Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian
dengan pendapat Yosfan 2005: 14 yang mengartikan “autis sebagai suatu paham
yang hanya tertarik pada dunianya sendiri. Perilakunya timbul semata-mata karena dorongan dari dalam dirinya. Penyandang autis seakan-akan tidak peduli dengan
stimulus-stimulus yang datang dari orang lain. ” Seorang anak autis akan terlihat
sangat linglung, terkucil atau terasing, bahkan mereka tidak ingin melakukan kontak mata dengan orang lain, juga tidak berbicara atau bermain seperti yang
dilakukan anak lain. Mereka cenderung mengulang-ulang gerakan dan tingkah laku
tertentu secara terus menerus dan berlebihan, lagi, lagi dan lagi.
Rudi Sutadi dkk, 2003: 10 menyatakan bahwa “autis merupakan gangguan
perkembangan yang berhubungan dengan perilaku yang umumnya disebabkan oleh kelainan
struktur otak atau fungsi otak.” Dapat diketahui bahwa kelainan struktur otak pada anak autis terdapat pada Lobus Parientalis otaknya, yang menyebabkan
anak tidak memberikan respon terhadap lingkungan, dan kelainan pada system limbic yang menyebabkan gangguan pada fungsi kontrol terhadap agresi dan emosi.
Ditinjau dari segi perilaku, anak-anak penyandang autis cenderung untuk melukai dirinya sendiri, tidak percaya diri, bersikap agresif, menanggapi secara kurang atau
bahkan berlebihan terhadap suatu stimuli eksternal, dan menggerak-gerakkan anggota tubuhnya secara tidak wajar Mirza Maulana, 2008:13.
Prasetyono 2008:11 berpendapat bahwa “autis merupakan kumpulan
sindrom yang mengganggu saraf.” Bentuk gangguan seperti ini dapat mengganggu perkembangan anak, diagnosisnya diketahui dari gejala-gejala yang tampak dan
ditunjukkan dengan penyimpangan perkembangan. Biasanya gejala-gejala ini muncul dan mulai terlihat pada usia 3 tahun yang secara mendadak anak menolak
kehadiran orang lain dan senang menyendiri.
Linda C. Copel, Herri Zan Pietter, 2011: 115 menjelaskan pengertian autis sebagai berikut:
“Autis adalah gangguan perkembangan pervasif pada masa kanak- kanak yang dimanifestasikan dengan kerusakan hebat dalam interaksi
sosial dan imajinatif. Aktifitas dan gerakan pada anak autis sangat terbatas, berulang-ulang, aneh, tidak sesuai dengan perilaku pada
umumnya, bahkan terkadang perilaku yang merusak. Missal gerakan tubuh
yang bergoyang-goyang,
tubuh yang
berputar-putar, membentur-benturkan kepala atau menggigit bagian tubuh tertentu
secara ekstrem.”
Dari pendapat di atas dapat diketahui bahwa autis adalah gangguan perkembangan neurobiologi yang berat yang terjadi pada anak sehingga
menimbulkan masalah pada anak untuk berkomunikasi dan berelasi berhubungan dengan lingkungannya. Penyandang autisme tidak dapat berhubungan dengan orang
lain secara berarti, serta kemampuannya untuk membangun hubungan dengan orang lain terganggu karena ketidak mampuannya untuk berkomunikasi dan untuk
mengerti apa yang dimaksud oleh orang lain. Dari berbagai pengertian di atas dapat ditegaskan bahwa autis bukanlah
suatu penyakit melainkan suatu kumpulan gejala kelainan perilaku dan