ini belum ada perjanjian antara kedua belah pihak untuk menanggung bersama risiko kematian, sehingga pembudidaya sering mengalami kerugian. Permasalahan bersama ini perlu diatasi agar tidak menjadi penghambat bagi pengembangan agroindustri kerapu budi daya. Berkembangnya industri budi daya secara tidak langsung akan mengurangi terjadinya kerusakan terumbu karang akibat penangkapan ikan kerapu dengan cara-cara yang tidak ramah lingkungan. Bagi pemerintah, pengembangan agroindustri kerapu budi daya selain akan memberikan dampak ekonomi yaitu peningkatan pendapatan nelayanpetani ikan dan perolehan devisa, juga akan memberikan dampak kelestarian lingkungan yang penting bagi kelangsungan pembangunan dimasa yang akan datang.

5.1.3 Identifikasi sistem

Tahap selanjutnya dalam rancangbangun model dinamis pengelolaan agroindustri kerapu budi daya adalah identifikasi sistem. Dalam tahap ini dilakukan penggambaran diagram sebab-akibat causal loop diagram dan kotak gelap. Identifikasi sistem tersebut dilaksanakan dengan berdasarkan pada hasil analisis kebutuhan dan identifikasi permasalahan yang telah dilaksanakan pada tahap sebelumnya. Secara spesifik konsep diagram lingkar sebab-akibat untuk sistem pengelolaan agroindustri kerapu budi daya digambarkan pada Gambar 9, sedangkan konsep kotak gelap dijelaskan pada Gambar 10. 1 Causal loop Keterkaitan antar pelaku maupun kegiatan yang terlibat dalam sistem pengelolaan agroindustri kerapu budi daya berbasis budi daya dapat digambarkan 47 dalam diagram sebab-akibat causal loop diagram pada Gambar 9. Dalam penelitian ini perhatian utama ditujukan pada pemecahan permasalahan bersama yang diformulasikan pada tahap sebelumnya. Permasalahan utama tersebut adalah lemahnya keterkaitan antar rantai produksi pembenihan, pembudidayaan dan penanganan pascapanen dan rendahnya penguasaan teknologi, sehingga diagram sebab-akibat yang dibuat lebih berorientasi pada pendiskripsian permasalahan tersebut. Dalam diagram sebab-akibat tersebut terdapat 3 tiga subsistem, yaitu pembenihan, pembesaran, dan pascapanen yang dirangkai menjadi satu. Setiap subsistem memiliki struktur yang hampir serupa karena karakteristik kegiatannya hampir sama. Proses pengkonstruksian diagram sebab-akibat pada masing- masing subsistem dilakukan secara bertahap, yaitu tahap pengkonstruksian diagram sebab-akibat untuk aliran material dan diagram sebab untuk akibat aliran finansial. Diagram sebab-akibat aliran material untuk pembenihan ikan kerapu dimulai dari jumlah induk yang tersedia yang menentukan berapa jumlah benih yang dapat diproduksi. Tingkat produksi tersebut ditentukan juga oleh produktivitas induk. Selanjutnya tingkat produksi benih akan menentukan jumlah persediaan inventory benih yang juga dipengaruhi oleh jumlah penjualan. Besarnya inventory akan menentukan berapa jumlah benih yang harus diproduksi desired production. Desired production tersebut disamping dipengaruhi oleh besarnya inventory juga dipengaruhi oleh proyeksi ekspektasi permintaan benih yang diperhitungkan berdasarkan permintaan benih saat ini. Diagram sebab-akibat untuk aliran finansial pada subsistem pembenihan merupakan pentransferan aliran material ke nilai finansialnya. Besarnya produksi benih dikalikan dengan biaya produksi per unit benih akan menghasilkan perhitungan tentang biaya produksi. Demikian juga jumlah inventori dikalikan dengan biaya inventori per unit akan menentukan besarnya biaya inventori. Demikian juga dengan income pemasukan pembenihan merupakan perkalian dari angka penjualan dengan harga jual. Selanjutnya pengurangan antara pemasukan dengan biaya-biaya akan menghasilkan perhitungan tentang tingkat keuntungan profit yang diperoleh oleh subsistem pembenihan. 48 Tin g ka t p e rmin t a a n b e n ih Pro d u ksi b e n ih ke ra p u I n ve n t o ri b e n ih Ke ra p u Tkt p ro d b e n ih d iin g in ka n _ + + Jumlah induk + + Pro d u kt iv it a s in d u k Ekspekt asi permint aan benih + + _ Pe n j u a la n b e n ih ke ra p u _ Tin g ka t p e rmin t a a n ke ra p u BD Pro d u ksi ke ra p u BD I n ve n t o ri Ke ra p u BD Tkt p ro d ke ra p u BD d iin g in ka n _ + + Jumlah KJA BD + + Pro d u kt iv it a s KJA Ekspekt asi permint aan kerapu BD + + _ Pe n j u a la n ke ra p u BD _ + Tin g ka t p e rmin t a a n ke ra p u PP Pro d u ksi ke ra p u P.Pa n e n I n ve n t o ri Ke ra p u P.Pa n e n Tkt p ro d ke ra p u PP d iin g in ka n _ + + Jumlah KJA PP + + Pro d u kt iv it a s KJA Ekspekt asi permint aan kerapu PP + + _ Pe n j u a la n ke ra p u P. p a n e n _ + + + + Ha rg a in p u t p ro d u k s i b e n ih k e ra p u I n co me p e mb . Ha rg a b e n ih ke ra p u Bia ya Pro d u ksi b e n ih Pro fit p e mb e n i h a n Bia ya in ve n t o ri b e n ih Bia ya in ve n t o ri u n it + Ha rg a in p u t p ro d u k s i k e ra p u BD I n co me BD Ha rg a ke ra p u BD Bia ya Pro d u ksi krp BD Pro fit b u d id a ya Bia ya in ve n t o ri krp BD Bia ya in ve n t o ri u n it _ + Ha rg a in p u t p ro d u k s i k e ra p u PPn I n co me PP Ha rg a ke ra p u PP Bia ya Pro d u ksi krp PP Pro fit p a sca p a n e n Bia ya in ve n t o ri krp PP Bia ya in ve n t o ri u n it + + + + + + + - - - - - - - - + + + + + + + + + + + + + + + + + Gambar 9 Diagram sebab akibat sistem pengembangan agroindustri kerapu budi daya. 49 Pendeskripsian diagram sebab-akibat untuk subsistem budi daya dan subsistem penanganan pascapanen hampir serupa dengan diagram subsistem pembenihan. Diagram sebab-akibat aliran material untuk budi daya kerapu dimulai dari jumlah KJA yang tersedia yang menentukan berapa jumlah ikan yang dapat diproduksi. Tingkat produksi tersebut ditentukan juga oleh produktivitas KJA. Selanjutnya tingkat produksi ikan akan menentukan jumlah persediaan inventory yang juga dipengaruhi oleh jumlah penjualan. Besarnya inventory akan menentukan berapa jumlah ikan yang harus diproduksi desired production . Desired production tersebut disamping dipengaruhi oleh besarnya inventory juga dipengaruhi oleh proyeksi ekspektasi permintaan ikan yang diperhitungkan berdasarkan permintaan ikan kondisi nyata saat ini. Diagram sebab-akibat untuk aliran finansial pada subsistem pembesaran seperti pada subsistem pembenihan merupakan pentransferan aliran material ke nilai finansialnya. Besarnya produksi ikan dikalikan dengan biaya produksi per ekor akan menghasilkan perhitungan tentang biaya produksi. Demikian juga jumlah inventori dikalikan dengan biaya inventori per unit akan menentukan besarnya biaya inventori. Demikian juga dengan income pemasukan pembesaran merupakan perkalian dari angka penjualan dengan harga jual. Selanjutnya pengurangan antara pemasukan dengan biaya-biaya akan menghasilkan perhitungan tentang tingkat keuntungan profit yang diperoleh oleh subsistem pembesaran. Untuk diagram sebab-akibat pada subsistem penanganan pascapanen, deskripsi elemennya identik dengan subsistem pembesaran baik untuk aliran material maupun aliran fiansialnya, hanya pada subsistem pascapanen ini elemen tingkat permintaan kerapu langsung berhubungan dengan angka permintaan pasar yang merupakan elemen penentu bagi sistem secara keseluruhan. Dalam diagram sebab-akibat ini ketiga subsistem yang dapat dianalisis secara terpisah tersebut dirangkaikan menjadi suatu kesatuan sistem, dimana elemen permintaan pasar pada pembenihan merupakan refleksi dari kebutuhan subsistem pembesaran, sehingga tingkat permintaan benih ditentukan oleh tingkat produksi pembesaran pada subsistem pembesaran. Demikian pula halnya secara identik, permintaan kerapu budi daya ditentukan oleh tingkat produksi pada subsistem pascapanen. 50 2 Diagram input output Konsep diagram input-output merupakan tahapan lebih lanjut dari diagram sebab-akibat, yaitu sebagai interpretasinya ke dalam konsep “black box ”. Dalam konsep black box tersebut, informasi dikategorikan menjadi tiga golongan, yaitu 1 peubah input, 2 peubah output, dan 3 parameter-parameter yang membatasi struktur sistem Eriyatno 1999. Input terdiri atas dua golongan, yaitu input yang berasal dari luar sistem exogen atau input lingkungan dan input yang berasal dari dalam sistem overt input. Overt input merupakan peubah endogen yang ditentukan oleh fungsi dari sistem. Input tersebut terdiri atas input terkendali dan input tak terkendali. Output dari sistem terdiri atas output diinginkan dan output tidak diinginkan. Gambar 10 di atas menunjukkan diagram input-output untuk sistem pengelolaan agroindustri kerapu budi daya. Untuk pengelolaan industri tersebut dibutuhkan input yang tergolong dalam input tak terkendali yaitu harga ikan konsumsi dan permintaan pasar, harga input industri seperti harga induk ikan, benih dan pakan, ketersediaan kawasan budi daya, dan nilai tukar rupiah yang berhubungan dengan harga jual dan tingkat bunga pinjaman untuk investasi dan modal kerja. Sementara itu untuk input yang dapat dikendalikan adalah teknologi Gambar 10 Diagram input output sistem pengelolaan industri budi daya perikanan kerapu. SISTEM PENGELOLAAN INDUSTRI PERIKANAN KERAPU Input Tak Terkendali • Harga jual dan permintaan kerapu di pasaran; • Harga input produksi pembenihan, pembesaran dan pascapanen. • Ketersediaan kawasan Budi daya • Kesehatan Lingkungan perairan • Nilai Tukar Rupiah • Tingkat Bunga Pinjaman Input Terkendali • Teknologi pembenihan • Teknologi budi daya • Tekn. pascapanenPengolahan • Teknologi Transportasi • Tata ruang kawasan Output Diinginkan • Peningkatan keuntungan pembenih, pembudi daya dan agroindustri ; • Berkembangnya industri kerapu budi daya pendukungnya; • Peningkatan Devisa; • Lestarinya terumbu karang Output Tak Diinginkan • Tidak terkendalinya perkembangan industri perikanan kerapu • Oversupply kerapu, harga turun • Kelangkaan supply, harga naik • Kelangkaan input produksi pakan, benih, obat-obatan. Manajemen Industri Input Lingkungan • Peraturan pemerintah • Globalisasi Perdagangan • Perubahan Iklim Global 51 pembenihan, teknologi budi daya, teknologi pengolahan, teknologi transportasi dan perencanaan kawasan untuk budi daya. Sistem yang dikembangkan bertujuan untuk menghasilkan output yang diinginkan yaitu peningkatan pendapatan nelayan dan petani ikan, lestarinya terumbu karang dan berkembangnya usaha budi daya kerapu dan industri pendukungnya. Meskipun demikian dihasilkan pula output yang tidak diinginkan seperti tidak terkendalinya perkembangan usaha budi daya kerapu dan terjadinya oversuplai sehingga harga jatuh, kemungkinan terjadinya kepunahan terhadap ikan karang karena eksploitasi yang berlebih, dan kelangkaan input produksi yang dibutuhkan seperti pakan, benih, dan obat-obatan. Untuk mengendalikan sistem agar lebih mengarah pada output yang diinginkan, maka dibuatlah mekanisme umpan balik feedback berupa manajemen sistem agroindustri sedemikian rupa agar output yang dihasilkan mengarah pada output yang diinginkan dan tidak mengarah pada output yang tidak diinginkan. Dalam penelitian ini fokus umpan balik manajemen agroindustri kerapu budi daya diarahkan pada penguatan keterkaitan antar pelaku usaha dalam rantai produksi dan peningkatan penggunaan teknologi sehingga tercipta suatu agroindustri kerapu budi daya yang tanguh dan berproduktivitas tinggi. Berkembangnya agroindustri kerapu budi daya akan mencegah terjadinya eksploitasi ikan kerapu di perairan terumbu karang sehingga dapat menjaga kelestariannya.

5.2 Rancang Bangun Model