Perbaikan faktor produksi pembenihan kerapu

150 9 IMPLIKASI BAGI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI KERAPU BUDI DAYA Pengembangan agroindustri kerapu budi daya pada dasarnya ditujukan untuk meningkatkan produktivitas sehingga mampu meningkatkan ekspor komoditas tersebut sekaligus meningkatkan kesejahteraan petani ikan. Sasaran program pengembangan budi daya kerapu dalam periode 2005-2009 yang ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Perikanan Budi Daya - DKP adalah ekspor komoditas kerapu sebesar 8.400 ton senilai US 42 juta pada tahun 2005 meningkat menjadi 21.000 ton senilai US 105 juta pada tahun 2009. Disadari bahwa tingkat persaingan di dunia semakin ketat, sehingga penguatan daya saing perikanan budi daya perlu dilakukan baik dalam tahap pembenihan hatchery maupun dalam tahap pembesaran grow out Nurdjana 2005. Menurut Porter 1998 keunggulan kompetitif suatu industri dapat diciptakan melalui pengembangan kegiatan berbiaya rendah atau memimpin diferensiasi untuk membedakan dirinya secara unik dengan para pesaing. Kegiatan yang berbiaya rendah merupakan keunggulan produktivitas productivity advantage, sedangkan diferensiasi merupakan bagian dari keunggulan nilai value advantage. Berdasarkan pengertian tersebut maka peningkatan daya saing atau keunggulan kompetitif agroindustri kerapu budi daya nasional dapat dilakukan melalui peningkatan produktivitas dan peningkatan keunggulan nilai dibandingkan dengan produk-produk sejenis yang dihasilkan negara-negara pesaing.

9.1 Kebijakan Perbaikan Kinerja Teknis Produksi Kerapu

Hasil analisis terhadap faktor-faktor yang menentukan keberhasilan dalam pengembangan agroindustri kerapu budi daya telah dilakukan pada bab terdahulu. Analisis tersebut telah dapat pula memberikan urutan kebijakan teknis yang perlu diterapkan dalam rangka meningkatkan produktivitas maupun tingkat keuntungan yang diperoleh pelaku usaha pembenihan, pembesaran dan pascapanen kerapu. Berikut akan dibahas mengenai implikasi temuan dalam penelitian ini terhadap kebijakan pengembangan agroindustri perikanan kerapu di Indonesia.

9.1.1 Perbaikan faktor produksi pembenihan kerapu

Hasil analisis menggunakan model dinamis MAGRIPU telah menunjukkan faktor-faktor teknis penentu keberhasilan usaha pembenihan kerapu yang 151 berdasar urutan besarnya tingkat pengaruh terhadap produktivitas dan keuntungan usaha berturut-turut adalah 1 peningkatan frekuensi induk memijah 51,94, 2 peningkatan fekunditas induk 25,81, dan 3 peningkatan sintasan benih 22,25. Hal ini menunjukkan bahwa produktivitas pembenihan sangat ditentukan oleh kemampuan membuat induk ikan memijah. Berdasarkan pengamatan di lapangan, frekuensi induk memijah sangat dipengaruhi oleh kualitas lingkungan perairan yang digunakan sebagai sumber air. Hal ini ditunjukkan oleh kenyataan bahwa pembenihan di Batam dengan kondisi perairan yang buruk mengalami kesulitan dalam memijahkan induk-induk kerapu dibandingkan dengan di Lampung maupun Situbondo yang kondisi perairannya relatif lebih baik. Dugaan ini perlu dikaji lebih jauh untuk mengetahui parametar kualitas air yang mempengaruhi frekuensi memijah maupun tingkat sintasan larva dan benih, sehinga dengan demikian dapat dilakukan langkah-langkah perbaikan secara nyata. Hasil simulasi tingkat kritis faktor-faktor ini menunjukkan bahwa usaha pembenihan akan mengalami tingkat kritis tidak memperoleh keuntungan apabila dari populasi induk yang dimiliki hanya 2,95 memijah setiap bulannya. Selanjutnya, hasil simulasi menunjukkan bahwa titik kritis untuk faktor tingkat fekunditas telur adalah 221.011 butir, yang berarti bahwa apabila faktor lainnya dalam kondisi normal, maka pembenihan akan mengalami kerugian apabila induk hanya menghasilkan telur kurang dari jumlah tersebut. Titik kritis untuk sintasan benih adalah 2,36, yang berarti bahwa apabila kondisi faktor lain dalam keadaan normal, maka pembenihan akan mengalami kerugian apabila sintasan benih lebih rendah dari 2,36. Angka-angka ini dapat dijadikan indikator untuk mengukur keberhasilan usaha pembenihan atau memberikan peringatan warning terhadap kemungkinan kerugian yang akan dialami.

9.1.2 Perbaikan faktor produksi pembesaran kerapu