Tujuan Menyimak Jenis-jenis Menyimak

commit to user 16

c. Tujuan Menyimak

Penyimak yang baik adalah penyimak yang berencana. Salah satu butir dari perencanaan itu ada alasan tertentu mengapa yang bersangkutan menyimak. Alasan inilah yang disebut sebagai tujuan menyimak. Menyimak pada hakikatnya adalah mendengarkan dan memahami isi bahan simakan Karena itu dapat disimpulkan bahwa tujuan utama menyimak adalah menangkap, memahami, atau menghayati pesan, ide, gagasan yang tersirat dalam bahan simakan. Tujuan yang bersifat umum itu dapat dipecah-pecah menjadi beberapa bagian sesuai dengan aspek tertentu yang ditekankan. Perbedaan dalam tujuan menyebabkan perbedaan dalam aktivitas menyimak yang bersangkutan. Salah satu klasifikasi tujuan menyimak adalah seperti pembagian berikut yaitu menyimak untuk tujuan : 1 mendapatkan fakta, 2 menganalisis fakta, 3 mengevaluasi fakta, 4 mendapatkan inspirasi, 5 menghibur diri, dan 6 meningkatkan kemampuan berbicara Tarigan, 1992: 5. Tujuan menyimak yang lain yaitu untuk meningkatkan keterampilan berbicara. Dalam hal ini penyimak memperhatikan seseorang pembicara pada segi: cara mengorganisasikan bahan pembicaraan, cara penyampaian bahan pembicaraan, cara memikat perhatian pendengar, cara mengarahkan perhatian pendengar, cara menggunakan alat-alat bantu seperti mikrofon, alat peraga, dan cara memulai dan mengakhiri pembicaraan. Tarigan 2008: 62 berpendapat bahwa tujuan menyimak ada delapan, di antaranya yaitu untuk: 1 belajar, 2 menikmati keindahan audial, 3 mengevaluasi, 4 mengapresiasi materi simakan, 5 menunjang ide-ide penyimak sendiri, 6 dapat membedakan bunyi-bunyi dengan tepat, 7 dapat memecahkan masalah secara analisis dan kreatif, dan 8 meyakinkan si penyimak terhadap suatu masalah yang dia ragukan. commit to user 17

d. Jenis-jenis Menyimak

Komisi kurikulum pengajaran bahasa Inggris di Amerika Serikat melandaskan klasifikasi menyimak pada taraf hasil simakan dan keterampilan khusus yang diperlukan dalam menyimak. Terdapat empat jenis menyimak. Nama setiap jenis menyimak beserta alasannya seperti di bawah ini. 1 Menyimak marginal. Menyimak marginal atau sekelumit, biasa juga disebut menyimak pasif. Orang yang sedang belajar sambil mendengarkan siaran radio adalah contoh menyimak marginal. Perhatian menyimak terhadap siaran radio hanya sambilan, sedikit atau kecil. 2 Menyimak apresiatif. Penyimak larut dalam bahan yang disimaknya. Ia terpaku dan terpukau dalam menikmati dramatisasi cerita atau puisi, dalam menyimak pemecahan masalah yang disajikan secara orisinil oleh pembicara. Secara imajinatif penyimak seolah-olah ikut mengalami, merasakan, melakukan karakter pelaku cerita yang dilisankan. 3 Menyimak atentif. Penyimak dalam menyimak atentif dituntut memahami secara tepat isi bahan simakan. Misalnya menyimak isi petunjuk, pengumuman dan perkenalan. Salah satu karateristik jenis menyimak ini ialah penyimak tidak berpartisipasi secara langsung seperti dalam percakapan, diskusi, tanya jawab dan sejenisnya. 4 Menyimak analisis. Penyimak mempertimbangkan, menelaah, mengkaji isi bahan simakan yang diterimanya. Bila diperlukan, isi simakan dibandingkan dan dipertentangkan dengan pengalaman dan pengetahuan penyimak. Jenis menyimak ini perlu dikuasai oleh siswa atau mahasiswa agar mereka dapat menilai secara kritis apa yang mereka simak Tarigan, 1992: 26-27. Logan, dkk dalam Tarigan, 1992: 27-28 mengklasifikasikan menyimak atas dasar tujuan juga, yakni tujuan khusus. Menurut mereka ada tujuh jenis menyimak yang perlu dikembangkan melalui pengajaran bahasa bagi siswa di sekolah. Jenis dan penjelasan setiap menyimak tersebut adalah sebagai berikut. 1 Menyimak untuk belajar. Melalui kegiatan menyimak seseorang mempelajari berbagai hal yang dibutuhkan. Misalnya para siswa menyimak ceramah guru commit to user 18 sejarah, guru bahasa Indonesia, botani dan sebagainya; mahasiswa mendengarkan siaran radio, televisi, diskusi dan sebagainya. 2 Menyimak untuk menghibur. Penyimak, menyimak sesuatu untuk menghibur dirinya, misalnya, menyimak pembacaan cerita-cerita lucu, dagelan, pertunjukan sandiwara, film dan sebagainya. 3 Menyimak untuk menilai. Penyimak mendengarkan dan memahami isi simakan kemudian menelaah, mengkaji, menguji, membandingkan dengan pengalaman dan pengetahuan menyimak. 4 Menyimak apresiatif. Penyimak memahami, menghayati, mengapresiasi isi bahan simakan. Misalnya menyimak pembacaan puisi, cerita pendek, roman, menyimak pertunjukan sandiwara dan lain-lain. 5 Menyimak untuk mengkomunikasikan ide dan perasaan. Penyimak memahami, merasakan ide, gagasan, perasaan pembicara sehingga terjadi sambung rasa antara pembicara dengan pendengar. 6 Menyimak diskriminatif. Menyimak untuk membedakan bunyi, suara. 7 Menyimak pemecahan masalah. Penyimak mengikuti uraian pemecahan masalah secara kreatif dan analitis yang disampaikan oleh pembicara. Mungkin juga penyimak dapat memecahkan masalah yang dihadapinya, secara kreatif dan analitis setelah yang bersangkutan mendapat informasi dari menyimak sesuatu. Tarigan 2008: 38-53 berpendapat bahwa menyimak dibedakan menjadi dua belas jenis. 1 Menyimak ekstensif, 2 Menyimak intensif, 3 Menyimak sosial, 4 Menyimak sekunder, 5 Menyimak estetik, 6 Menyimak kritis, 7 Menyimak konsentratif, 8 Menyimak kreatif, 9 Menyimak penyelidikan, 10 Menyimak interogatif, 11 Menyimak pasif, dan 12 Menyimak selektif. commit to user 19 2.Hakikat Pembelajaran Menyimak di Kelas V SD a. Pengertian Pembelajaran Menyimak Pembelajaran merupakan suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur- unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling memengaruhi dalam mencapai tujuan pembelajaran. Pembelajaran berasal dari kata “belajar” mendapat imbuhan pe-an. Kata belajar berarti suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Belajar juga merupakan proses perubahan perilaku secara aktif, proses mereaksi semua situasi yang berada di sekitar individu, proses yang diarahkan pada suatu tujuan, proses berbuat melalui pengalaman, dan proses memahami sesuatu yang dipelajari Gino, dkk, 2000: 31. Pembelajaran adalah proses penciptaan kondisi dan pengorganisasian berbagai aspek yang memengaruhi peserta didik, dalam menguasai suatu kompetensi. Suprijono 2010: 13 menjelaskan tentang pembelajaran yang berdasarkan makna leksikal berarti proses, cara, perbuatan mempelajari. Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik atau murid Sagala, 2007: 61. Perbedaan esensil istilah ini dengan pengajaran adalah pada tindak ajar. Pada pengajaran guru mengajar, peserta didik belajar, sedangkan pada pembelajaran, guru mengajar diartikan sebagai upaya guru mengorganisir lingkungan terjadinya pembelajaran. Guru mengajar dalam perspektif pembelajaran adalah guru yang menyediakan fasilitas belajar bagi anak didiknya untuk mempelajarinya. Jadi subjek pembelajaran adalah peserta didik. Pembelajaran adalah dialog interaktif. Tumbuhnya perhatian pada pembelajaran menyimak sebagai salah satu alat penting penerimaan komunikasi dapat dilihat dengan nyata dari sejumlah literatur. Meningkatnya kepentingan menyimak sebagai suatu obyek telaah dan penelitian dic erminkan oleh kenyataan bahwa “menyimak” telah memperoleh satu bab khusus buat pertama kalinya pada tahun 1995 dalam keterampilan berbahasa adalah “Review of Educational Research”. Akan tetapi sampai sekarang masih commit to user 20 sedikit sekali perhatian yang diberikan pada keterampilan-keterampilan menyimak dalam buku-buku pegangan psikologi pendidikan, serta meningkatnya referensi- referensi yang samar-samar dan tidak bersifat khusus Tarigan, 2008: 12. Salah satu dari telaah-telaah permulaan yang menunjukkan betapa pentingnya menyimak yaitu berdasarkan pernyataan bahwa 42 waktu penggunaan bahasa tertuju pada menyimak. Jumlah waktu yang dipergunakan oleh anak-anak untuk menyimak di kelas-kelas Sekolah Dasar kira-kira satu setengah sampai dua jam sehari, walaupun sekolah-sekolah telah lama menuntut para siswa menyimak secara ekstensif, namun pengajaran langsung bagaimana cara yang terbaik untuk menyimak tetap saja terlupakan dan diabaikan berdasarkan asumsi bahwa hal itu merupakan kemampuan “alamiah”. Instruksi dalam menyimak akan bermanfaat sebagai alat uji yang mengembangkan alat ukur yang lebih baik. Kini beberapa tes standar mengenai menyimak telah tersedia pada tingkatan-tingkatan Sekolah Dasar, Sekolah Menengah, dan Perguruan Tinggi. Perubahan-perubahan dalam sikap dan perilaku serta peningkatan-peningkatan dalam dinamika-dinamika kelompok sebagai suatu akibat peningkatan menyimak merupakan tujuan-tujuan pengajaran yang penting dimana tes-tes buku belum tersedia Tarigan, 2008: 14 Berdasar pengertian pembelajaran dari beberapa ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa pengertian pembelajaran menyimak adalah proses kegiatan belajar mengajar yang terjadi di dalam kelas dengan tujuan agar siswa mampu melakukan kegiatan komunikasi secara tidak langsung untuk menerima pesan dengan menggunakan wacana lisan suara sebagai medianya.

b. Proses Pembelajaran Menyimak di Kelas V SD

Dokumen yang terkait

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Materi Adaptasi Makhluk Hidup

0 11 215

Pengaruh model pembelajaran kooperatif metode make A match terhadap pemahaman konsep matematika siswa

4 18 201

Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match terhadap Prestasi Belajar Sosiologi dalam Pokok Bahasan Pengendalian Sosial

0 26 151

Efektivitas pembelajaran kooperatif model make a match dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS: penelitian tindakan kelas di SMP Islam Al-Syukro Ciputat

0 21 119

PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPS MATERI PROKLAMASI KEMERDEKAAN INDONESIA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK MAKE A MATCH PADA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR NEGERI MANGKUKUSUMAN

11 133 334

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran IPS Pada Siswa Kelas V SD Negeri Kalibanteng Kidul 01 Kota Semarang

0 32 299

PENINGKATAN KEMAMPUAN MATERI PECAHAN DALAM MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STRUKTURAL DENGAN TEKNIK MAKE A MATCH PADA SISWA KELAS V SD N JETIS 04 SUKOHARJO TAHUN PELAJARAN 2010 2011

32 221 102

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK MAKE A MATCH SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS NARASI PADA SISWA KELAS XI BAHASA SMA NEGERI 3 SALATIGA TAHUN AJARAN 2010 2011

0 2 117

TAPPDF.COM PDF DOWNLOAD PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF MAKE A MATCH UNTUK ... 1 PB

0 0 8

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make a Match untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Matematika Siswa Kelas V SD Negeri 161 Pekanbaru

0 0 12