Kaitan Kooperatif tipe Jigsaw dengan Hasil Belajar

33 dapat dipisahkan dari konteks sosial dan sebagai bentuk fundamental atau dasar belajar adalah partisipasi dalam kegiatan sosial. Berkembangnya kemampuan individu juga tidak lepas dari konteks sosial yaitu bantuan dari lingkungan sosial seperti orang dewasa atau teman sebaya yang lebih berkompeten agar kemampuan intramental individu semakin matang. Berdasarkan pada penjelasan mengenai teori belajar Vygotsky diperoleh hal bahwa lingkungan sosial merupakan aspek penting dalam pertumbuhan dan perkembangan kemampuan siswa. Adanya kesempatan berinteraksi yang besar dan luas antara siswa dengan lingkungan sosial di sekitar siswa akan membuat siswa memperoleh kesempatan yang luas untuk mengembangkan zona perkembangan proksimalnya melalui belajar dan berkembang. Lingkungan sosial di sekitar siswa dapat menjadi bantuan dalam mengembangkan zona perkembanagan proksimal. Gutu menyediakan bantuan siswa dalam rangka memfasilitasi agar dapat memecahkan masalah yang dihadapi diantaranya teman sebaya yang lebih berkompeten atau melalui pemberian contoh, menarik kesimpulan dengan atau bersama teman sebaya. Pembelajaran perlu dikaitkan pada kemampuan menyelesaikan tugas ketika dibawah bimbingan orang dewasa atau teman sebaya yang lebih berkompeten. Guru perlu menyediakan berbagai bantuan untuk memfasilitasi siswa yang membutuhkan bantuan agar dapat memecahkan masalah yang dihadapinya. Disinilah peran dari scaffolding yang berupa bimbingan orang dewasa atau teman sebaya yang lebih berkompeten sebagai sumber belajar yang bermanfaat dan sangat efektif meningkatkan produktivitas belajar temannya. 34 Terkait mengenai karakteristik, proses belajar harus memperhatikan salah satu hal yaitu siswa. Siswa yang memasuki tahap kanak-kanak akhir atau dalam tahap perkembangan kognitif Piaget telah memasuki tahap operasional konkret memiliki ciri-ciri mampu berpikir logis dan memahami mengenai sesuatu yang bersifat konkret, menginginkan mengenal luasnya lingkungan pergaulan sosial, memahami suatu konsep percakapan. Siswa juga lebih suka bermain bersama teman sebaya sebagai lingkup interaksi di lingkungan sosialnya. Secara garis besar siswa pada usia kanak-kanak akhir memerlukan suatu pembelajaran yang sangat tepat berorientasi pada siswa dan pemberian kesempatan untuk berinteraksi dalam suatu lingkup yaitu pembelajaran kooperatif. Itulah keterkaitan antara karakteristik siswa dengan pembelajaran kooperatif dimana keduanya terjadi saling isi. Jigsaw merupakan salah satu variasi dari pembelajaran kooperatif yang mempunyai ciri spesial yaitu pembentukan dua kelompok yaitu home dan expert. Cara kerja strategi ini dimana siswa akan berinteraksi dengan 2 kondisi dan anggota yang berbeda yaitu dimana siswa berinteraksi dalam home team dan expert team, dengan kata lain kesempatan berinteraksi dengan teman sebaya yang diberikan strategi Jigsaw pada siswa sangat luas dan beragam dengan kelompok teman yang berbeda. Disimpulkan kaitan antara karakteristik siswa dan strategi pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw bahwa strategi Jigsaw dapat memenuhi kebutuhan karakteristik pada siswa masa kanak-kanak akhir sehingga siswa dapat belajar sesuai dengan karakteristik. 35 Terkait mengenai hasil belajar IPS, suatu proses pembelajaran yang berlangsung akan berakhir pada suatu kesimpulan yaitu hasil belajar. Hasil belajar IPS sebagaimana telah dijelaskan dalam tujuan pembelajaran IPS di sekolah dasar menurut Chapin Messick Susanto, 2013: 147 yaitu 1 memberikan siswa pengetahuan tentang pengalaman manusia dalam kehidupan bermasyarakat, 2 menolong siswa untuk mengembangkan keterampilan sosial dan mengolah informasi, 3 menolong siswa mengembangkan nilaisikap dalam kehidupan bermasyarakat dan 4 menyediakan kesempatan pada siswa untuk berperan dalam kehidupan sosial. Jika dikaitkan strategi pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dengan hasil belajar IPS karena strategi kooperatif tipe Jigsaw pada dasarnya memiliki hal yang penting yaitu mengajarkan pada siswa dimana siswa harus bekerja dan belajar dalam suatu kelompok heterogen home dan expert dan sekaligus memberikan kesempatan yang besar untuk berinteraksi dan belajar dengan teman sebayabersama-sama. Berdasarkan hal itu, penggunaan strategi kooperatif tipe Jigsaw dalam pembelajaran IPS untuk siswa akan meningkatkan kemampuan pemahaman siswa terkait materi pembelajaran IPS, juga mampu memenuhi aspek keterampilan sosial siswa dan sesuai dengan karakteristik, serta siswa dapat berperan aktif dengan lingkungan sosial yaitu teman sebaya dalam sebuah proses pembelajaran. Berdasarkan hal tersebut diatas penggunaan strategi pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw yang menjadi faktor eksternal dapat mempengaruhi dan meningkatkan hasil belajar IPS siswa. 36 C. Karakteristik Siswa Kelas IV SD 1. Pengertian Siswa Siswa merupakan anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri dan membutuhkan bantuan orang lain untuk dapat tumbuh dan berkembang ke kedewasaan yang relatif menetap melalui proses pendidikan Dwi Siswoyo, 2008: 87. Umar Tirtarahardja La Sulo Dwi Siswoyo, 2008: 88 menjelaskan ciri khas siswa yaitu: a. Individu yang memiliki potensi fisik dan mental yang khas b. Individu yang sedang berkembang c. Membutuhkan bimbingan individual dan perlakuan manusiawi d. Individu yang memiliki kemampuan untuk mandiri Pengertian siswa adalah individu yang sedang mengalami perkembangan menuju ke proses kedewasaan dan pengertian perkembangan terbagi menjadi dua hal menurut Rita Eka Izzaty 2008: 3 menyatakan pertumbuhan dipakai untuk perubahan-perubahan yang bersifat fisik contoh ukuran berat dan tinggi badan, umur tulang, sedangkan perkembangan dipakai untuk perubahan yang bersifat psikis berkaitan pematangan fungsi dari organ, contoh bertambahnya kemampuan dan fungsi tubuh seperti perkembangan dalam bahasa, emosi, intelektual, dan perilaku, yang ditandai dengan proses kematangan dan belajar. Siswa yang duduk di kelas empat SD memasuki tahap perkembangan masa kanak-kanak akhir ditandai dengan semakin luas mengenal lingkungan pergaulan. Anak sering bergaul dengan teman sebaya baik di luar maupun di dalam sekolah 37 agar nanti diterima di lingkungannya. Rita Eka Izzaty 2008: 103 menyatakan tugas perkembangan siswa masa kanak-kanak akhir sebagai berikut: a. Belajar keterampilan fisik untuk bermain b. Mengembangkan sikap yang sehat mengenai diri sendiri c. Belajar bergaul dengan teman sebaya d. Mengembangkan keterampilan dasar membaca, menulis, dan berbicara e. Mengembangkan sikap terhadap kelompok sosial f. Mencapai kebebasan diri g. Mengembangkan kata moral dan skala nilai sopan-tidak sopan

2. Tahap Perkembangan Siswa Kelas IV SD

Perkembangan kognitif atau intelektual menggambarkan kemampuan berpikir anak berkembang dan berfungsi. Rita Eka Izzaty 2008: 106. Siswa kelas IV SD banyak mendapatkan pemahaman dari melihat dan mendengar. Tahap operasional konkret dimulai dari anak usia 7-12 tahun dimana anak mampu berpikir secara logis mengenai sesuatu yang bersifat konkret, cara berpikir induktif konkret-abstrak, anak mulai bersikap sosial. Secara jelasnya Piaget Budiningsih, 2005: 37-40 menyatakan perkembangan intelektual dibagi 4 tahapan tabel 2.2 tahap-tahap perkembangan kognitif Piaget berikut: 38 Tabel 2.2 Tahap-Tahap Perkembangan Kognitif Piaget Tahap-Tahap Umur Kemampuan Sensori Motorik 0-2 menunjukkan pada konsep permanenisasi objek yaitu kecakapan praktis untuk mengerti bahwa suatu objek masih tetap ada. Meskipun pada waktu itu tidak tampak oleh kita dan tidak bersangkutan dengan aktivitas pada waktu itu. Tetapi, pada stadium ini permanen objek belum sempurna. Pra Operasional 3-7 Perkembangan kemampuan menggunakan simbol-simbol yang menggambarkan objek yang ada di sekitarnya. Berpikirnya masih egosentris dan berpusat Operasional Konkret 7-11 Berpikir logis dan memperhatikan satubenda atau konsep yang bersifat konkret. Memahami konsep percakapan, mampu menempatkan objek-objek menjadi urutan tingkatan kelasyang teratur dan menghitung. Operasional formal 11 sampai dewasa Mampu berpikir abstrak dan dapat menganalisis masalah secara ilmiah dan kemudian menyelesaikan masalah Charollete Buhler Kartini Kartono, 1995: 28-29 menyatakan perkembangan anak terbagi dalam lima fase yaitu: fase pertama, umur 0-1 tahun, fase kedua umur 2-4 tahun, fase ketiga umur 5-8 tahun, fase keempat umur 9-11 tahun dan fase terakhir fase kelima umur 14-19 tahun. Anak kelas IV SD berada pada fase keempat dengan ciri-ciri anak telah mencapai tingkat objektivitas tertinggi pada masa menyelidik dan mencoba suatu kegiatan yang dirangsangkan oleh dorongan-dorongan rasa ingin tahu yang besar. 39 Perkembangan sosial merupakan kemampuan berperilaku anak sesuai dengan tuntutan lingkungan sosial. Perkembangan sosial berkaitanaspek emosi dan kognitif. Anak dengan usia 9-11 tahun memerlukan tiga tahap perkembangan menurut Hurlock 1978: 250-251 1 belajar berperilaku yang dapat diterima secara sosial, 2 memainkan peran sosial 3 sikap sosial. Rita Eka Izzaty 2008: 113 menyatakan perkembangan sosial atau sosio- emosionalyang terjadi pada anak pada masa kanak-kanak akhir ditandai dengan anak lebih mendengarkan pengaruh dari orang-orang di sekitarnya seperti teman sebaya sebagai lingkup interaksinya yang menjadi suatu faktor yang dapat berpengaruh dalam kehidupan sosial anak. Berikut penjelasannya: a. Bermain Rita Eka Izzaty 2008: 114 menyatakan kegiatan bermainsangat penting bagi perkembangan fisik, mental, dan sosial anak. Anak lebih suka membentuk kelompok bermain peer group, selain dapat berinteraksi juga menumbuhkan rasa tenggang rasa dengan teman sebayanya. Permainan anak usia ini cenderung lebih bersifat mencoba sesuatu secara berkelompok. b. Teman sebaya Rita Eka Izzaty 2008: 115 menyatakan lingkup teman sebaya anak umumnya teman sekolah atau teman bermain. Pengaruh teman sebaya lebih besar dalam pembentukan perkembangan sosial baik yang bersifat positif maupun negatif. Pengaruh positif teman sebaya dapat terlihat pada bentuk pengembangan dan pembentukan harga diri anak, sebaliknya pengaruh negatif teman sebaya 40 terlihat pada perbuatan antisosial. Anak pada usia ini timbul kemauan selalu melakukan kegiatandengan teman sebaya dalam menghabiskan waktudan hanya ditengah-tengah teman sebaya anak bisa menyadari posisinya di dalam lingkup kelompok bermain. Dengan begitu anak akan berusaha agar teman sebaya dalam lingkup kelompoknya mau menerimanya. Perkembangan emosi memainkan peran penting dalam kehidupan.Emosi merupakan faktor dominan yang mempengaruhi perilaku, intelektual, dan moral. Tumbuhnya emosi anak sangat berkaitan dengan interaksi anak dengan lingkungan sosialnya. Perkembangan emosi anak juga tumbuh dan dipengaruhi oleh teman sebaya. Rita Eka Izzaty 2008: 114 menyatakan anak dalam berinteraksi dengan teman sebaya akan mulai belajar memahami dan mengendalikan ungkapan emosi yang kurang diterima oleh temansebaya seperti amarah, perasaan menyakiti, menakuti, takut, dan iri hati disebut “unpleasent emotion”, sedangkan emosi untuk membangun kebersamaan dan diterima oleh teman sebaya disebut “pleasent emotion” seperti kasih sayang, rasa senang, semangat, dan suka cita. Berdasarkan pada penjelasan tahap perkembangan siswa, pembelajaran yang dibutuhkan adalah pembelajaran yang berorientasi pada karakteristik siswa yang diharapkan dapat memenuhi perkembangan siswa baik secara intelektual, sosial dan emosi. Suatu strategi pembelajaran yang digunakan untuk memenuhi pembelajaran tersebut adalah strategi pembelajaran dengan metode berkelompok. Sistem pembelajaran berkelompok atau cooperative learning merupakan strategi pembelajaran yang sangat baik diterapkan untuk pembelajaran yang 41 memerlukan kegiatan pemahaman materi sekaligus berinteraksi membentuk relasi dengan teman sebaya dalam lingkungan belajar. Strategi ini berorientasi pada keaktifan siswa dalam pembelajaran dimana siswa menjadi actor dalam aktivitas belajar. Peranan guru sebagai sebagai pendukung dalam pembelajaran yang dapat sebagai narasumber, fasilitator, dan motivator siswa. Cooperative learning mempunyai bentuk variasi yang sangat beragam jenisnya, salah satunya pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. Kooperatif tipe Jigsaw merupakan salah satu strategi pembelajaran kooperatif dengan ciri prinsip interdependensi yaitu prinsip dimana setiap siswa bergantung pada teman satu timuntuk memberikan informasi yang diperlukan. Pola strategi ini yaitu tiap siswa dalam satu kelompok akan menjadi ahli dalam tiap unit atau bagian dan nanti siswa ahli tersebut akan mengajarkan keahliannya pada teman tim yang merupakan ahli unit lain. Strategi Jigsaw menggabungkan kegiatan membaca, menulis, mendengarkan dan berbicara serta cocok untuk bidang pengajaran dengan tujuan penguasaan pemahaman dan sikap Lie, 2007: 69. Prinsip Interdependensi yaitu saling bergantung dengan anggota yang lain, bergantung dalam hal ini adalah bergantung secara positif dimana pemahaman materi tidak hanya berasal dari diri sendiri, melainkan juga dari teman-temannya dalam home team berkat adanya keahlian yang dimiliki semua anggota tim sehingga pada dasarnya adalah adanya sifat saling membutuhkan terhadap anggota tim. Strategi pembelajaran kooperatif Jigsaw merupakan strategi yang berpusat pada keaktifan siswa. Siswa menjadi kunci keberhasilan strategi ini dengan

Dokumen yang terkait

Upaya meningkatkan hasil belajar siswa melalui model pembelajaran cooperative learning tipe jigsaw pada pelajaran IPS kelas IV dalam materi sumber daya alam di MI Annuriyah Depok

0 21 128

Peningkatan keaktifan dan prestasi belajar IPS siswa kelas IV SD Kanisius Klepu dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II.

0 1 291

Peningkatan kerjasama dan prestasi belajar IPS dengan pembelajaran kooperatif STAD pada siswa kelas III SD Kanisius Kintelan I Yogyakarta.

2 6 193

Peningkatan hasil belajar matematika dan kerjasama siswa kelas IV SD Kanisius Kintelan dengan menggunakan pendekatan PMRI.

0 7 277

Peningkatan hasil belajar matematika dan kerjasama siswa kelas IV SD Kanisius Kintelan dengan menggunakan pendekatan PMRI.

0 7 277

Peningkatan minat dan prestasi belajar IPS dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada siswa kelas IV SD Kanisius Condongcatur Yogyakarta tahun pelajaran 2011/2012.

0 0 155

Peningkatan keaktifan dan prestasi belajar IPS kelas IV SD Kanisius Wirobrajan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.

0 0 2

Peningkatan kerjasama dan prestasi belajar IPS dengan pembelajaran kooperatif STAD pada siswa kelas III SD Kanisius Kintelan I Yogyakarta

0 1 191

Peningkatan hasil belajar matematika dan kerjasama siswa kelas IV SD Kanisius Kintelan dengan menggunakan pendekatan PMRI

0 0 275

Peningkatan minat dan prestasi belajar IPS dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada siswa kelas IV SD Kanisius Condongcatur Yogyakarta tahun pelajaran 2011 2012

0 1 153