Kajian Analisa Kesiapan UPGB dalam Mendukung Pengadaan Gabah Dalam Negeri Perum BULOG

238 LAPORAN TAHUNAN Annual Report Kajian ini bertujuan : i Menganalisa kondisikesiapan UPGB dalam mendukung target pengadaan gabah beras DN 2016 menggunakan pendekatan analisis 6M Man, Machine, Material, Money, Market Method; dan ii Mengetahui efektivitas dan eisiensi pengeringan gabah menggunakan tungku sekam, burner LPG, burner solar sebagai alternatif pengganti burner minyak tanah pada drying center Ex-BUKOPIN. Sampel Divre ditetapkan berdasarkan kriteria wilayah pengadaan, terdiri dari 9 Divre meliputi: Sumsel, Lampung, Jabar, Jateng, Jatim, DIY, DKI Banten, NTB, dan Sulselbar. Sedangkan lokasi UPGB ditetapkan secara purposive berdasarkan pada kriteria UPGB yang sudah direncanakan untuk direvitalisasi menjadi unit percontohan Pengolahan Paddy to Rice dan Rice to Rice, serta UPGB-UPGB yang memiliki fasilitas dryer berupa tungku sekam, burner berbahan bakar LPG, dan burner berbahan bakar minyak tanah. Responden kajian meliputi pelaksana UPGB, mitra kerja penggilingan, dan vendorsupplier burner LPG dan tungku sekam. Berdasarkan hasil kajian, UPGB masih terkendala dengan aspek 6M yang meliputi bahan baku, pemasaran, modal, SDM, mesin, dan metode. Apabila setiap kendala diberi nilai skor dengan rentang 1-10, dimana semakin tinggi nilai semakin besar kendala yang dihadapi, maka kendala terbesar UPGB di sembilan Divre kajian adalah permasalahan SDM dengan skor 7,15, diikuti pemasaran 7,08, permasalahan mesin 6,92, modal dan metode masing-masing dinilai 5,00 dan bahan This study aims to: i Analyze the condition readiness of UPGB in supporting the procurement target of rice seeds DN 2016 using 6M analysis approach Man, Machine, Material, Money, Market Method; and ii To know the effectiveness and eficiency of grain drying using husk furnaces, LPG burners, diesel burners as an alternative to kerosene burners at the Ex-BUKOPIN drying center. The Divre sample is determined based on the criteria of the procurement area, consisting of 9 Divisions covering: South Sumatra, Lampung, West Java, Central Java, East Java, DIY, DKI Banten, NTB, and Sulselbar. While the location of UPGB is determined purposively based on UPGB criteria that have been planned to be revitalized into a pilot unit Grain to Rice and Rice to Rice processing, and UPGB-UPGB which has dryer facility in the form of husk furnace, LPG burner, and kerosene burner . Respondents of the study included UPGB implementers, milling partners, and supplier supplier of LPG burner and husk furnace. Based on the results of the study, UPGB is still constrained by 6M aspects which include raw materials, marketing, capital, human resources, machinery, and methods. If each constraint is scored with a range of 1-10, where the higher the value the greater the constraint faced, then the biggest obstacle UPGB in the nine Divre study is the human resource problems with score 7,15, followed by marketing 7.08, Machine 6.92, capital and method each rated 5.00 and raw materials 4.88.

8. Kajian Analisa Kesiapan UPGB dalam Mendukung Pengadaan Gabah Dalam Negeri Perum BULOG

serta Efektivitas dan Eisiensi Penggunaan Burner Alternatif untuk Drying Center Ex. BUKOPIN 8. Review on UPGB Readiness Analysis in Support of Groundbreaking of BULOG Housing and the Effectiveness and Eficiency of Alternative Burner Usage for Drying Center Ex. BUKOPIN 239 LAPORAN TAHUNAN Annual Report baku 4,88. UPGB saat ini masih cenderung berorientasi untuk kebutuhan PSO dibandingkan kegiatan komersial dengan persentase kegiatan hingga mencapai 70,19 persen. Walaupun UPGB cenderung berorientasi kepada pemenuhan kebutuhan PSO, namun pada dasarnya UPGB tidak banyak melakukan pengolahan gabah ke beras. UPGB lebih banyak melakukan pengolahan beras ke beras rice to rice. Persentase antara kegiatan giling gabah paddy to rice dan pengolahan beras rice to rice masing-masing adalah 16,22 persen dan 83,78 persen, atau hanya mencapai 0,75 persen dari total kegiatan UPGB yang meliputi kegiatan trading, pengolahan rice to rice, penjualan hasil samping, dan pengolahan paddy to rice. Dengan melihat beberapa kendala pada aspek 6M yang dihadapi UPGB saat ini, terutama dalam menggunakan mesin gilingnya dalam pengolahan gabah menjadi beras, maka UPGB saat ini dinilai relatif belum siap secara maksimal mendukung pengadaan gabah DN. Namun demikian, UPGB juga perlu terus didorong dan dikembangkan dengan mengeluarkan beberapa pendukung di antaranya terkait penetapan target pengelolaan gabah untuk UPGB, pemberian insentif, sistem pendanaanmodal kerja yang memadai, pergudangan, perbaikan mesin, dan pemenuhan SDM sesuai kompetensi yang diperlukan. Semua jenis burner baik berbahan bakar solar, LPG, maupun tungku sekam pada prinsipnya dapat digunakan sebagai alternatif pengganti burner minyak tanah untuk Drying Center ex.BUKOPIN. Ketiga burner tersebut baik berbahan bakar solar, LPG, maupun sekam dalam kondisi baik dapat secara efektif digunakan mengeringkan gabah dengan laju pengeringan tergantung kepada temperatur dan kelembaban lingkungan, temperatur pengeringan yang diset, varietas gabah, serta selisih kadar air antara kadar air awal dan kadar air akhir yang diharapkan. Burner solar relatif mirip dengan burner minyak tanah. Di beberapa penggilingan termasuk UPGB sudah ada yang menggunakan burner minyak tanah untuk bahan bakar solar tanpa dimodiikasi terlebih dahulu dengan pertimbangan kemiripan titik nyala kedua bahan bakar tersebut. Bahkan di beberapa tempat sudah ada yang memodiikasi solar menjadi sopmitan solar pengganti UPGB currently still tends to be oriented to PSO needs compared to commercial activities with the percentage of activities up to 70.19 percent. Although UPGB tends to be oriented towards fulilling PSO needs, but UPGB basically does not do much processing of rice to rice. UPGB does more processing rice to rice rice to rice. The percentage between grain to rice and rice to rice activities is 16.22 percent and 83.78 percent, or only 0.75 percent of total UPGB activities which include trading activities, rice processing To rice, side product sales, and grain to rice processing. By perceiving at some of the constraints on the 6M aspect that UPGB faces today, especially in using its roller mill in grain processing into rice, the UPGB is currently relatively inadequately prepared to support the procurement of the grain DN. However, UPGB also needs to be continuously encouraged and developed by issuing several supporters such as the setting of grain management targets for UPGB, incentives, adequate funding working capital, warehousing, machine repair and fulillment of human resources as required. All types of burners either diesel fuel, LPG, or husk husk in principle can be used as an alternative to kerosene burner for Drying Center ex.BUKOPIN. The three burners, both diesel fuel, LPG, and chaff in good condition can be effectively used to dry grain with drying rate depending on the temperature and humidity of the environment, set drying temperature, grain varieties, and the difference in moisture content between the initial moisture content and expected end moisture content. The diesel burner is relatively similar to a kerosene burner. In some mills including existing UPGBs that use kerosene burners for diesel fuel without being modiied irst with consideration of the similarity of the lash point of the two fuels. Even in some places there are already modify the diesel fuel to sopmitan diesel fuel substitute to have the same characteristics with 240 LAPORAN TAHUNAN Annual Report minyak tanah agar memiliki karakteristik yang sama dengan minyak tanah. Burner LPG tidak memerlukan biaya investasi dan perawatan yang tinggi, namun penggunaannya di beberapa tempat terkendala oleh harganya yang relatif mahal dan ketersediaannya yang terbatas. Oleh karena itu, burner ini akan relatif lebih ekonomis jika dipasang di daerah dengan harga LPG murah dan tingkat ketersediaan yang melimpah serta kapasitas dryer yang tidak terlalu besar. Tungku sekam memerlukan biaya investasi dan perawatan yang relatif lebih tinggi. Namun demikian, biaya investasi ini akan tertutupi oleh biaya operasional pengeringan yang rendah dengan catatan bahwa kegiatan pengolahan gabah ke beras dilakukan secara berkelanjutan. Hasil simulasi biaya pengeringan untuk DC Ex. BUKOPIN menunjukkan bahwa tungku sekam memiliki biaya pengeringan paling rendah sebesar Rp96,83kg diikuti solar Rp165,90kg dan LPG Rp255,80kg. Dalam penggunaan tungku sekam perlu diperhatikan keseimbangan antara volume kegiatan pengeringan dan penggilingan, karena bahan bakar tungku akan sangat tergantung kepada seberapa banyak sekam yang dihasilkan dari kegiatan penggilingan. DC Ex. BUKOPIN dengan lingkungan UPGB yang berprioritas pada kegiatan pengolahan paddy to rice lebih sesuai menggunakan tungku sekam dibandingkan DC Ex. BUKOPIN dengan lingkungan UPGB yang berprioritas pada kegiatan pengolahan rice to rice.

9. Kajian Efektivitas Penggunaan Closed Circuit Television CCTV di Gudang-Gudang Perum