511
Peraturan Pemerintah Nomor 105 Tahun 2000 Tentang Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Daerah dan Keputusan
Menteri Dalam Negeri Nomor 29 Tahun 2002 Pedoman Pengurusan, Pertanggungjawaban dan Pengawasan Keuangan
Daerah Serta Tata Cara Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, Pelaksanaan Tata Usaha Keuangan Daerah dan
Penyusunan Perhitungan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, telah membawa perubahan besar dan memberikan
pendekatan baru dalam pengelolaan keuangan daerah. Perubahan yang mendasar dalam Peraturan Pemerintah Nomor 105 Tahun
2000
adalah terkait
dengan perubahan
dalam sistem
penganggaran, baik proses penganggarannya maupun bentuk dan struktur Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah APBD.
Perubahan tersebut merupakan suatu perubahan yang bersifat paradigmatik, sementara perubahan yang lebih bersifat pragmatik
dan teknis operasional diatur dalam Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 29 Tahun 2002 Tata Cara Penyusunan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah, Pelaksanaan Tata Usaha Keuangan Daerah dan Penyusunan Perhitungan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah yaitu terkait dengan penatausahaan keuangan daerah. Perubahan itu sudah sampai pada teknik akuntansinya
yang meliputi perubahan dalam pendekatan sistem akuntansi dan prosedur pencatatan, dokumen dan formulir yang digunakan,
fungsi-fungsi otorisasi untuk tujuan sistem pengendalian intern, laporan, serta pengawasan.
6. Mencegah Korupsi dari Dana Transfer Daerah.
Dalam kerangka desentralisasi dan otonomi daerah, telah ditempuh kebijakan adanya Dana Perimbangan Keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Untuk itu, dilakukan transfer keuangan dari Pemerintah Pusat ke Pemerintah
Daerah.yang biasanya disebut Dana Transfer Daerah. Agar transfer keuangan tersebut mencapai tujuannya, perlu dihindari dan
dicegah timbulnya korupsi. Tulisan ini akan sedikit membicarakan tentang dana transfer daerah dan upaya mencegah korupsi
terhadap transfer keuangan tersebut.
512
Dana Transfer Daerah meliputi Dana Bagi Hasil DBH, Dana Alokasi Umum DAU, dan Dana Alokasi Khusus DAK. Dana Bagi
Hasil DBH, terdiri dari penerimaan pajak khusus jenis PPh Perseorangan dan PPh Karyawan yang dipungut dan merupakan
penerimaan pemerintah pusat yang dibagihasilkan kepada daerah sebesar 20. Selain itu, juga Penerimaan Negara Bukan Pajak
PNBP dari sumber daya alam yang dipungut dan merupakan penerimaan pemerintah pusat yang dibagihasilkan kepada daerah,
seperti Sumber Daya Alam Migas minyak bumi dan gas bumi, dan Sumber Daya Alam Non Migas pertambangan umum, panas bumi,
kehutanan, dan perikanan. Nilai DBH yang ditransfer berdasarkan Undang-Undang Anggaran Pendapatan Belanja Negara APBN
tahun 2011 adalah Rp 83, 558 triliun.
Dana Alokasi Umum DAU, adalah dana yang bersumber dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara APBN yang
dialokasikan kepada daerah ProvinsiKabupaten-Kota yang bertujuan untuk pemerataan kemampuan keuangan antardaerah
dalam pelaksanaan desentralisasi. Besarnya Dana Alokasi Umum DAU, adalah sekurang-kurangnya 26 dari pendapatan dalam
negeri neto yang ditetapkan dalam Anggaran Pendapatan Belanja Negara APBN. Formula perhitungannya dirumuskan oleh
pemerintah. Nilai Dana Alokasi Umum DAU, yang ditransfer berdasarkan Undang-Undang Anggaran Pendapatan Belanja Negara
APBN tahun 2011 adalah Rp 225, 532 triliun.
Sedangkan Dana Alokasi Khusus DAK adalah dana yang bersumber dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara APBN yang
dialokasikan kepada daerah tertentu dengan tujuan membantu pendanaan kegiatan urusan daerah sesuai prioritas nasional yang
ditetapkan dalam Anggaran Pendapatan Belanja Negara APBN. Dalam penerimaan Dana Alokasi Khusus DAK, wajib mnyediakan
Dana Pendamping sekurang-kurangnya 10 dari alokasi Dana Alokasi Khusus DAK yang dianggarkan dalam Anggaran
Pendapatan Belanja Negara APBN. Nilai DAK yang ditransfer berdasarkan Anggaran Pendapatan Belanja Negara APBN 2011
adalah Rp 25, 232 triliun.
Agar dana-dana
transfer tersebut
dapat mencapai
tuyjuannya, harus dijaga agar tidak terjadi korupsi terhadap dana-
513
dana tersebut. Secara empiris banyaknya terjadi korupsi atas dana Transfer Daerah antara lain disebabkan banyak pejabat di pusat
dan daerah yang melakukan kebijakan pengeluaran dana Anggaran Pendapatan Belanja Negara APBN Anggaran Pendapatan
Belanja Daerah APBD yang tidak sesuai dengan undang-undang atau bisa saja tidak merasa apa yang diperbuatnya merupakan
tindak pidana korupsi. Jika hal ini terjadi bisa saja pejabat tersebut tidak memperoleh keuntungan tetapi pihak lain yang diuntungkan,
misalnya dalam pengadaan barang dan jasa di atas Rp 200 juta tanpa tender. Kemudian juga banyak calo-calo anggaran untuk
mengatur besaran Bagi Hasil dan Dana Alokasi Umum DAU untuk daerah tertentu dengan merekayasa dalam perhitungannya yang
berdampak ada daerah lain menjadi dirugikan karena alokasi penerimaan Bagi Hasil dan Dana Alokasi Umum DAU nya akan
berkurang atau turun. Semestinya perhitungan itu harus menguunakan formulasi atau rumus yang telah ditentukan.Korupsi
dana transfer juga bisa disebabkan adanya celah di dalam undang- undang yang bisa dimanfaatkan pihak tertentu. Sebab yang lain
adalah akibat merosotnya moral pejabat atau pengelola anggaran. Bisa juga disebabkan karena kurangnya pengawasan.
Untuk mencegah dan atau menghindari terjadinya korupsi atau penyimpangan Dana Transfer Daerah antara lain perlu dibuat
regulasi yang jelas termasuk sanksinya, agar pejabat pengelola anggaran
lebih mengerti
hak dan
kewajibannya dalam
melaksanakan tugas alokasi anggaran. Perlu diatur juga regulasi yang tegas sehingga calo-calo anggaran mengerti bahwa apa yang
dilakukan dapat diancam sanksi pidana yang berat. Selain itu, undang-undang Tindak Pidana Korupsi harus dipraktekkan dengan
tegas, juga perlu direvisi undang-undang Tindak Pidana Anti Korupsi dan undang-undang Keuangan Negara, sehingga jelas mana
yang dinyatakan sebagai merugikan keuangan negara. Dana Transfer Daerah perlu dikelola secara terbuka.
Perlu dipahami oleh semua pihak bahwa dana transfer daerah juga dimaksudkan untuk menyukseskan desentralisasi dan
otonomi daerah, mengembangkan demokratisasi ekonomi, dalam kerangka memperkokoh persatuan dan kesatuan nasional sebagai
514
implementasi Wawasan Nusantara dan menciptakan Ketahanan Nasional dalam bingkai NKRI.
7. Akuntansi Forensik Sebagai Model Pemberantasan