Analisa Finansial Biskuit Jagung

Berdasarkan Gambar 40-42 memperlihatkan produk masih mampu merefleksikan cahaya walaupun telah disimpan. Sifat birefringence akan meningkat sejalan dengan waktu penyimpanan. Faridah 2005 menyatakan bahwa granula pati bika ambon jelas intensitas sifat bifringence mulai hari ke-0 – ke-7 penyimpanan, dan terlihat jelas pada hari ke-5 penyimpanan. Hal ini dikarenakan karena hubungan paralel antara molekul-molekul amilosa yang berdekatan atau dengan bagian luar cabang amilopektin melalui ikatan hidrogen. Hubungan paralel ini membentuk kristal atau misel, terbentuknya daerah kristal yang tersusun secara radial menyebabkan granula pati mempunyai sifat birefringence Pomeranz dan Shellberger 1971. Sifat birefringence roti semakin jelas selama penyimpanan Hug-Iten et al. 2001.

4.11 Analisa Finansial Biskuit Jagung

Analisa ekonomi biskuit jagung bertujuan untuk mengetahui perkiraan seberapa besar keuntungan yang diperoleh dalam memproduksi biskuit jagung. Dengan langkah ini, diharapkan sebagai informasi pelengkap untuk memperkenalkan biskuit jagung secara luas kepada masyarakat sehingga dapat dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai salah satu tambahan pendapatan masyarakat tersebut Rieuwpassa, 2005. Dalam melakukan kajian finasial suatu produk pangan maka beberapa hal yang perlu di perhatikan adalah peralatan yang digunakan, tenaga kerja serta bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan produk. Tabel 26, 27 dan 28 menyajikan rincian hal-hal tersebut. Investasi peralatan bertujuan mengetahui peralatan apa saja yang dimiliki oleh pengusaha dalam hal ini UKM. Selanjutnya dilakukam analisa penyusutan peralatan sebagai total biaya pengeluaran tetap Tabel 28. Biaya variabel Tabel 29 merupakan rincian biaya bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan produk biskuit jagung. Total pengeluaran merupakan jumlah dari biaya pengeluaran tetap dan biaya variabel. Berikut kajian finansial biskuit jagung. Nama Produk : Biskuit Jagung Jumlah Produksi : 625 bungkus per hari Harga Jual : Rp. 1000,- per bungkus Periode Produksi : 25 hari Pemasukan Penjualan biskuit jagung per bulan 25 hari x 625 bungkus x Rp. 1000,- = Rp. 15.625.000,- Tabel 27 Investasi peralatan Alat Umur Teknis Harga Mixer 5 tahun Rp.1.000.000,- Oven 10 tahun Rp.7.000.000,- Pencetak 3 x 20.000,- 3 tahun Rp. 60.000,- Celemek 5 x 5000,- 3 tahun Rp. 25.000,- Sarung tangan 2 x 5000,- 3 tahun Rp. 10.000,- Emberwadah plastik 3 tahun Rp. 15.000,- Loyang 5 x 10000,- 3 tahun Rp. 50.000,- Total Investasi Rp.8.160.000,- diasumsikan harga mixer Rp.1.000.000,- dan harga oven Rp. 7.000.000,- Biaya Pengeluaran Bulanan Tabel 28 Biaya tetap No. Jenis Biaya Rincian Harga 1 Penyusutan peralatan Penyusutan mixer Rp. 16.667,- Penyusutan oven Rp. 58.333,- Penyusutan peralatan lain Rp. 4.444,- Akumulasi penyusutan peralan Rp. 79.444,- 2 Sewa tempat Rp.5.000.000,-tahun Rp. 419.670,- 3 Tenaga kerja 5 orang x Rp.500.000,- Rp. 2.500.000,- 4 Listrik dan telepon Rp. 500.000,- Total Biaya Pengeluaran Tetap Rp. 3.496.114,- Perhitungan penyusutan peralatan adalah hargaumur tehnis12 Tabel 29 Biaya variabel No Nama Bahan Jumlah kebutuhan dalam 1 hari Jumlah kebutuhan dalam 1 bulan Harga satuan Rp Harga Rp 1 Tepung jagung 4 kg 100 kg 2000 200000 2 Tepung terigu 1 kg 25 kg 12000 375000 3 Margarin 2.5 kg 62.5 kg 20000 1250000 4 Gula 2.5 kg 62.5 kg 5000 625000 5 Susu skim 750 g 18.8 kg 50000 950000 6 Telur 500 g 12.5 kg 12000 150000 7 Air 1000 g 2.5 kg 2500 6250 8 CMC 43 g 1.08 kg 14000 15120 9 Sodium bikarbonat 29.24 g 731 g 10000 10000 10 Amonium bikarbonat 26 g 650 g 12000 12000 11 Pembungkus Packaging 625 bks 15625 200 3125000 Total Biaya Variabel 6330870 Total Pengeluaran = Biaya tetap + biaya variabel 9826984 Keuntungan Pemasukan = Rp. 15.625.000,- Pengeluaran = Rp. 9.826.984,- Keuntungan Per Bulan = Rp. 5.798.016,- Tabel studi sensivitas Tabel 30 disajikan untuk menunjukkan perubahan keuntungan jika beberapa faktor mengalami perubahan. Berdasarkan tabel sensivitas dapat dilihat bahwa penurunan harga yang relatif kecil Rp.200,- atau 20 menyebabkan terjadi penurunan keuntungan yang relatif besar yaitu 53. Dengan demikian harga harus diusahakan untuk tetap stabil. Peningkatan jumlah produksi akan menaikan keuntungan sebesar 24. Hal ini dapat terjadi apabila faktor-faktor seperti tenaga kerja dan kapasitas alat masih mencukupi kebutuhan . Perubahan komponen biaya variabel harga telur dan susu skim menyebabkan penurunan keuntungan. Harga telur naik 31 akan menurunkan keuntungan sebesar 1.15 sedangkan harga susu skim naik 34 akan menurunkan keuntungan sebesar 8. Hal ini berarti bahwa produk biskuit jagung sangat sensitif terhadap perubahan harga dan jumlah produksi serta perubahan beberapa komponen biaya. Tabel 30 Studi sensivitas Kasus Faktor Keterangan Keuntungan +- Basis Rp. 5.798.016 ,- 1 Harga Harga turun menjadi Rp.800,- Rp. 2.285.516,- -53 2 Produksi Produksi naik 10 menjadi 700 bks Rp. 7.285.516,- + 24 3 Telur Harga telur naik 31 Rp.12.000,-menjadi Rp.17.500,- Rp. 5.341.766,- -1.15 4 Susu skim Harga susu skim naik 34 Rp.50.000,- menjadi Rp.75.000,- Rp. 4.935.516,- -8 Harga jual produk didasarkan pada harga pokok produk. Harga pokok produk dapat dihitung dari total pengeluaran dibagi jumlah produk yang dihasilkan, sehingga harga pokok produk biskuit jagung per bungkus adalah Rp. 684.13,-. Dengan demikian maka harga jual produk adalah Rp.1000,- dengan keuntungan Rp.315.87,-. Break Event Point BEP atau titik impas dapat dihitung dari total pengeluaran dibagi dengan harga jual produk dalam 25 hari, sehingga BEP produk biskuit jagung adalah 409 bungkus per hari atau sebesar 34 dari jumlah produksi. Hal ini berarti UKM harus dapat menjual produk biskuit jagung sebanyak 34 per hari agar tidak merugi. Perhitungan Return of Investment Rol dilakukan dengan membagi jumlah investasi dengan keuntungan per bulan. Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan Rol untuk produk biskuit jagung adalah 1.5 bulan. Hal ini berarti untuk mendapatkan kembali investasi yang telah dikeluarkan adalah selama 1.5 bulan.

5. SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan 1. Tepung jagung sangrai dan non sangrai yang dibuat dengan metode kering menghasilkan nilai yang tidak berbeda nyata untuk semua parameter analisis fisik seperti : rendemen, densitas kamba, indeks penyerapan air dan warna. Sifat amilografi meliputi suhu awal gelatinisasi, suhu puncak gelatinisasi dan viskositas puncak tepung jagung sangrai lebih tinggi dengan waktu yang singkat dibandingkan tepung jagung non sangrai. 2. Hasil analisis kimia tepung jagung sangrai dan non sangrai untuk parameter kadar abu, kadar protein, kadar karbohidrat dan serat kasar tidak berbeda nyata sample-paired T Test, sedangkan kadar air tepung jagung sangrai 10.68 bk, tepung jagung non sangrai 13.35 bk, kadar lemak tepung jagung sangrai 3.44 bk, tepung jagung non sangrai 2.37 bk. 3. Biskuit yang disubstitusi dengan tepung jagung sebesar 80 masih dapat diterima oleh panelis. Formula 4 merupakan formula terbaik dengan komposisi yaitu tepung jagung 80g, tepung terigu 20g, margarin 50g, gula 50g, kuning telur 10g, air 20 g serta bahan pengembang. 4. Karakteristik kimia BTJS dan BTJNS berbeda nyata untuk beberapa parameter sebagai berikut : biskuit tepung jagung sangrai, kadar lemak 22.53 bk, kadar karbohidrat 69.43 bk, daya cerna protein 87.09 bk. Biskuit tepung jagung non sangrai kadar lemak 21.47 bk, kadar karbohidrat 67.66 bk, daya cerna protein 81.14 bk. 5. Umur simpan produk pada RH penyimpanan 85 adalah biskuit tepung jagung sangrai kemasan alufo 20.7 bln, kemasan PP 2.2 bln, kemasan PE 2.4 bln. Biskuit tepung jagung non sangrai kemasan alufo 15.1 bln, kemasan PP 1.6 bln dan kemasan PE 1.8 bln.