1. Berita-berita kuno tentang Surabaya, legenda dan sejarah

XII-1. Berita-berita kuno tentang Surabaya, legenda dan sejarah

Sudah sejak abad ke-11, kawasan delta Sungai Brantas merupakan daerah pokok pelbagai dinasti penting. Kahuripan, yang kemudian disebut Koripan, ialah daerah yang diperintah Raja Erlangga. Ia seorang raja Jawa kuno yang pemerintahannya banyak dikenal dari sumber-sumber yang dapat dipercaya. Juga dongeng-dongeng Jawa-Bali banyak mengisahkannya. Dapat dipastikan, Erlangga dari Kahuripan mempunyai hubungan erat dengan Bali, melalui jalur pelayaran pantai lewat Selat Madura. 223

Dalam dongeng dan sastra historis-romantis di Jawa Timur dan Jawa Tengah yang muncul kemudian, Janggala merupakan kerajaan yang diperintah oleh dinasti yang menurunkan Panji, seorang tokoh dongengan. Janggala dan Kahuripan dapat dihubungkan. Di Delta Brantas sebelah selatan, tempat kedudukan kerajaan-kerajaan itu, belum dapat ditunjukkan dengan pasti tempat sebuah kota kerajaan tua. 224

Dalam buku-buku cerita Jawa Timur dan Jawa Tengah yang lebih tua Janggala dan Koripan dianggap sebagai kerajaan Raja Dandang Gendis, yang konon adalah anak sulung dan pengganti Raja Genthayu dari Prambanan (di Jawa Tengah). Raja Dandang Gendis ini mendapatkan putri dari Blora sebagai istri; ia menjadi "raja" para wong tapa 'pertapa’ dari zaman sebelum Islam. Dengan bantuan tiga orang raja pedalaman, konon, ia memerangi dan mengalahkan "raja" pedagang di Jepara, Sandang Garba. Kelima penguasa tadi masih bersaudara. Cerita tentang Genthayu dengan lima anaknya ini mirip mitos. Tidak dapat diteliti lagi sampai berapa jauh dalam cerita itu masih terjalin ingatan tentang perbedaan-perbedaan lama antara berbagai daerah di tanah Jawa. 225

Nama Kota Surabaya disebut dalam naskah-naskah Jawa dari abad ke-14. Menurut penulis Nagara Kertagama, raja Majapahit (Hayam Wuruk) telah mengadakan kunjungan ke Surabaya, yang pada waktu itu dianggap sebagai ibu kota daerah Janggala. Tempat penyeberangan di Surabaya adalah salah satu tempat tambangan yang disebut dalam "Piagam Tambangan" tahun 1358 M. Hal-hal itu menunjukkan

223 Sejarah Raja Erlangga dari Kahuripan telah dibicarakan dalam Krom, Hindoe. 224 Dalam Pigeaud, Literature (jil. I, hlm. 206 dst. dan 233 dst.) terdapat tinjauan- tinjauan tentang kedudukan kisah-kisah "Panji"

dalam kesusastraan Jawa. 225 Cerita-cerita legenda tentang raja-raja lama Genthayu dan Dandang Gendis, yang terdapat dalam Codex LOr no. 6379 (Serat

Kandha), secara singkat telah diberitakan dalam Pigeaud, Literature, jil. II, hlm. 359b dan 360. Lihat juga cat. 80 (tentang Juwana) dan cat. 108 (tentang Jepara).

bahwa Surabaya pada pertengahan abad ke-14 sudah menjadi ibu kota dan pusat perekonomian yang berarti. 226

Akhirnya masih perlu disebutkan silsilah Aria Teja dari Tuban, yang terdapat dalam Sadjarah Dalem (hal. 41, paragraf ke-69). Raja Islam Aria Teja dari Tuban (keturunan Arab) adalah mertua Raja Pandita dari Gresik dan Sunan Katib dari Ngampel Denta, kakak beradik yang telah mendirikan umat Islam pertama di Gresik dan Surabaya, mungkin di sekitar pertengahan abad ke-15. Aria Teja dari Tuban yang hidup pada abad ke-15 itu konon mempunyai kakek (atau uwak) yang bernama Aria Lembu Sura dari Surabaya yang hidup pada abad ke-14. Namanya, dipautkan dengan kata Lembu, menunjukkan turunan ningrat, bahkan keturunan raja. Sebab itu, raja Surabaya dari abad ke-14 ini tidak dapat disamakan orangnya dengan kakek "Pate Bobat", yang sudah dikenal Tome Pires; kakek ini bukan keturunan bangsawan atau seorang asing dari Barat. 227 Tidak mustahil bahwa baru pada abad ke-14, baik di Tuban maupun di Surabaya, kekuasaan dipegang oleh keturunan asing yang beragama Islam. Tidak mustahil pula telah terjadi hubungan perkawinan para cendekiawan Islam keturunan asing dengan keluarga-keluarga bangsawan Jawa atau bahkan dengan keluarga rajaraja Majapahit.