Lemahnya fungsi kontrol masyarakat untuk memastikan bahwa

449 Kemudian dalam penelitian banyak ditemukan beberapa faktor-faktor utama yang penyebab berkembangnya isu-isu kritis dalam perencanaan dan penganggaran adalah sebagai berikut: 1. Terjadinya asimetri informasi kesenjangan informasi antara Pemerintah dengan Masyarakat. Tingginya asimetri informasi ini disebabkan oleh tingginya biaya transaksi untuk melakukan pemetaan kebutuhan masyarakat. Hal ini menyebabkan proses perencanaan anggaran sangat rentan terhadap bias atau pengaruh dari kelompok-kelompok kepentingan yang menyimpang dari harapan masyarakat. 2. Terjadinya asimetri informasi antara Pemerintah Daerah dan DPRD. Eksekutif merupakan lembaga yang lebih mapan dibandingkan dengan DPRD dalam upaya melaksanakan program- program pembangunan. Dengan tingginya informasi yang dikuasai eksekutif, maka DPRD memiliki kelemahan yang cukup signifikan dalam melakukan fungsi pengujian check dan penyeimbang balances terhadap program-program pembangunan yang diusulkan oleh Pemerintah. Dalam konteks inilah, maka ada potensi yang sangat besar pada eksekutif atau instansi-instansi dalam tubuh eksekutif untuk melakukan bias kepentingan terhadap alokasi anggaran. 3. Lemahnya sistem dan mekanisme akuntabilitas di tubuh legislatif. Hal ini dikarenakan sistem relasi antara Dewan Perwakilan Rakyat Daerah DPRD dengan masyarakat sangat jauh. Tidak ada mekanisme untuk menjaga agar Dewan Perwakilan Rakyat Daerah DPRDmelaksanakan tugasnya sesuai dengan keinginan masyarakatnya. Lemahnya sistem akuntabilitas Dewan Perwakilan Rakyat Daerah DPRD ini bisa berakibat pada tingginya inefesiensi di tubuh pemerintahan itu sendiri secara keseluruhan. Misalnya, karena tidak ada mekanisme akuntabilitas di tubuh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah DPRD, maka setiap anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah DPRDakan bebas untuk menyalahgunakan wewenanganya sebagai wakil rakyat untuk berkolusi dalam banyak hal dengan eksekutif, lembaga yang seharusnya menjadi obyek pengawasan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah DPRD.

4. Lemahnya fungsi kontrol masyarakat untuk memastikan bahwa

jalannya roda pemerintahan sesuai dengan harapannya. Terciptanya proses partisipasi tidak lepas dari system hukum, yang biasanya merupakan faktor eksternal dan bersifat memaksa pemerintah daerah untuk lebih mendengarkan aspirasi masyarakat. Ada tiga undang-undang yang menjamin terlaksananya 450 desentralisasi, yaitu Undang-UndangNomor 25 Tahun 2004 Tentang sistem perencanaan pembangunan nasional SPPN dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, serta Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. Dari ketiga undang-undang tersebut, Undang- Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang sistem perencanaan pembangunan nasional SPPN dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah menyebutkan perlunya partisipasi sebagai upaya meningkatkan efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pemerintahan daerah. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang sistem perencanaan pembangunan nasional SPPN Bab II tentang asas dan tujuan dengan tegas menyatakan bahwa Sistem Perencanaan Pembangunan bertujuan untuk mengoptimalkan partisipasi masyarakat. Selanjutnya, Bab III pasal 3 tentang ruang lingkup perencanaan pembangunan nasional menyatakan bahwa Rencana Kerja Pemerintah Daerah RKPD merupakan penjabaran dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah RPJM Daerah dan mengacu pada Rencana Kerja Pemerintah RKP, memuat rancangan kerangka ekonomi Daerah, prioritas pembangunan Daerah, rencana kerja, dan pendanaannya, baik yang dilaksanakan langsung oleh pernerintah maupun yang ditempuh dengan mendorong partisipasi masyarakat. Dalam penjelasan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 Tentang sistem perencanaan pembangunan nasional SPPN; 1. Yang dimaksud dengan masyarakat adalah orang perseorangan, kelompok orang termasuk masyarakat hukum adat atau badan hukum yang berkepentingan dengan kegiatan dan hasil pembangunan baik sebagai penanggung biaya, pelaku, penerima manfaat maupun penanggung resiko. 2. Yang dimaksud dengan partisipasi masyarakat adalah keikutsertaan masyarakat untuk mengakomodasikan kepentingan mereka dalam proses penyusunan rencana pembangunan. Dalam penjelasan ini memang tidak disebutkan secara eksplisit tentang Lembaga Swadaya Masyarakat LSM, namun konsep kelompok orang memungkinkan Lembaga Swadaya Masyarakat LSM masuk di dalamnya. Dengan demikian ada ruang 451 polemik tentang bentuk partisipasi masyarakat dalam Musrenbang Musyawarah renbang. Namun demikian, organisasi masa akan lebih representatif sebagai perwakilan kepentingan masyarakat. Pasal 150, Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah, menyatakan bahwa: 356 Rencana kerja pembangunan daerah, selanjutnya disebut Rencana Kerja Pemerintah Daerah RKPD, merupakan penjabaran dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah RPJM daerah untuk jangka waktu 1 satu tahun, yang memuat rancangan kerangka ekonomi daerah, prioritas pembangunan daerah, rencana kerja dan pendanaannya, baik yang dilaksanakan langsung oleh pemerintah daerah maupun ditempuh dengan mendorong partisipasi masyarakat, dengan mengacu kepada rencana kerja Pemerintah. Kemudian dalam Pasal 151 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah, dinyatakan bahwa; 357 Rencana Kerja Satuan Kepala Perangkat Daerah, sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dirumuskan dalam bentuk rencana kerja satuan kerja perangkat daerah yang memuat kebijakan, program, dan kegiatan pembangunan baik yang dilaksanakan langsung oleh pemerintah daerah maupun yang ditempuh dengan mendorong partisipasi masyarakat. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara 358 tidak menyebutkan istilah partisipatif . Bahkan pasal menyatakan bahwa; kekuasaan pengelolaan keuangan daerah dilaksanakan oleh kepala satuan kerja pengelola keuangan daerah selaku pejabat pengelola Anggaran Pendapatan Belanja Daerah APBD. Dalam Undang-Undang Keuangan Negara, tidak mengatur partisipasi masyarakat dalam menentukan alokasi keuangan pemerintah. Namun demikian, sambil menunggu terbitnya peraturan pemerintah yang mengatur penyusunan dokumen perencanaan, Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor 0502020SJ Agustus 2005 memberikan petunjuk penyusunan dokumen perencanaan, Rencana Pembangunan Jangka Menengah 356 Pasal 150, Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan daerah. 357 Pasal 150, Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan daerah. 358 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara. 452 Daerah RPJMD dan Rencana Pembangunan Jangka Panjang RPJP. Dalam surat edaran tersebut, dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah RPJMD dan Renstra Satuan Kerja Perangkat Daerah SKPD perlu melampirkan tabel Matrik Program termasuk alokasi anggarannya. Dengan demikian, partisipasi publik dalam Musrenbang Musyawarah kerja pembangunan sangat dimungkinkan untuk mengkaji sampai pada tahap prioritas program dan alokasi anggaran. Tentu saja harus ada perjuangan ekstra keras untuk memfasilitasi partisipasi sampai pada tahap ini, karena biasanya pemerintah daerah cenderung menghindar. Format Lampiran Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah RPJMD: Matrik Program 5 Tahunan RPJMD Perjuangan mewujudkan partisipasi anggaran sebenarnya dapat dilakukan dari banyak saluran, karena setiap Musrenbang Musyawarah kerja pembangunan harus terkait satu sama lainnya. Berdasarkan Surat Edaran Bersama Kepala Badan Pertanahan Nasional dan Menteri Dalam Negeri, proses Musrenbang Musyawarah kerja pembangunan bukan aktivitas yang berdiri sendiri. Proses Musrenbang Kabupaten perlu juga mengacu ke forum Musrenbang Musyawarah kerja pembangunan Desa. Kenyataannya, koordinasi masih merupakan barang langka di negeri kita. 453 Dengan demikian, untuk menyambung saluran-saluran tersebut, masyarakat yang berpartisipasi perlu saling berkoordinasi. Pers juga perlu terus-menerus mengingatkan hasil risalah dari masing-masing Musrenbang, karena masyarakat kita mudah lupa. Dalam siklus anggaran, ada empat tahap yang membutuhkan peran serta masyarakat untuk mewujudkan model pengelolaan keuangan daerah yang menuju participatory governance, yakni: 359

1. Tahap 1 – Penyusunan Anggaran. Tahap ini merupakan