12 Meluasnya daerah Raja Demak ke timur

II-12 Meluasnya daerah Raja Demak ke timur

Keterangan mengenai perluasan ini dapat dikutip dari daftar tahun peristiwa Jawa (babad sangkala). Pemberitaan pada daftar ini sering terlalu ringkas, dan nama-nama yang disebutkan di dalamnya kadang-kadang sukar ditempatkan dengan tepat. Hanya dalam beberapa hal tahun-tahun kejadian dalam babad sangkala dapat dicocokkan dengan membanding-bandingkannya dengan berita Portugis yang sezaman. Karena tahun-tahun kejadian itu jika diperhatikan secara sendiri-sendiri bukannya tidak dapat dipercaya, atau bukan rekaan belaka (dengan maksud-maksud tertentu), maka tahun-

tahun itu layak kita sebutkan di sini. 47 Tahun-tahun kejadian dalam cerita-cerita babad yang dicantumkan menurut tarikh Jawa-Islam dalam karangan ini dijadikan tarikh Masehi semua.

Pertempuran untuk merebut kota kerajaan kuno, Majapahit, yang digambarkan dalam Bab II-10 (dan dalam Bab IV-1- sejarah Kudus -akan diuraikan lebih lanjut) mungkin berlangsung dari tahun 1525 sampai tahun 1527. Dalam babad sangkala kota kerajaan "kafir".yang' kuno itu disebut "Kediri" (dan dalam buku Tome Pires disebut "Dayo"); tetapi hampir tidak mungkin diragukan lagi bahwa yang dimaksudkan adalah Majapahit, dekat Mojowarno sekarang ini.

Pada tahun 1527, kabarnya Tuban di Pantai Utara juga dikuasai tentara raja Demak. Dalam Bab X akan dimuat sketsa sejarah bandar penting ini. Para penguasa di

46 Hampir 150 tahun kemudian, seorang petualang Islam dari Makassar, yang menamakan diri Raja Namrud, telah mendirikan benteng di Slinga, dekat Purbolinggo di Banyumas, tempat ia mempertahankan diri selama beberapa waktu terhadap serangan orang-orang Jawa dari Mataram dan serangan pasukan-pasukan Kompeni (VOC). Tempat ini diberi nama Mesir. Nama ini mungkin, kecuali ada hubungannya dengan kefanatikan jiwa Islam Raja Namrud, juga telah berkaitan dengan Pasir, kerajaan tua Banyumas asli, yang telah mempertahankan tradisi lama untuk menentang penjajahan orang-orang Jawa Tengah, sejak zaman Demak (riwayat Yang Dipertuan di Bocor), zaman Pajang (ekspedisi terhadap Wirasaba di Banyumas); lihat: Graaf, "Kadjoran".

47 Dalam karangan De Graaf (Graaf, "Tome Pires") keterangan-keterangan dari babad-babad sangkala Jawa dan berita-berita Portugis telah kita banding-bandingkan sebaik mungkin.

Tuban, sekalipun sudah beralih ke agama Islam, agaknya sampai saat terakhir masih bersahabat dengan maharaja "kafir" itu.

Pada tahun 1528 Wirasari sudah diduduki. Letak tempat ini tidak diketahui dengan pasti (lihat Bab III-4, Ki Mas Sari, adipati Demak).

Pada tahun 1529 raja Demak bersama tentaranya menyerang Gagelang. Gagelang ini boleh disamakan dengan Madiun sekarang.

Pada tahun 1530 Mendangkungan sudah diduduki. Nama ini mengingatkan kita pada nama Mendang Kamulan, di Blora, yaitu suatu tempat yang dalam cerita-cerita mitos Jawa Tengah sering disebut sebagai tempat asal keturunan raja-raja Jawa

purba. 48 Pada tahun 1531 Surabaya tunduk pada kekuasaan maharaja. Ngampel Denta,

dewasa ini termasuk wilayah Kota Surabaya, pada tahun 1531 itu telah lama beragama Islam.

Pada tahun 1535 Pasuruan telah direbut atau diduduki. Pada tahun 1541 dan 1542 para penguasa di Lamongan (di sebelah barat Gresik),

Blitar, dan Wirasaba (di daerah aliran Sungai Brantas) telah mengakui kekuasaan maharaja.

Pada tahun 1543 gunung keramat Penanggungan di sebelah timur Majapahit telah diduduki atau direbut. Ada petunjuk-petunjuk (berdasarkan sisa-sisa bangunan yang telah ditemukan) bahwa beberapa kelompok orang religius di lereng-lereng gunung, sampai abad ke-16, masih melakukan kebaktian "kafir" (lihat cat. 41).

Pada tahun 1544 konon Mamenang telah direbut. Mamenang adalah nama kuno untuk Kerajaan Kediri di daerah aliran Brantas tengah. Nama Desa Menang, dekat Kota Kediri sekarang, mengingatkan kita pada hal itu.

Pada tahun 1545 Sengguruh telah tunduk pada kekuasaan maharaja. Sengguruh adalah nama daerah di bagian hulu Sungai Brantas; di daerah inilah terletak Kota Malang sekarang. Salah satu bagian Kota Malang sekarang masih bernama Sengguruh. Menurut cerita tutur Jawa, di Sengguruh inilah terjadi pertempuran terakhir melawan tentara Islam oleh para pengikut atau keluarga patih Majapahit yang terakhir yang belum masuk Islam. Mengenai soal ini terdapat kesesuaian antara buku-buku

cerita (serat kandha), Babad sangkala dan cerita tutur Jawa (juga yang lokal). 49

48 Dalam Pigeaud, Literature (jil. III, di bawah kata "Medang" dan "Mendang") disebutkan segala bahan keterangan yang ada dalam buku-buku cerita Jawa yang berkaitan dengan tanah asal menurut mitos. Mendangkungan juga merupakan nama wuku yang ke-20 (wuku adalah minggu yang mempunyai 7 hari; satu "tahun" Jawa terdiri dari 30 wuku). Tentang arti nama-nama 30 minggu/wuku itu belum ada keterangan memadai. Ada kemungkinan arti nama-nama tersebut ada hubungannya dengan siklus pertumbuhan padi dan mitos padi.

49 Legenda-legenda tentang Sengguruh dan Gribig telah tercatat dalam naskah Jawa, Codex LOr no. 3035, (Pigeaud, Literature, jil.III, Indeks; lihat juga Bab XI-4 dan cat. 186).

Pada tahun 1546, menurut babad sangkala, terjadi pertempuran merebut Blambangan. Pada tahun 1546 Sultan Tranggana dari Demak gugur, mungkin akibat kegagalan dalam operasi militer melawan Panarukan. Blambangan ialah nama daerah di ujung timur Jawa sejak zaman Majapahit berabad-abad sesudahnya.

Pemberitaan dalam daftar tahun peristiwa Jawa, yang tampaknya bukan tidak dapat dipercaya, dalam beberapa hal masih bisa ditambah dengan cerita-cerita babad. Dalam Babad Tanah Djawi (Meinsma, Babad, hal. 187) diceritakan, bahwa Jaka Tingkir (seorang prajurit yang mengabdi raja Demak, yang kemudian menjadi raja Pajang) telah mengangkat Pangeran Timur, putra raja Demak, sebagai bupati di Madiun. Hal itu dapat memberi petunjuk bahwa antara Demak dan Madiun ada hubungan. Menurut cerita setempat, di Setana (dekat Ngrambe) para bupati Ponorogo itu keturunan Batara Katong dan Kiai Watu Aji, yang makamnya berada di tempat itu dikelilingi oleh makam- makam keturunan mereka. Mungkin kedua moyang ini dahulu panglima Demak, yang dikirim ke Madiun untuk menundukkan para kiai agung "kafir" di daerah itu pada

kekuasaan maharaja Islam. 50

Yang kurang penting bagi sejarawan, yang mencari peristiwa-peristiwa yang serba pasti, ialah cerita-cerita dalam Babad Kadhiri, yang (menurut penulisnya) menggambarkan gagalnya usaha Sunan Bonang untuk mengislamkan Kediri. 51 Dalam melakukan serangan terhadap "kaum jahiliah" dan melancarkan dakwah Islam, Sunan Bonang berpangkalan di Singkal, suatu tempat di tepi Sungai Brantas. Pada tahun 1678 para pemimpin laskar Belanda-Jawa, yang melancarkan serangan terhadap "pemberontak" Trunajaya, telah menemukan masjid di Singkal, yang mereka gunakan sebagai gudang mesiu. Rupanya, masjid tersebut merupakan bangunan batu yang cukup besar. Adanya masjid yang cukup penting di Singkal pada abad ke-17 menyebabkan legenda yang mengisahkan tempat itu sebagai pusat propaganda agama

Islam pada permulaan abad ke-16 menjadi agak lebih dapat dipercaya. 52 Pada paruh pertama abad ke-16 Madura juga sudah digabungkan pada daerah

Islam. Sketsa sejarah Madura pada abad ke-16 dan ke-17 akan menyusul dalam Bab XIII.

Dapat dimengerti bahwa, sesudah kota kerajaan kuno Majapahit direbut, maharaja Islam di Demak ingin menguasai Jawa Timur dan ujung timur Jawa, yang sejak dahulu merupakan daerah-daerah terpenting dalam kerajaan itu. Menurut daftar tahun peristiwa Jawa (babad sangkala), dalam hal ini agaknya Sultan Demak hampir berhasil secara tuntas. Blambangan, bagian Jawa yang paling timur, masih tetap bertahan dan melawan.

50 Legenda-legenda dari Madiun telah dicatat oleh J.D.V. (J.D.V., "Madioen" dan oleh Adam (Adam, "Madioen"). 51 Apa yang disebut "Babad Kadhiri" telah dibicarakan oleh Prof. Drewes (Drewes, "Struggle"). 52 Ekspedisi (gabungan) Belanda-Jawa terhadap Kediri pada tahun 1678 merupakan pokok-isi buku De expeditie van Anthonio

Hurdt (Graaf, Hurdt).

Perlu dicatat di sini bahwa cerita tutur Jawa ini tidak sedikit pun menyinggung soal direbutnya atau didudukinya Gresik-Giri. Mungkin sekali tempat tinggal Sunan Giri yang suci itu sangat dihormati, jadi tidak diserang; bukankah moyang keluarga raja-raja Islam yang berasal dari Cina itu, telah datang dari Gresik ke Demak? Dalam Bab XI nanti akan dilukiskan sejarah Gresik-Giri.