364
Keenam faktor itulah yang akhirnya menjadikan korupsi benar-benar kronis sebagai kejahatan kemanusiaan. Faktor-faktor
tersebut juga menunjukkan korupsi menjadi sistemis, personal, dan politis. Bagaimana memutus mata rantai korupsi yang telah
menggurita sehingga tidak terjadi pergerseran modus operandi? Pemberantasan korupsi harus ke atas dan ke bawah.
Pada level atas, persoalan pembinaan integritas dan keteladanan tetap memainkan peran menentukan. Selain itu,
mengingat bahwa upaya pencegahan dan pemberantasan korupsi membutuhkan sebuah lembaga kredibel, eksistensi semacam
Komisi Pemberantasan Korupsi KPK mutlak. Lembaga semacam ini patut diberi wewenang yang lebih besar, akses administrasi, dan
intelijen yang memadai. KPK harus memiliki jaringan yang kuat hingga ke pelosok daerah dan harus mandiri secara politis dan
finansial.
Hukum harus dibenahi secara komprehensif, materi, dan penegaknya. Perlu juga pembuktian terbalik karena korupsi
semakin canggih. Secara esensial, pembuktian terbalik juga dimaksudkan agar para pejabat terbiasa transparan akan
kekayaannya. Dengan demikian, masyarakat boleh berharap pergeseran tempat korupsi di era otonomi bisa diantisipasi.
Begitu pun tergerusnya kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah sebagai dampak korupsi yang paling berbahaya dapat
dihindari sebab ketika kepercayaan itu hilang, yang terjadi ialah kehancuran proses reformasi yang susah payah dibangun.
5. Moralitas Pemimpin Daerah Otonom Lemah.
Dalam kehidupannya, tiap manusia berupaya mewujudkan tujuan hidupnya masing-masing. Karena kodrat kebersamaan
dengan sesamanya, segala upaya yang dilakukan manusia itu berlangsung dalam hubungan-hubungan kemasyarakatan. Apabila
dua orang atau lebih berkumpul secara bersama-sama akibat adanya persamaan-persamaan tertentu, ataupun karena adanya
kepentingan kebutuhan bersama yang ingin dicapai, ataupun karena suatu situasi tertentu yang memaksa kelompok individu
tersebut bergabung sebagai suatu kesatuan, maka akan dijumpai adanya seorang pemimpin di antara mereka.
365
Gaya kepemimpinan yang terbaik amat tergantung pada: kepribadian
individual pemimpin
itu sendiri,
dengan kemampuannya dalam mengkompromikan kebutuhan-kebutuhan
pribadinya dengan tujuan-tujuan organisasinya; para pengikut bawahan secara individual, macam kepribadian yang mereka miliki,
jenis struktur pekerjaan yang mereka hadapi, serta stimuli yang bersumber dari kebutuhan-kebutuhan pribadi mereka serta
lingkungan pekerjaan yang dijalaninya; situasi khusus dalam mana si pemimpin dan pengikut saling berinteraksi, di samping peluang-
peluang yang timbul pada setiap saatnya.
Sejak pemerintahan Orde Baru sampai sekarang, berbagai peristiwa dan kasus politik memperlihatkan bahwa cara-cara
berpolitik di Indonesia, cenderung menganut paham yang memisahkan realitas politik dari moralitas. Dalam memperebutkan
kekuasaan dan jabatan, berbagai kasus korupsi melibatkan pejabat- pejabat tinggi negara. Di tingkat daerah, proses pemilihan gubernur
dan bupati walikota selalu menjadi ajang pertarungan yang menebarkan bau tidak sedap, karena terjadinya money politics.
Konsekuensi langsung dari praktik seperti ini ialah semakin jatuhnya keadilan sosial bagi seluruh rakyat ndonesia dari
kenyataan. Pada hal sering dinyatakan bahwa politik yang benar harus mengenal rambu-rambu moral, dan bahwa politik sebagai
urusan kekuasaan dan kepentingan publik perlu atas ideal-ideal moral.
Kekuasan politik dan pemerintahan dengan panduan dan jiwa moral. Politik tidak lain adalah penataan sistem kehidupan
bersama sebagai manusia, dan oleh karena itu martabat luhur manusia harus dijunjung tinggi melalui upaya-upaya yang real
untuk menegakkan keadilan demi kesejahteraan bersama. Dengan kata lain, oleh karena politik berurusan dengan hal-hal yang
menyangkut cita-cita hidup secara manusiawi dan beradab, maka politik mau tak mau harus mengikuti tuntutan moral.
Untuk itu setiap orang, baik kepala pemerintah daerah, para birokrat, dewan legislatif, badan yudikatif, maupun lembaga-
lembaga dan warga masyarakat ikut bertanggungjawab dan melaksanakan otonomi daerah, agar berpegang pada etika politik.
Hubungan politik dengan etika dalam pelaksanaan otonomi daerah
366
dari perspektif yang pesimis terhadap pusat pemerintahan; Upaya- upaya reformasi pada tingkat nasional hampir tidak menampakkan
hasil yang real.
Oleh karena itu, reformasi politik menuju politik yang bermoral sebaiknya dicoba dimulai dari daerah melalui
pelaksanaan otonomi daerah; dari perspektif yang optimis terhadap otonomi daerah; Menurut hakikat otonomi daerah,
penyelenggaraan pemerintahan memerlukan etika politik karena otonomi daerah mengandung idealisme mengenai demokrasi,
pengakuan terhadap hak asasi manusia, dan tegaknya keadilan sosial.
Jadi, esensi otonomi daerah memang mendorong politik Indonesia ke arah cara berpolitik yang bermoral; dari perspektif
pengalaman mengenai politik di era otonomi daerah; Etika politik perlu disuarakan terutama dari sisi rakyat kelas ekonomi lemah
yang selama ini menjadi korban permainan politik kepentingan. Jadi, etika politik menjadi relevan dan mendesak karena nilai
Pancasila tentang keadilan sosial bagi seluruh rakyat ndonesia masih belum menjadi kenyataan.
Tujuan utama dari kebijakan mengenai desentralisasi ialah membebaskan pemerintah pusat dari beban-beban yang tidak perlu
dalam menangani urusan domestik. Dengan ini, dimaksudkan agar pemerintah pusat dapat berkonsentrasi pada perkara yang secara
strategis penting bagi negara sebagai suatu kesatuan, teristimewa dalam hubungan dengan luar negeri. Selanjutnya desentralisasi
sebagai sistem pemencaran kekuasaan dimaksudkan pula sebagai proses pemberdayaan daerah.
Unsur-unsur hakiki
dari otonomi
daerah adalah:
pelaksanaan otonomi daerah dimaksudkan sebagai operasionalisasi dari paradigma baru yang menempatkan pembangunan dalam
bingkai pelayanan kepada masyarakat. Pembangunan tidak mempunyai nilai intrinsik yang mutlak, karena coraknya sebagai
instrumen bagi pemerintah untuk melaksanakan salah satu fungsi fundamentalnya, yakni memberikan pelayanan service kepada
masyarakat; karena pembangunan hanya bermakna dalam bingkai pelayanan publik, maka rakyat dan kepentingannya tidak lagi boleh
dijadikan korban pembangunan .
367
Pembangunan harus secara adil melayani kepentingan rakyat; sistem pemerintahan perlu mencerminkan sistem
pelayanan yang berkeadilan kepada masyarakat. Otonomi daerah diyakini sebagai sistem pemerintahan perlu mencerminkan sistem
pelayanan yang berkeadilan kepada masyarakat. Otonomi daerah diyakini sebagai sistem pemerintahan yang mengondisikan
dilaksanakannya pelayanan yang optimal di seluruh wilayah negara; pelaksanaan otonomi daerah merupakan kebijakan untuk
mengembalikan harga diri pemerintah dan masyarakat daerah. Dalam konteks ini, paradigma pemberdayaan mendapatkan
maknanya yang hakiki.
Dalam perspektif hakikat dan visi otonomi daerah tersebut, dapat dirumuskan 3 tiga ruang lingkup utama pelaksanaan
otonomi daerah, yaitu: Pertama, dalam bidang politik, otonomi daerah berarti proses desentralisasi dan serentak demokratisasi.
Konkritnya, otonomi daerah membuka pintu bagi rakyat daerah untuk
secara langsung
dan demokratis
memilih kepala
pemerintahan daerah. Kedua, dalam bidang ekonomi, otonomi daerah mengandung beberapa makna. Di satu pihak, otonomi
daerah merupakan upaya untuk merumuskan perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah.
Di samping itu, otonomi daerah memberikan kesempatan bagi pemerintah daerah untuk menentukan kebijakan regional
dalam mengelola dan mendayagunakan secara optimal potensi- potensi ekonomi daerah; Ketiga, dalam bidang sosial budaya,
otonomi daerah merupakan proses pengelolaan masyarakat daerah sedemikian rupa sehingga harmoni sosial tetap terpelihara,
termasuk dalam mengelola kemajemukan dan konflik yang terjadi dimasing-msing daerah. Selain itu, melalui pelaksanaan otonomi
daerah, nilai budaya lokal dimekarkan sebagai identitas yang dibanggakan, tentu dengan semangat inklusif, bukan eksklusif.
Otonomi daerah dapat juga mengkondisikan terbentuknya pusat- pusat kultural di daerah, bukan di pusat saja. Hal ini sesuai benar
dengan semboyan bhinneka tunggal ika.
Prinsip rule of law diartikan good gavernance mempunyai
karakteristik berupa jaminan kepastian hukum dan rasa keadilan masyarakat terhadap setiap kebijakan publik yang dibuat dan
368
dilaksanakan. Pemerintah yang baik, merupakan pemerintah yang mampu mempertanggungjawabkan segala sikap, perilaku dan
kebijakan yang dibuat secara politik, hukum maupun ekonomi dan diinformasikan secara terbuka kepada publik, serta membuka
kesempatan publik untuk melakukan pengawasan control dan jika dalam praktiknya telah merugikan kepentingan rakyat, dengan
demikian harus mampu mempertanggungjawabkan dan menerima tuntutan hukum atas tindakan tersebut.
6. Pejabat Daerah Sebagai Subjek Delik Pengelolaan