276
givernment, the better it service .
210
Dalam desentralisasi terkandung makna otonomi dan demokratisasi. Dua kata tersebut
yakni otonomi dan demokrasi tidak mungkin dipisahkan, ia ibarat dua sisi mata uang yang satu dan yang lain saling memberi nilai.
Otonomi tanpa demokratisasi merupakan suatu keniscayaan
211
dan sebaliknya demokratisasi tanpa otonomi adalah kebohongan.
Dalam sejarah otonomi di Indonesia sejak kemerdekaan memang sarat dengan kebohongan. Yuridis formal dalam undang-undang
pemerintahan
daerah otonomi
diakui, tetapi
dalam implementasinya terjadi pemasungan-pemasungan melalui filter-
filter yuridis peraturan pelaksanaan undang-undang tersebut, akibatnya kemandirian dan otoaktivitas daerah menjadi tersumbat.
Hal itulah yang kemudian melahirkan resistensi daerah terhadap pusat yang sangat menguras energi menyelesaikannya. Adanya
otonomi kebijakan otonomi khusus bagi Propinsi Aceh dan Irian Jaya memang lahir di tengah derasnya tuntutan disintegrasi. Hal itu
jika pusat menyadari secara filosofis dan sosiologis otonomi yang dibangun baik linear atau simetris tetapi suatu asymmetric
decentralization.
212
8. Aspek Negatif Otonomi Daerah.
Otonomi daerah sangat perlu demi masyarakat, karena otonomi daerah merupakan kewenangan untuk mengatur dan
mengurus demi kelangsungan hidup masyarakat. Otonomi daerah meliputi bidang politik, bidang hukum, kebijakan pendidikan.
Walaupun ini menyangkut kehidupan masyarakat banyak sekali permasalahan otonomi daerah. Titik berat otonomi daerah di
letakkan pada daerah tingkat II.
210
M. Ryaas Rasyid, Desentralisasi dalam Rangka Menunjang Pembangunan Daerah, dalam Administrasi Pembangunan Indonesia, LP3ES, 1998, hal. 140.
211
Yuslim, Titik Berat Otonomi pada Daerah Tingkat II, Tesis, Pascasarjana Unpad, 1997. Kasus Pemilihan Gubernur Riau tanggal 2 September 1985 di mana Ismail
Suko yang memperoleh dukungan DPRD dengan 19 suara, sementara H. Imam Munandar yang memperoleh dukungan 17 suara, karena kuatnya arus sentralisasi
Ismail Siko menyatakan mundur dari pencalonan Gubernur setelah diminta menghadap Ketua Golkar, waktu itu Wakil Presiden Sudarmono.
212
Kebijakan otonomi yang uniformitas tidak sesuai dengan esensi kebhinekaan di Indonesia, dan juga tidak sesuai dengan ajaran rumah tangga riil.
277
Otonomi daerah memiliki dasar hukum yang sangat kuat, yaitu di atur dalam Ketetapan MPR-RI No. XV MPR 1998
tentang penyelenggaraan Otonomi Daerah, Undang-undang Nomor. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah pada prinsipnya
mengatur penyelenggaraan Pemerintahan Daerah yang lebih mengutamakan pelaksanaan asas Desentralisasi, serta Undang-
Undang Dasar 1945. Itulah yang menjadikan otonomi daerah sangat kuat kedudukannya di Indonesia.
Sejak diberlakukannya paket Undang-Undang mengenai Otonomi Daerah, banyak orang sering membicarakan aspek
positifnya. Memang tidak disangkal lagi, bahwa otonomi daerah membawa perubahan positif di daerah dalam hal kewenangan
daerah untuk mengatur diri sendiri. Kewenangan ini menjadi sebuah impian karena sistem pemerintahan yang sentralistik
cenderung menempatkan daerah sebagai pelaku pembangunan yang tidak begitu penting atau pinggiran. Pada masa lalu,
pengerukan potensi daerah ke pusat terus dilakukan dengan dalih pemerataan pembangunan. Alih-alih mendapatkan manfaat dari
pembangunan, daerah justru mengalami proses pemiskinan yang luar biasa. Dengan kewenangan tersebut tampaknya banyak daerah
yang optimis bakal bisa mengubah keadaan yang tidak menguntungkan tersebut.
Salah satu konsekuensi otonomi adalah kewenangan daerah yang lebih besar dalam pengelolaan keuangan, mulai dari proses
pengumpulan pendapatan sampai pada alokasi pemanfaatan pendapatan daerah tersebut. Dalam kewenangan semacam ini
sebenarnya sudah muncul inherent risk atau risiko bawaan, bahwa daerah akan melakukan upaya maksimalisasi, bukan optimalisasi,
perolehan pendapatan daerah. Upaya ini didorong oleh kenyataan bahwa daerah harus mempunyai dana yang cukup untuk
melakukan kegiatan, baik itu rutin maupun pembangunan. Daerah harus membayar gaji seluruh pegawai daerah, pegawai pusat yang
statusnya dialihkan menjadi pegawai daerah, dan anggota legislatif daerah. Di samping itu daerah juga dituntut untuk tetap
menyelenggarakan jasa-jasa publik dan kegiatan pembangunan yang membutuhkan biaya yang tidak sedikit.
278
Dengan diberlakukannya otonomi daerah, maka akan menimbulkan berbagai dampak positif dan negatif, yakni sebagai
berikut:
213
Dampak positif dari Otonomi daerah yaitu:
1. Bahwa dengan otonomi daerah maka pemerintah daerah akan mendapatkan kesempatan untuk menampilkan identitas lokal
yang ada di masyarakat; 2. Berkurangnya wewenang dan kendali pemerintah pusat
mendapatkan respon tinggi dari pemerintah daerah dalam menghadapi masalah yang berada di daerahnya sendiri;
3. Bahkan dana yang diperoleh lebih banyak daripada yang didapatkan melalui jalur birokrasi dari pemerintah pusat. Dana
tersebut memungkinkan
pemerintah lokal
mendorong pembangunan daerah serta membangun program promosi
kebudayaan dan juga pariwisata; 4. Dengan melakukan otonomi daerah maka kebijakan-kebijakan
pemerintah akan lebih tepat sasaran, hal tersebut dikarenakan pemerintah daerah cenderung lebih dekat dengan keadaan dan
situasi daerahnya, serta potensi-potensi yang ada di daerahnya daripada pemerintah pusat dan ingat bahwa Undang-Undang
Nomor. 5 Tahun 1974 Tentang Pokok-Pokok Pemerintahan di Daerah, Pasal 11 menyaebutkan bahwa titik berat Otonomi
Daerah di letakkan pada daerah Tingkat II karena daerah tingkat dualah yang lansung berhubungan dengan masyarakat
sehingga di harapkan lebih mengerti dan memaklumi aspirasi masyarakat.
Contoh di Maluku dan Papua program beras miskin yang dicanangkan pemerintah pusat tidak begitu efektif, hal tersebut
karena sebagian penduduk disana tidak bisa menkonsumsi beras, mereka biasa mengkonsumsi sagu, maka pemeritah disana hanya
mempergunakan dana beras miskin tersebut untuk membagikan sayur, umbi, dan makanan yang biasa dikonsumsi masyarakat.
Selain itu, dengan sistem otonomi daerah pemerintah akan lebih cepat mengambil kebijakan-kebijakan yang dianggap perlu saat itu,
tanpa harus melewati prosedur di tingkat pusat.
Kemudian selain dampak positif yang ditimbulkan oleh otonomi daerah, juga menimbulkan dampak negatif dari otonomi
daerah adalah sebagai berikut:
213
Abdul Majid, Dampak positif dan Negatif otonomi daerah, 2008, di akses di http majidbsz.wordpress.com pada tanggal 10 Juli 2012
279
1. Adanya kesempatan bagi oknum-oknum di pemerintah daerah untuk melakukan tindakan yang dapat merugikan Negara dan
rakyat seperti korupsi, kolusi dan nepotisme; 2. Selain itu terkadang ada kebijakan-kebijakan daerah yang tidak
sesuai dengan konstitusi Negara yang dapat menimbulkan pertentangan antar daerah satu dengan daerah tetangganya,
atau bahkan daerah dengan Negara, seperti contoh pelaksanaan Undang-undang Anti Pornografi di tingkat daerah.
Hal tersebut dikarenakan dengan system otonomi daerah maka pemerintah pusat akan lebih susah mengawasi jalannya
pemerintahan di daerah, selain itu karena memang dengan sistem.otonomi daerah membuat peranan pemeritah pusat
tidak begitu berarti;
3. Otonomi daerah juga menimbulkan persaingan antar daerah yang terkadang dapat memicu perpecahan. Contohnya jika
suatu daerah sedang mengadakan promosi pariwisata, maka daerah lain akan ikut melakukan hal yang sama seakan timbul
persaingan bisnis antar daerah. Selain itu otonomi daerah membuat kesenjangan ekonomi yang terlampau jauh antar
daerah;
4. Daerah yang kaya akan semakin gencar melakukan pembangunan sedangkan daerah pendapatannya kurang akan
tetap begitu-begitu saja tanpa ada pembangunan. Hal ini sudah sangat mengkhawatirkan karena ini sudah melanggar pancasila
sila ke-lima, yaitu Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia.
9. Perluasan Makna Korupsi.