45
Narasi biasanya tampil relatif datar tanpa ada kecenderungan memberi tekanan pada suatu bagiannya. Narasi juga sering muncul sebagai pengantar untuk
melukiskan keadaan supaya pembaca lebih dapat membayangkan kejadian yang mengikutinya.
Pernyataan tersebut relevan dengan pendapat Nurudin dalam Alifah 2009:27 yang menyatakan bahwa narasi adalah bentuk tulisan yang berusaha
menciptakan, mengisahkan, merangkaikan tindak-tanduk perbuatan manusia dalam sebuah peristiwa secara kronologis atau yang berlangsung dalam satu
kesatuan waktu tertentu. Melalui narasi, seorang penulis memberi tahu orang lain tentang sebuah
cerita. sebab narasi juga sering diartikan cerita. Narasi pada umumnya merupakan himpunan peristiwa yang disusun berdasarkan urutan waktu atau urutan kejadian.
Dari beberapa pendapat para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa narasi adalah karangan yang menceritakan suatu rangkaian peristiwa yang
disampaikan kepada pembaca secara jelas menurut urutan waktu secara kronologis, sehingga pembaca seolah-olah melihat, mendengar, atau mengalami
kejadian yang diceritakan.
2.2.2.2 Ciri-ciri Karangan Narasi
Setiap karangan mempunyai karakter atau ciri-ciri tersendiri sebagai pembeda dengan jenis karangan yang lain. Sujanto 1988:111 berpendapat bahwa
ciri utama narasi adalah gerak atau perubahan dari keadaan suatu waktu menjadi keadaan yang lain pada waktu berikutnya, melalui peristiwa-peristiwa yang
berangkaian.
46
Pendapat lain dikemukakan oleh Nursisto 1999:32 yang menyatakan bahwa ciri-ciri narasi, yaitu 1 bersumber dari fakta atau sekadar fiksi, 2 berupa
rangkaian peristiwa, dan 3 bersifat menceritakan. Sebuah karangan narasi dapat bersumber dari kejadian yang benar-benar
terjadi atau dialami nyata atau fakta. Misalnya, ketika melihat terjadinya kecelakaan, bencana alam, dan lain sebagainya, dengan catatan hal tersebut benar-
benar terjadi bukan rekayasa. Karangan tersebut disebut sebagai karangan narasi yang bersumber dari fakta.
Selain bersumber dari fakta, karangan narasi juga bisa bersumber dari fiksi, yaitu hasil imajinasi atau rekayasa bukan atas dasar kejadian sebenarnya.
Kemudian, ciri karangan narasi selanjutnya yaitu berupa rangkaian terjadinya suatu peristiwa, adanya hubungan antara peristiwa yang satu dengan peristiwa
yang lain. Selanjutnya, ciri karangan narasi yang paling khas adalah menceritakan kronologis peristiwa.
Narasi dibangun oleh sebuah alur cerita. Alur ini tidak akan menarik jika tidak ada konfik. Selain alur cerita, konflik dan susunan kronlogis, ciri-ciri narasi
lebih lengkap lagi diungkapkan oleh Semi 2003:31 sebagai berikut: 1 berupa cerita tentang peristiwa atau pengalaman penulis, 2 kejadian atau peristiwa yang
disampaikan berupa peristiwa yang benar-benar terjadi, dapat berupa semata-mata imajinasi atau gabungan keduanya, 3 berdasarkan konflik, karena tanpa konflik
biasanya narasi tidak menarik, 4 memiliki nilai estetika, dan 5 menekankan susunan secara kronologis.
Pendapat relevan dikemukakan oleh Keraf dalam Caray 2009 ciri-ciri karangan narasi, yaitu 1 menonjolkan unsur perbuatan atau tindakan, 2 dirangkai
47
dalam urutan waktu, 3 berusaha menjawab pertanyaan, apa yang terjadi?, dan 4 ada konflik.
Ciri yang dikemikakan Keraf memiliki persamaan dengan Atar Semi, bahwa narasi memiliki ciri berisi suatu cerita, menekankan susunan kronologis
atau dari waktu ke waktu, dan memiliki konflik. Perbedaannya, Keraf lebih memilih ciri yang menonjolkan pelaku.
Berdasarkan pendapat kedua ahli tersebut dapat disimpulkan ciri-ciri karangan narasi yaitu 1 berupa rangkaian kejadian atau peristiwa, 2 latar yang
berupa latar waktu dan tempat terjadinya peristiwa, 3 alasan atau latar belakang pelaku mengalami peristiwa, 4 ada pelaku atau tokoh yang mengalami peristiwa,
dan 5 menekankan susunan kronologis.
2.2.2.3 Jenis Karangan Narasi