47
dalam urutan waktu, 3 berusaha menjawab pertanyaan, apa yang terjadi?, dan 4 ada konflik.
Ciri yang dikemikakan Keraf memiliki persamaan dengan Atar Semi, bahwa narasi memiliki ciri berisi suatu cerita, menekankan susunan kronologis
atau dari waktu ke waktu, dan memiliki konflik. Perbedaannya, Keraf lebih memilih ciri yang menonjolkan pelaku.
Berdasarkan pendapat kedua ahli tersebut dapat disimpulkan ciri-ciri karangan narasi yaitu 1 berupa rangkaian kejadian atau peristiwa, 2 latar yang
berupa latar waktu dan tempat terjadinya peristiwa, 3 alasan atau latar belakang pelaku mengalami peristiwa, 4 ada pelaku atau tokoh yang mengalami peristiwa,
dan 5 menekankan susunan kronologis.
2.2.2.3 Jenis Karangan Narasi
Keraf 2001:136-138 mengemukakan dua jenis narasi dan perbedaan pokok kedua narasi tersebut. Uraian mengenai jenis dan perbedaan pokoknya
adalah sebagai berikut. Pertama, narasi ekspositoris, bertujuan untuk menggugah pikiran para
pembaca untuk mengetahui apa yang dikisahkan. Sasaran utama dari narasi ekspositoris adalah rasio, yaitu berupa perluasan pengetahuan
para pembaca sesudah membaca kisah tersebut. Narasi menyampaikan informasi mengenai berlangsungnya suatu peristiwa. Kedua, narasi
sugestif, yaitu narasi yang disusun dan disajikan sedemikian macam, sehingga mampu menimbulkan daya khayal para pembaca. Narasi
jenis ini berusaha menyampaikan sebuah makna kepada para pembaca melalui daya khayal yang dimilikinya.
Perbedaan pokok antara narasi ekspositoris dan narasi sugestif. Narasi ekspositoris memperluas pengetahuan, menyampaikan informasi
mengenai suatu kejadian, didasarkan pada penalaran untuk mencapai kesepakatan rasional, dan bahasanya lebih condong ke bahasa
informatif dengan titik berat pada penggunaan kata-kata detotatif. Narasi sugestif menyimpan suatu makna atau suatu, menimbulkan
daya khayal, penalaran hanya berfungsi sebagai alat-alat untuk menyampaikan makna, sehingga kalau perlu penalaran dapat
48
dilanggar, dan bahasa yang digunakan lebih condong ke bahasa figuratif dengan menitikberatkan penggunaan kata-kata konotatif.
Pendapat tersebut relevan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Caray 2009 yang membedakan narasi menjadi dua jenis, yaitu sebagai berikut.
Pertama, narasi ekspositoris, yaitu narasi yang memiliki sasaran penyampaian informasi secara tepat tentang suatu peristiwa dengan
tujuan memperluas pengetahuan orang tentang kisah seseorang. Kedua, narasi sugestif, yaitu narasi yang berusaha untuk memberikan
suatu maksud tertentu.
Dalam narasi ekspositorik, penulis menceritakan suatu peristiwa berdasarkan data yang sebenarnya. Pelaku yang ditonjolkan biasanya satu orang.
Pelaku diceritakan mulai dari kecil sampai akhir dalam kehidupannya. Karangan narasi ini diwarnai oleh eksposisi, maka ketentuan eksposisi juga berlaku pada
penulisan narasi ekspositprik. Ketentuan ini berkaitan dengan penggunaan bahasa yang logis, berdasarkan fakta yang ada, tidak memasukan unsur sugestif atau
bersifat objektif. Berbeda dengan narasi ekspositoris, narasi sugestif berusaha untuk
memberikan suatu maksud tertentu, menyampaikan suatu amanat terselubung kepada para pembaca atau pendengar, sehingga pembaca atau pendengar merasa
seolah-olah melihat atau merasakan apa yang dinarasikan oleh penulis. Dari pendapat beberapa ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa jenis
karangan narasi ada dua, yaitu narasi ekspositoris dan narasi sugestif. Narasi ekspositotis lebih menekankan pada fakta yang ada, tidak memasukan unsur
sugestif atau bersifat objektif, sedangkan narasi sugestif memberikan maksud tertentu atau amanat dari sebuah tulisan.
49
Jenis narasi yang menjadi fokus penelitian ini adalah narasi sugestif, karena sesuai dengan topik yang akan digunakan pada saat pembelajaran yaitu
keterampilan menulis karangan narasi menggunakan metode sugesti-imajinasi dengan media movie maker. Narasi sugestif merupakan suatu rangkaian peristiwa
yang disajikan sedemikian rupa, sehingga merangsang daya khayal para siswa. Dengan demikian, siswa diharapkan dapat tersugesti dan berimajinasi setelah
menyaksikan tayangan movie maker, untuk kemudian dituangkan dalam sebuah tulisan berupa karangan narasi.
2.2.2.4 Struktur Karangan Narasi