Pengertian Anak Autis Tinjauan Tentang Anak Autis
akan tetapi ada juga sebagian yang tidak peka terhadap rangsang. Karakteristik anak autis merupakan perilaku khas yang meliputi pengetahuan, sikap atau ucapan yang
sering ditunjukkan jika dihadapkan pada suatu obyek atau situasi tertentu yang dapat mendorong terlihatnya perilaku abnormal. Yuniar, Pamuji, 2007: 11
menyatakan karakteristik anak autis disebut juga dengan Trias Autistik yang meliputi tiga gangguan yaitu:
a. Gangguan atau keanehan dalam berinteraksi dengan lingkungan
orang sekitar, obyek, dan situasi. b.
Gangguan dalam kemampuan berkomunikasi baik verbal maupun non verbal.
c. Gangguan atau keanehan dalam berperilaku motorik, minat yang
terbatas, dan respon sensoris yang kurang memadai. Lebih lanjut Yuniar, Pamuji, 2007:11 juga merinci karakteristik anak autis
sebagai berikut:
a. Mempertahankan rutinitas atau sulit menyesuaikan diri dengan
perubahan. b.
Terlambat dalam perkembangan bahasa. c.
Sering “ngoceh” atau menggunakan bahasa sendiri. d.
Bila sudah berbicara sulit diajak berdialog. e.
Menangis, tertawa atau marah tanpa sebab yang jelas. f.
Sering melakukan gerakan yang berulang-ulang.
Dari pengertian di atas dapat diketahui bahwa perkembangan pola bicara yang kurang serta keterampilan penggunaan bahasa yang minim menjadikan anak
autis kurang mampu melakukan interaksi sosial. Anak autis cenderung menyendiri dan menarik diri dari lingkungan sosialnya. Perilaku yang ditunjukkan anak autis
cenderung repetitif atau senang melakukan gerakan tubuh yang berulang seperti
mengelilingi benda tertentu, berjalan, menjentikkan jari, resistensi terhadap perubahan hal rutin, sensitivitas tinggi terhadap rangsangan sensorik seperti
sentuhan, suara, rasa, atau cahaya. Terkadang anak mengalami kesulitan tidur dan mengendalikan emosi serta mengarah pada perilaku agresif terhadap diri sendiri
maupun orang lain. Dalam hal interaksi anak autis menghindari kontak mata dan seringkali memberikan respon yang tidak tepat, baik dengan kata-kata atau pun
suara. Yosfan Azwandi 2005: 27,
menyatakan bahwa “anak autis jika dilihat dari penampilan luar secara fisik tidak berbeda dengan anak normal pada umumnya.
Perbedaan anak autis dengan anak yang lain dapat dilihat ketika mereka melakukan aktifitas seperti; berkomunikasi dan bermain.
” Anak autis cenderung membeo dan tidak merespon perkataan pertanyaan yang diajukan kepadanya tetapi mengikuti
pertanyaan, contoh ketika an ak ditanya “Siapa namamu?”, tidak dijawab dengan
“nama saya….,” tetapi dijawab dengan mengulang pertanyaan “Siapa namamu?” dan tidak jarang anak autis mengeluarkan bahasa-bahasa yang terkadang tidak jelas
artinya. Dalam melakukan permainan, anak autis kadang tidak menggunakan mainan sebagaimana mestinya seperti mobil-mobilan yang seharusnya dijalankan
tetapi dibalik dan hanya diputar-putar rodanya. Bonny Danuatmaja 2003: 24 menuliskan karakteristik anak autis sebagai
berikut: a.
Selektif berlebihan terhadap rangsang sehingga kemampuan menangkap isyarat dari lingkungan sangat terbatas.
b. Kurang motivasi untuk menjelajahi lingkungan baru.
c. Respon stimulasi diri sehingga mengganggu integrasi sosial.
d. Respon unik terhadap imbalan berupa hasil pengindraan terhadap
perilaku stimulasi dirinya, baik berupa gerakan maupun berupa suara. Hal ini yang menyebabkan dia mengulang-ulang perilakunya secara
khas.
Dari karakteristik di atas, anak autis mengalami kesulitan dalam menangkap isyarat dari lingkungan, serta munculnya respon yang beranekaragam terhadap
suatu stimulan yang diberikan. Kurangnya motivasi untuk menjelajahi lingkungan baru sehingga menimbulkan perilaku anak yang terlihat menarik diri dari
lingkungannya. Powers, Rudy Sutadi dkk, 2003: 421 berpendapat bahwa karakteristik anak autis ada 6 geja
la gangguan yaitu dalam bidang; “ a interaksi sosial, b Komunikasi bicara, bahasa, dan komunikasi, c pola bermain, d
gangguan sensoris, e Perkembangan terlambat atau tidak normal, f penampakan gejala.” Karakteristik anak autis, lebih lanjut dapat dikaji sebagai berikut:
a. Interaksi sosial
Homans, Ali, 2004: 87 menjelaskan bahwa interaksi sosial merupakan “hubungan timbal balik antara dua orang atau lebih, dan masing-masing yang
terlibat di dalamnya memiliki peranan yang aktif.” Pada anak autis gangguan yang termasuk dalam interaksi sosial antara lain menolak bila dipeluk dan
memiliki pandangan yang tidak normal tidak adanya kontak mata, sehingga anak cenderung menarik diri dari lingkungan bermainnya dan asyik dengan
dunianya sendiri.
b. Komunikasi bicara, bahasa, dan komunikasi
Komunikasi merupakan cara penyampaian pesan terhadap sesuatu yang diinginkan. Anak autis kebanyakan mengalami kesulitan dalam berkomunikasi
walaupun dapat berbicara, tetapi kata-kata yang dikeluarkan tidak sesuai dengan artinya. Bahkan tidak jarang anak autis mengoceh berulang-ulang dengan bahasa
yang tidak dapat dimengerti orang lain. Anak autis biasanya menggunakan bahasa tubuh jika menginginkan sesuatu karena kesulitan untuk mengungkapkan
keinginan. Sehingga jika menginginkan sesuatu hanya menunjuk benda yang diinginkan atau menarik tangan untuk melakukan apa yang diinginkan anak.
c. Pola bermain
Pola Bermain pada anak autis juga tidak sama seperti pola bermain pada anak umumnya. Anak autis memiliki minat bermain yang terbatas dan sering
menggunakan alat permainan tidak sesuai dengan fungsinya. Seperti mobil- mobilan yang seharusnya ditarik atau didorong dalam menggerakkannya, anak
autis menggunakan mobil-mobilan dengan cara memutar-mutar rodanya. d.
Gangguan sensoris Gangguan sensoris hampir terjadi pada kebanyakan anak autis. Gangguan
sensoris ini antara lain tidak adanya kepekaan anak autis terhadap rangsangan yang diberikan atau bahkan sangat peka terhadap sentuhan. Bila mendengar suara
yang keras anak autis lebih cenderung untuk menutup telinga. Anak autis bisa