Tahapan-tahapan Model Learning Cycle 5E:

tahap ini dapat dirancang dengan baik oleh guru maka motivasi belajar siswa akan meningkat. Meningkatnya motivasi belajar siswa tentu dapat mendorong peningkatan hasil belajar siswa. 29 5 Evaluation Evaluasi merupakan tahap terakhir dari siklus belajar. Pada tahap evaluasi guru dapat mengamati pengetahuan dan pemahaman siswa dalam menerapkan konsep baru. Siswa dapat melakukan evaluasi diri dengan mengajukan pertanyaan terbuka dan mencari jawaban yang menggunakan observasi, bukti, dan penjelasan yang diperoleh sebelumnya. Hasil evaluasi ini dapat dijadikan guru sebagai bahan evaluasi tentang proses penerapan metode siklus belajar yang sedang diterapkan, apakah sudah berjalan dengan sangat baik, cukup baik, atau masih kurang. Demikian pula melalui evaluasi diri, siswa akan dapat mengetahui kekurangan atau kemajuan dalam proses pembelajaran yang sudah dilakukan. 30 Berdasarkan tahapan-tahapan dalam metode pembelajaran bersiklus seperti dipaparkan di atas, diharapkan siswa tidak hanya mendengar keterangan guru tetapi dapat berperan aktif untuk menggali dan memperkaya pemahaman mereka terhadap konsep-konsep yang dipelajari. Berdasarkan uraian di atas, LC dapat dimplementasikan dalam pembelajaran bidang- bidang sain maupun sosial. Implementasi LC dalam pembelajaran menempatkan guru sebagai fasilitator yang mengelola berlangsungnya fase-fase tersebut mulai dari perencanaan terutama pengembangan perangkat pembelajaran, pelaksanaan terutama pemberian pertanyaan-pertanyaan arahan dan proses pembimbingan sampai evaluasi. Efektifitas implementasi LC biasanya diukur melalui observasi proses dan pemberian tes. Jika ternyata hasil dan kualitas pembelajaran tersebut ternyata belum memuaskan, maka dapat dilakukan siklus berikutnya yang pelaksanaannya harus lebih baik dibanding 29 Made Wena, loc. cit. 30 Ibid. siklus sebelumnya dengan cara mengantisipasi kelemahan-kelemahan siklus sebelumnya, sampai hasilnya memuaskan. Setiap tahap yang terstruktur dalam learning cycle 5e memiliki manfaat yang positif bagi siswa karena mengindikasikan pembelajaran yang bersifat student-centered. Proses pembelajaran bukan lagi sekedar transfer pengetahuan dari guru ke siswa, tetapi merupakan proses pemerolehan konsep yang berorientasi pada keterlibatan siswa secara aktif dan langsung. Proses pembelajaran demikian akan lebih bermakna, menghindarkan siswa dari cara belajar tradisional yang cenderung menghafal, dan menjadikan skema dalam diri siswa yang setiap saat dapat diorganisasi oleh siswa untuk menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi.

3. Hasil Belajar

a. Belajar

1 Konsep Belajar Menurut Witherington dalam bukunya Nana Syaodih Sukmadinata, belajar merupakan perubahan dalam kepribadian yang dimanifestasikan sebagai pola-pola respons yang baru yang berbentuk keterampilan, sikap, kebiasaan, pengetahuan dan kecapakan. Menurut Crow dan Crow, belajar adalah diperolehnya kebiasaan-kebiasaan, pengetahuan dan sikap baru. Sedangkan menurut Hilgard, belajar adalah suatu respon dimana suatu perilaku muncul atau berubah karena adanya respons terhadap adanya suatu situasi. 31 Belajar dapat di definisikan dalam hal-hal pokok sebagai berikut: a Bahwa belajar itu membawa perubahan dalam arti behavioral changes, aktual maupun potensal. b Bahwa perubahan itu pada pokoknya adalah didapatkannya kecakapan baru. 31 Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009, h. 155 —156. c Bahwa perubahan itu terjadi karena usaha dengan sengaja. 32 Dari beberapa pendapat tentang pengertian belajar dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku, pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan nilai-sikap yang tidak disebabkan oleh pembawaan, kematangan, dan keadaan –keadaan sesaat seseorang, namun terjadi sebagai hasil latihan dalam interaksi dengan lingkungan. 2 Beberapa Teori Belajar Teori-teori belajar bersumber dari teori atau aliran-aliran psikologi. Secara garis besar dikenal ada tiga teori psikologi yaitu: teori Disiplin Mental, Behaviorisme, dan Cognitivisme-Gestalt-Field. a Teori Disiplin Mental Menurut Psikologi Daya atau Faculty Psycology, individu memiliki sejumlah daya-daya: daya mengenal, mengingat, menangkap, mengkhayal, berpikir, merasakan,berbuat, dsb. Daya-daya itu dapat dikembangkan melalui latihan dalam bentuk ulangan-ulangan. Kalau anak dilatih banyak mengulang- ulang, menghafal sesuatu, maka ia akan terus ingat akan hal itu. 33 Teori disiplin mental yang lain adalah Naturalisme Romantik dan Rousseau. Menurutnya anak memiliki potensi-potensi yang masih terpendam, melalui belajar anak harus diberi kesempatan mengembangkan atau mengaktualkan potensi-potensi tersebut. Sesungguhnya anak mempunyai kekuatan sendiri untuk mencari, mencoba, menemukan dan mengembangkan dirinya sendiri. Pendidik tidak banyak turut campur mengatur anak, biarkan dia belajar sendiri, yang penting perlu diciptakan situasi belajar yang permisif rileks, menarik dan bersifat ilmiah. 34 b Teori Behaviorisme Rumpun teori ini disebut behaviorisme karena menekankan perilaku atau tingkah laku yang dapat diamati. Ada beberapa ciri dari rumpun teori ini, yaitu: 1 mengutamakan unsur-unsur atau bagian-bagian kecil, 2 bersifat 32 Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, Jakarta: CV. Rajawali, 1987, h. 248-249. 33 Nana Syaodih Sukmadinata, op. cit., h. 167. 34 Ibid., h. 168. mekanistik, 3 menekankan perana lingkungan, 4 mementingkan pembentukan reaksi atau respons, 5 menekankan pentingnya latihan. Konektivisme merupakan teori yang paling awal dari rumpun behaviorisme. Menurut teori ini tingkah laku manusia tidak lain dari suatu hubungan antara perangsang jawaban atau stimulus-respons. 35 Tokoh yang sangat dikenal dari teori ini adalah Thorndike, Belajar pada binatang yang juga berlaku bagi manusia menurut Thorndike adalah Triad and eror. Teori Pengkondisian, merupakan perkembangan lebih lanjut dari konektivisme. Teori ini dilatarbelakangi oleh percobaan Pavlov dengan keluarnya air liur. Air liur akan keluar apabila anjing melihat atau mencium makanan. Jadi belajar merupakan suatu upaya penkondisian pembentukan suatu perilaku atau respons terhadap sesuatu. 36 c Teori Cognitive-Gestalt-Field Rumpun ketiga adalah Kognitif-Gestalt-Field. Kalau rumpun behaviorisme bersifat molekuler menekankan unsur-unsur, maka rumpun ini bersifat molar atau bersifat keseluruhan dan keterpaduan. Menurut Mulyoto, pandangan psikologi gestalt adalah seseorang memperoleh pengetahuan melalui sensasi atau informasi dengan melihat struktur-nya secara menyeluruh kemudian menyusunnya kembali dalam struktur yang lebih sederhana sehingga lebih mudah dipahami. 37 Gestalt dalam pandangan psikologinya menyatakan bahwa belajar bukan sekedar asosiasi antara stimulus-respon yang kian lama kian kuat disebabkan adanya berbagai latihan atau ulang-ulangan. Menurut aliran ini, belajar itu terjadi apabila terdapat pengertian insight. Pengertian ini muncul jika seseorang, setelah beberapa saat, mencoba memahami suatu problem, tiba-tiba muncul adanya kejelasan, terlihat olehnya hubungan antara unsur- 35 Ibid. 36 Ibid., h. 169. 37 Mulyoto, “Perolehan dan Penerapan Pengetahuan dalam Pembelajaran Matematika ”, Jurnal Ilmiah Inkoma, Volume 21, Nomor 2, Juni 2010, h. 86. Tersedia online http:jurnal.undaris.ac.idindex.phpekonomiarticleview28 . unsur yang satu dengan yang lain, kemudian dipahami sangkut pautnya untuk kemudian dimengerti maknanya. Dengan demikian, belajar menurut Gestalt adalah proses individu mendapatkan suatu pengetahuan berawal dari suatu hal yang kompleks kepada hal yang sederhana. Setiap indiviidu akan merasakan kebermaknaan belajar manakala individu tersebut sudah mendapatkan dan memahami pengertian tentang objek yang dipelajari. Dari pengertian inilah individu akan menanamkan makna yang diperolehnya kedalam dirinya dan dijadikan sebagai pola-pola atau aturan dalam membuat prinsip kehidupannya. Dalam hal ini, individu akan lebih banyak melakukan aktifitas pembelajaran dibandingkan guru atau pengajar. Karena dalam pembelajaran ini individu dituntut untuk secara aktif menggali pengetahuan yang baru dipelajarinya menjadi suatu produk pengetahuan baru yang diperolehnya. Sehingga individu dalam melakukan proses pembelajaran ini akan mendapatkan kekhasan dalam berfikir, menganalisis permasalahan, dan memecahkan suatu persoalan dengan mengandalkan kemampuannya secara mandiri. Teori Kognitif, dikembangkan oleh para ahli Psikologi Kognitif. Teori ini berbeda dengan behaviorisme, bahwa yang utama pada kehidupan manusia adalah mengetahui knowing dan bukan respons. Teori ini menekankan pada peristiwa mental, bukan hubungan srimulus-respons. Perilaku juga penting sebagai indikator, tetapi yang lebih penting adalah berfikir. 38 Teori Gestalt, berkembang di Jerman dengan pendirinya yang utama adalah Max Wertheimer. Gestalt bahasa Jerman yang artinya kurang lebih konfigurasi, pola, kesatuan, keseluruhan. Menurut Gestalt belajar harus dimulai dari keseluruhan, baru kemudian kepada bagian-bagian. Dalam belajar siswa harus memahami makna hubungan antar satu bagian dengan bagian yang lainnya. 39 38 Nana Syaodih Sukmadinata, op. cit., h. 170. 39 Ibid.