Membangun Model Pengelolaan Keuangan Daerah.

490 Reform ILGR adalah dalam kerangka penegakan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan negara itu. Di atas semua itu, hasil penelitian disertasi ini memberikan perhatian khusus pada penegakan integritas dan profesionalisme umber Daya Manusia SDM aparat pelaksana. Bagaimanapun idealnya sebuah aransemen kebijakan, jika tidak didukung oleh kapasitas dan moral pejabat yang baik maka kebijakan tersebut tidak akan banyak bermanfaat. Langkah-langkah capacity building untuk peningkatan profesionalisme aparat pelaksana, baik yang berwenang mengelola keuangan negara maupun pejabat yang menggunakannya, sangat mendesak dilakukan karena diidentifikasi bahwa salah satu persoalan yang menimbulkan kesemerawutan pengelolaan keuangan pemerintah terletak pada rendahnya kapasitas aparat. Pemberdayaan kapasitas aparat tersebut, sekali lagi, tidak hanya terbatas pada aparat di pusat tetapi juga aparat daerah. Hanya jika terdapat Sumber Daya Manusia SDM yang memiliki integritas dan moral yang tinggi serta kemampuan manajerial dan operasional yang tinggi baru langkah-langkah reformasi keuangan pemerintah yang telah dirumuskan dalam berbagai paket kebijakan tersebut berhasil diimplementasikan.

4. Membangun

Model Untuk Meningkatkan Pengawasan Pengelolaan Keuangan Daerah Melalui Peraturan Daerah. Dalam Pasal 1 Peraturan Pemerintah. Nomor 105 Tahun 2000 Tentang Pengelolaan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah, pengertian keuangan Daerah: Adalah semua hak kewajiban daerah dalam kerangka penyelenggaraan pemerintahan yang dapat dinilai dengan uang termasuk didalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban daerah tersebut. 380 Bertolak dari pengertian keuangan daerah tersebut diatas, maka pengertian keuangan daerah pada dasarnya sama dengan pengertian keuangan negara. Pengawasan keuangan daerah 380 Pasal 1 Peraturan Pemerintah.Nomor. 105 Tahun 2000 491 diperlukan untuk mengetahui apakah perencanaan yang telah di susun dapat berjalan secara efisien, efektif dan ekonomis. Pengawasan menurut Keputusan Presiden Nomor 74 Tahun 2001 tentang Tata Cara Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah. Pasal 1 ayat 6 menyebutkan, bahwa: 381 Pengawasan pemerintah daerah adalah proses kegiatan yang ditujukan untuk menjamin agar pemerintah daerah berjalan sesuai dengan rencana dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Berdasarkan ruang lingkup pengawasan Fatchurrochman 382 membedakanya menjadi dua, yaitu: 1. Pengawasan internal yang terdiri dari pengawasan melekat 2. Pengawasan fungsional, dan 3. Pengawasan eksternal. Pengawasan internal adalah pengawasan yang dilakukan oleh baik atasan langsung dan aparat pengawas fungsional yang berasal dari lingkungan internal organisasi pemerintah, atau juga yang dikenal sebagai APIP Aparat Pengawas Internal Pemerintah. APIP terdiri dari BPKP Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan, Inspektorat Jendral Departemen Irjen atau Unit Pengawas Lembaga Non Departemen, Inspektorat Wilayah Itwil, serta Satuan Pengawas Intern SPI Pengawasan melekat adalah pengawasan yang dilakukan oleh pimpinan atau atasan langsung suatu organisasi terhadap kinerja bawahan dengan tujuan untuk mengetahui atau menilai apakah kinerja yang ditetapkan telah dilaksanakan sesuai dengan ketentuan atau peraturan perundang-undangan yang berlaku. Sedangkan pengawasan fungsional adalah pengawasan internal yang dilakukan oleh aparat fungsional baik yang berasal dari lingkungan internal depertemen, lembaga negara atau BUMN termasuk pengawasan dari lembaga khusus pengawasan. 381 Keputusan Presiden Nomor 74 Tahun 2001 tentang Tata Cara Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah. Pasal 1 ayat 6. 382 Fatchurrochman, Agam, Manajemen Keuangan Publik, Materi Pelatihan Anti Korupsi, Indonesian Coruption Watch, 23-25 Januari 2002, Jakarta. 492 Pengawasan dalam pandangan Islam dilakukan untuk meluruskan yang tidak lurus, mengoreksi yang salah dan membenarkan yang hak. 383 Dalam Islam, pengawasan terbagi menjadi dua

1. Pengawasan internal built-in control ;Pengawasan yang