Hasil Belajar Hasil Belajar

berkesinambungan. Hal ini penting sebab perubahan pola makan-minum dan istirahat akan menimbulkan reaksi tonus yang negatif dan merugikan semangat mental siswa itu sendiri. 47

2. Aspek Psikologis

Banyak faktor yang termasuk aspek psikologis yang dapat mempengaruhi kuantitas dan kualitas perolehan belajar siswa. Namun, di antara faktor-faktor rohaniah siswa yang pada umumnya diipandang lebih esensial itu adalah sebagai berikut:

a. Inteligensi Siswa

Tingkat kecerdasan atau intelegensi IQ siswa tak dapat diragukan lagi, sangat menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa. Ini bermakna, semakin tinggi kemampuan intelegensi seorang siswa maka semakin besar peluangnya untuk meraih sukses. Sebaliknya, semakin rendah kemampuan intelegensi seorang siswa maka semakin kecil peluangnya untuk memperoleh sukses. 48 Dapat tidaknya seseorang mempelajari sesuatu dengan hasil baik ditentukandipengaruhi oleh taraf kecerdasannya. 49 Intelegensi sebenarnya bukan persoalan kualitas otak saja, melainkan juga kualitas organ-organ tubuh lainnya. Akan tetapi, memang harus diakui bahwa peran otak dalam hubungannya dengan intelegensi manusia lebih menonjol daripada peran organ-organ tubuh lainnya, lantaran otak merupakan “menara pengontrol” hampir seluruh aktivitas manusia.

b. Sikap dan Sifat Pribadi Siswa

Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespons response tendency dengan cara yang relatif tetap terhadap objek orang, barang, dan sebagainya, baik secara positif maupun negatif. Sikap attitude siswa yang positif, terutama kepada guru dan mata pelajaran yang guru sajikan merupakan pertanda awal yang baik bagi proses belajar siswa tersebut. Sebaliknya, sikap negatif siswa 47 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2011, h. 130. 48 Ibid., h. 131. 49 Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, Bandung: Remadja Karya, 1984, h. 102. terhadap guru dan mata pelajaran, apalagi jika diiringi kebencian kepada guru atau kepada mata pelajaran dapat menimbulkan kesulitan belajar siswa tersebut. 50 Demikian juga dengan tiap-tiap siswa mempunyai sifat kepribadian yang berbeda yang sedikit banyak turut pula mempengaruhi sampai dimanakah hasil belajarnya dapat dicapai. 51

c. Bakat Siswa

Secara umum bakat aptitude adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang Chaplin, 1972; Reber, 1988. Dengan demikian, sebetulnya setiap orang pasti memiliki bakat dalam arti berpotensi untuk mencapai prestasi sampai ke tingkat tertentu dengan kapasitas masing-masing. Jadi, secara umum bakat itu mirip dengan intelegensi. Itulah sebabnya seorang anak yang berintelegensi sangat cerdas superior atau cerdas luar biasa very superior disebut juga sebagai talented child, yakni anak berbakat. 52 Bakat berfungsi sebagai modal pembelajaran, dengan adanya bakat seorang siswa akan jauh lebih mudah memahami materi pembelajaran bahkan tanpa hadirnya seorang pendidik sekalipun. Bakat dapat berkembang sebagai kemampuan suatu individu untuk melakukan tugas tertentu tanpa banyak bergantung ppada upaya pendidikan dan pelatihan.

d. Minat Siswa

Secara sederhana, minat interest berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. 53 Guru dalam hal ini seharusnya berusaha membangkitkan minat siswa untuk menguasai pengetahuan yang terkandung dalam bidang studinya dengan cara yang lebih kurang sama dengan kiat mebangun sikap positif.

e. Motivasi Sosial

Pengertian dasar motivasi adalah keadaan internal organisme baik manusia ataupun hewan yang mendorongnya untuk berbuat sesuatu. Dalam 50 Muhibbin Syah, op. cit., h. 132. 51 Ngalim Purwanto, op. cit., h. 103-104. 52 Muhibbin Syah, op. cit., h. 133. 53 Ibid. perkembangan selanjutnya, motivasi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu: 1 motivasi intrinsik yaitu keadaan yang berasal dari dalam diri siswa yang mampu mendorong tindakan belajar. 2 motivasi ekstrinsik yaitu keadaan yang datang dari luar individu siswa juga mendorongnya untuk melakukan kegiatan belajar. 54 Anak akan menyadari apa gunanya belajar dan apa tujuan yang hendak dicapai dengan pelajaran itu. 55 Jadi jika guru dan orang tua dapat memberikan motivasi yang baik pada anak-anak timbullah dalam diri anak itu dorongan dan hasrat untuk belajar lebih baik. b Faktor Eksternal Siswa Faktor eksternal siswa terdiri atas dua macam, yakni: lingkungan sosial dan lingkungan nonsosial. 56

1. Lingkungan Sosial

Lingkungan sosial ini termasuk sekolah, masyarakat, dan kelauarga. Lingkungan sekolah seperti para guru, para tenaga kependidikan dan teman- teman sekelas dapat mempengaruhi semangat belajar seorang siswa. Selanjutnya lingkungan masyarakat termasuk tetangga, terutama teman sebaya dapat mendukung, paling tidak mendiskusikan pelajaran yang dianggapnya sulit. Lingkungan sosial yang lebih banyak mempengaruhi adalah lingkungan okeluarga dan orang tua. Sifat orang tua dan praktik pengelolaan keluarga, ketegangan keluarga, dan demografi keluarga semuanya dapat memberikan dampak baik atau buruk terhadap kegiatan belajar dan hasil yang dicapai oleh siswa.

2. Lingkungan Nonsosial

Faktor-faktor yang termasuk lingkungan nonsosial adalah gedung sekolah, dan letaknya, rumah tempat tinggal keluarga siswa dan letaknya, alat-alat belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar yang digunakan siswa. 54 Ibid., h. 134. 55 Ngalim Purwanto, op. cit., h. 105. 56 Muhibbin Syah, op. cit., h. 135.