Pembahasan Hasil Penelitian HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

92 Gambar 11. Diagram Garis tiap Siswa Kelompok Eksperimen dan Kontrol Berdasarkan diagram garis di atas, dapat dilihat garis masing-masing siswa, baik pada kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol. Pada kelompok eksperimen gain score minimum adalah 0,25 dengan kategori nilai rendah dan gain score maksimum sebesar 0,94 dengan kategori tinggi. Sedangkan pada kelompok kontrol gain score minimum adalah -0,21 dengan kategori nilai rendah dan gain score maksimum sebesar 0,77 dengan kategori tinggi. Secara keseluruhan nilai gain score tiap siswa pada kelompok eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok kontrol.

D. Pembahasan Hasil Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada tanggal 25 Februari 2017 – 11 Maret 2017. Penelitian ini menggunakan kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Pemilihan kelompok kontrol dan kelompok eksperimen dilakukan secara undian. 0,4 0,52 0,66 0,53 0,61 0,53 0,44 0,45 0,52 0,54 0,66 0,94 0,77 0,25 0,09 0,16 0,37 0,4 0,12 0,15 0,77 -0,21 0,12 0,21 0,24 0,26 0,15 0,18 -0,4 -0,2 0,2 0,4 0,6 0,8 1 Gain Score tiap Siswa Eksperimen Kontrol 93 Kelas VB terpilih sebagai kelompok eksperimen dan kelas VA terpilih sebagai kelompok kontrol. Pertemuan pertama tanggal 25 Februari 2017 dilakukan pretest untuk kedua kelas. Hasil pretest menunjukkan bahwa rerata kelompok eksperimen adalah 63,19 dan kelompok kontrol sebesar 63,92. Pertemuan kedua tanggal 4 Maret 2017 dilakukan treatment pertama, untuk kelompok eksperimen menggunakan model Quantum Teaching dan kelompok kontrol menggunakan model pembelajaran yang biasa digunakan oleh guru. Materi yang disampaikan adalah sumber cahaya, sifat cahaya dapat merambat lurus, menembus benda bening, dan dapat dibiaskan. Guru melakukan tahapan- tahapan model Quantum Teaching secara berurutan. Pada tahap tumbuhkan, guru memotivasi siswa untuk belajar lebih giat dan menyampaikan tujuan pembelajaran. Hal tersebut membuat siswa penasaran dan terlihat antusias, karena guru membawa peralatan yang biasanya jarang dilakukan oleh guru. Pada tahap Alami, siswa melakukan percobaan mengenai sifat cahaya dapat merambat lurus, menembus benda bening, dan dapat dibiaskan. Satu kelas dibagi dalam tiga kelompok, sehingga setiap kelompok melakukan percobaan yang berbeda dari kelompok yang lain. Dari kegiatan tersebut, siswa yang biasanya hanya duduk diam, sekarang dituntut untuk aktif dalam melakukan percobaan. Banyak dari mereka yang tidak sabar untuk melakukan percobaan dan semakin membuat rasa penasaran mereka bertambah, tetapi ada juga anak yang menggunakan alat tersebut tidak sesuai dengan tujuan percobaan, misalnya malah untuk mainan dan mengganggu teman yang lain. Ketika guru mengingatkan dengan halus tentang 94 perilaku anak tersebut, anak itu bisa paham dan tidak mengulanginya lagi. Dalam tahapan ini, keterampilan proses sains dan sikap ilmiah siswa akan semakin terlihat. Pada tahap Namai, siswa mengerjakan LKS yang sudah dibuat berdasarkan percobaan. Pengerjaan LKS ini memberi manfaat positif bagi anak, karena anak akan menemukan konsep yang mereka dapat berdasarkan pengamatan mereka. Pada tahap demonstrasikan, setiap kelompok yang telah melakukan percobaan dan mengisi LKS, selanjutnya diminta untuk maju mempresentasikan hasil percobaannya. Dalam tahap ini, akan terlihat kekompakan dan menambah rasa percaya diri mereka. Pada tahap Ulangi, siswa bersama guru bertanya jawab seputar materi yang sudah diajarkan pada hari itu. Guru memberikan poin-poin penting dalam materi Cahaya. Hal tersebut akan menambah pemantapan materi dan membuat daya ingat anak semakin kuat. Pada tahap Rayakan, guru mengapresiasi apa yang sudah dilakukan pada hari itu dan bertepuk tangan bersama. Di tahap ini setiap siswa yang sudah berani bertanya, mengemukakan pendapatnya, serta setiap kelompok yang sudah maju menyampaikan hasilnya akan diapresiasi oleh guru dengan tepuk tangan atau pujian agar siswa semakin termotivasi dalam pembelajaran. Setelah selesai dilakukan postest untuk mengetahui ketercapaian tiap siswa setelah diberi treatment. Pada kelompok kontrol, guru menyampaikan materi sesuai dengan yang biasanya dilakukan, yaitu dengan sintaks model pembelajaran langsung. Guru menyiapkan siswa dan menyampaikan tujuan pembelajaran. Kemudian guru menyampaikan materi dengan metode ceramah. Ketika guru menyampaikan 95 materi dengan metode ceramah, ada beberapa anak yang mulai tampak bosan mendengarkan materi yang disampaikan guru. Setelah dirasa cukup dalam menyampaikan materi, guru kemudian membagi kelas menjadi tiga kelompok untuk mengerjakan soal. Saat pengerjaan, kelompok yang sudah selesai kemudian mengganggu teman kelompok lain yang belum selesai. Hal ini membuat siswa yang lain merasa terganggu. Ketika semua kelompok sudah selesai mengerjakan, guru mencocokkan jawaban siswa, apakah ada yang salah atau tidak. Siswa terlihat kurang antusias, karena kurangnya keterlibatan siswa selama pembelajaran. Untuk penutup, guru menyampaikan poin-poin penting dalam materi IPA dan memberikan latihan mandiri yaitu dengan diberikan postest. Perbedaan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol adalah pada kelompok kontrol penekanan hasil belajar lebih pada aspek ranah kognitif, sedangkan pada kelompok eksperimen melibatkan tiga dimensi dalam pembelajaran IPA, yaitu sikap ilmiah, keterampilan proses Sains, dan produk Sains. Pertemuan ketiga tanggal 7 Maret 2017 dilakukan treatment kedua, tetapi dengan materi pelajaran yang berbeda, yaitu sifat cahaya dapat dipantulkan dan dapat diuraikan. Pembelajaran pada kelompok eksperimen adalah guru melakukan sintaks model Quantum Teaching dengan runtut. Perbedaan yang telihat adalah siswa semakin kompak dan terlihat antusias karena pembelajaran menuntut keterlibatan dan keaktivan siswa. Pada treatment pertama ada anak yang bermain dengan alat-alat yang digunakan untuk percobaan, mulai mengurangi perilaku tersebut dan alatnya digunakan untuk tujuan percobaan. Setiap kelompok tetap 96 melakukan percobaan yang berbeda-beda. Percobaannya adalah mengenal sifat bayangan pada cermin datar, menentukan sifat bayangan pada cermin cembung dan cermin cekung, serta membuat cakram warna. Pada kelompok kontrol, guru juga sudah melakukan pembelajaran sesuai dengan sintaks model pembelajaran langsung. Perhatian siswa terhadap pembelajaran IPA juga masih sama seperti pada pertemuan sebelumnya. Pertemuan keempat tanggal 11 Maret 2017 dilakukan treatment ketiga dengan materi yang berbeda yakni pemanfaatan sifat-sifat cahaya dalam karya sederhana. Guru sudah melakukan langkah-langkah pembelajaran model Quantum Teaching dengan runtut. Pada percobaan kali ini, setiap kelompok melakukan percobaan membuat periskop. Jadi, untuk setiap kelompok kali ini percobaannya semua sama, yaitu merancang model periskop sederhana. Pada kelompok kontrol guru juga sudah melakukan langkah-langkah model pembelajaran langsung, perbedaannya pada penyampaian materi, jika kelompok eksperimen melakukan perancangan model periskop sederhana, untuk kelompok kontrol guru menyampaikan materi secara lisan dengan metode ceramah. Setelah semua data pretest dan postest terkumpul, selanjutnya dihitung. Untuk skor postest, karena terdapat tiga kali postest maka skor akhir postest dihitung rerata ketiga postest. Hasil rerata postest kelompok eksperimen sebesar 82,96 dan rerata kelompok kontrol sebesar 70,29. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa kelompok eksperimen mengalami peningkatan rerata sebesar 19,77 dan kelompok kontrol mengalami peningkatan rerata sebesar 6,37, sehingga 97 selisih peningkatan rerata postest kelompok eksperimen dan kelompok kontrol sebesar 13,4. Berdasarkan perhitungan uji normalized gain didapatkan hasil bahwa rerata gain score pada kelompok eksperimen sebesar 0,56 dengan kriteria nilai sedang dan untuk kelompok kontrol nilai rerata gain score sebesar 0,21 dengan kriteria nilai rendah. Berdasarkan hasil uji normalized gain tersebut diketahui bahwa nilai rerata gain score kelompok eksperimen lebih besar dari pada kelompok kontrol, yaitu 0,560,21, sehingga dapat dikatakan bahwa model Quantum Teaching berpengaruh positif terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA. Selain dilihat dari ranah kognitif dengan nilai postest yang berbeda, perbedaan juga terlihat dari ranah afektif yakni sikap ilmiah siswa dan psikomotor yakni keterampilan proses Sains siswa. Pada ranah afektif yaitu sikap ilmiah, terlihat hasil nilai rerata kedua kelompok yang berbeda. Hasil rerata kelompok eksperimen sebesar 3,60 dengan kriteria sangat baik. Sedangkan kelompok kontrol memperoleh nilai sebesar 3,1 dengan kriteria baik. Pada ranah psikomotor yaitu keterampilan proses sains juga terlihat hasil nilai rerata kedua kelompok yang berbeda. Hasil rerata kelompok eksperimen sebesar 3,42 dengan kriteria sangat baik dan kelompok kontrol memperoleh nilai sebesar 2,62 dengan kriteria baik. Anak kelas V SD menurut Piaget termasuk ke dalam tahap operasional konkrit. Pada tahap ini anak sudah mampu untuk berpikir secara logis, tetapi masih perlu dihadirkan benda konkrit. Untuk itu, siswa akan lebih mudah memahami suatu materi jika dihadirkan benda konkrit dan siswa tersebut 98 melakukannya sendiri. Pada kelompok eksperimen, tiap siswa melakukan demonstrasi berupa percobaan serta siswa mengalami sendiri percobaan tersebut. Berbeda dengan kelompok kontrol, ketika pembelajaran guru memberikan tugas secara berkelompok untuk menjawab soal. Sehingga untuk kelompok eksperimen lebih mudah memahami materi karena mengalami sendiri percobaan yang mereka lakukan. Selain itu, pada tahapan model pembelajaran Quantum Teaching yaitu tahap Namai, siswa mengerjakan LKS yang telah diberikan. Dengan itu siswa akan menemukan sendiri konsep yang telah mereka dapat dan disesuaikan dengan hasil pengamatan serta sumber belajar yaitu buku ketika mereka melakukan percobaan. Pada tahap Ulangi, siswa bersama guru mengulangi materi apa saja yang telah dipelajari pada hari itu. Hasilnya akan berdampak pada ranah kognitif siswa yang berbeda, pada nilai hasil postest yakni 82,96 untuk nilai rerata kelompok eksperimen dan 70,29 untuk nilai rerata kelompok kontrol. Menurut Vos-Groenendal DePorter, 1999: 4 dalam program SuperCamp yang menggunakan model pembelajaran Quantum Teaching, program tersebut menunjukkan hasil yang baik yaitu murid-murid yang mengikuti SuperCamp mendapatkan nilai yang lebih baik, lebih banyak berpartisipasi, dan merasa lebih bangga akan diri mereka sendiri. Dari hasil SuperCamp yang menggunakan model Quantum Teaching di atas, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Quantum Teaching mampu meningkatkan motivasi, nilai, rasa percaya diri, harga diri, serta melanjutkan penggunaan keterampilan DePorter, 1994: 4. Pendapat yang sama juga dikemukakan oleh Udin Syaefudin Sa’ud 2008: 130, menurutnya tujuan pokok pembelajaran kuantum yaitu meningkatkan partisipasi 99 siswa, melalui penggubahan keadaan, meningkatkan motivasi dan minat belajar, meningkatkan daya ingat dan meningkatkan rasa kebersamaan, meningkatkan daya dengar dan meningkatkan kehalusan perilaku, sehingga mampu meningkatkan hasil belajar siswa. Pembelajaran pada kelompok eksperimen yang menggunakan model Quantum Teaching telah mampu meningkatkan hasil belajar siswa pada ranah kognitif. Selain itu, pada sikap ilmiah siswa dalam dimensi sikap ingin tahu , sikap berpikiran terbuka dan kerja sama , serta sikap ketekunan juga mengalami peningkatan. Hal tersebut karena Quantum Teaching menawarkan pembelajaran yang menekankan adanya unsur demokrasi dalam pembelajaran. Quantum Teaching memberikan unsur kesempatan yang luas kepada siswa untuk terlibat aktif dan berpartisipasi dalam setiap tahapan-tahapan pembelajaran Miftahul A’la, 2012: 41. Pada tahap Tumbuhkan, guru menumbuhkan minat anak agar menimbulkan suasana yang menyenangkan, serta membuat tumbuhnya interaksi antara guru dengan murid sebelum memasuki kegiatan inti pembelajaran. Tahapan tersebut membuat anak merasa nyaman dengan suasana yang terbentuk. Pada tahap Rayakan memberikan dampak yang positif terhadap siswa. Siswa menjadi tidak takut untuk bertanya dan mengemukakan pendapatnya karena guru memberikan respon yang baik atas apa yang telah mereka lakukan. Hasilnya meunjukkan nilai sikap ilmiah untuk kelompok eksperimen sebesar 3,60 dengan kriteria sangat baik. Sedangkan kelompok kontrol memperoleh nilai sebesar 3,1 dengan kriteria baik. 100 Pada keterampilan proses sains, yaitu observasi mengamati, interpretasi menafsirkan, menggunakan alat, eksperimen melakukan percobaan, komunikasi, serta mengajukan pertanyaan mengalami peningkatan. Hal tersebut karena Quantum Teaching juga membuat adanya kepuasan pada diri anak Miftahul A’la, 2012: 42. Dalam tahapan Rayakan, hal tersebut akan menambah kepuasan siswa terhadap pelajaran dan menambah semangat siswa, yang akan berdampak pada minat siswa selama pembelajaran Miftahul A’la, 2012: 42. Pada tahap Demonstrasi, siswa diberikan kesempatan untuk menunjukkan bahwa mereka tahu, sehingga memberikan kesempatan kepada siswa untuk mendemonstrasikan kemampuan bersama anggota kelompoknya. Dari sini akan terlihat bahwa bagaimana siswa tersebut bekerjasama dengan anggota kelompoknya. Melalui tahapan Alami, kemampuan siswa juga akan terasah untuk melakukan pengamatan secara optimal bersama kelompoknya, sehingga keterampilan proses Sains juga akan meningkat. Hasilnya adalah nilai keterampilan proses Sains untuk kelompok eksperimen sebesar 3,42 dengan kriteria sangat baik dan kelompok kontrol memperoleh nilai sebesar 2,62 dengan kriteria baik. Dari hasil penelitian dan teori dapat dinyatakan bahwa penggunaan model Quantum Teaching memberikan pengaruh positif terhadap hasil belajar siswa. Jadi model pembelajaran Quantum Teaching berpengaruh terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA di kelompok V SD Muhammadiyah Gamplong. 101

E. Keterbatasan Penelitian