2 Sumber-sumber penulisan sejarah pemerintahan raja-raja Demak yang pertama, legenda dan sejarah

II-2 Sumber-sumber penulisan sejarah pemerintahan raja-raja Demak yang pertama, legenda dan sejarah

Lahirnya kerajaan Islam pertama di Jawa Tengah, di Demak, sejak abad ke-17 mendapat perhatian para pembawa cerita dan para penulis sejarah Jawa. Pada abad ke-17 hegemoni di Jawa Tengah dan Jawa Timur jatuh ke tangan raja-raja Mataram di pedalaman. Banten, di Jawa Barat, tidak pernah takluk kepada Mataram; tetapi kerajaan-kerajaan bandar lainnya di sepanjang pantai utara Jawa selama abad ke-17 semuanya telah direbut Mataram, atau terpaksa mengakui kekuasaan raja-raja Mataram. Lahirnya dan lamanya kekuasaan keluarga raja Islam kedua yang besar di Jawa Tengah (Mataram), di "Daerah Raja-Raja Jawa Tengah" (De Vorstenlanden), telah mempengaruhi penulisan sejarah Jawa pada abad ke-17 dan abad-abad berikutnya sedemikian rupa, sehingga zaman sebelum Mataram dianggap kurang penting. Cerita-cerita babad pada abad-abad sebelum munculnya raja Mataram pertama dipenuhi dengan legenda yang menghubungkan munculnya Kerajaan Demak dengan runtuhnya Majapahit dari zaman pra-Islam. Raden Patah, atau Fattah, atau Victor menjadi pahlawan besar dalam legenda-legenda ini.

Bukanlah maksud buku ini untuk membicarakan asal usul legenda tentang Majapahit dan Demak itu, atau cara legenda tersebut diolah dalam cerita-cerita babad Mataram. Cukuplah kiranya dicatat di sini bahwa cerita-cerita itu terdapat dalam buku-

25 Pada tahun 1678 tentara gabungan Belanda-Jawa telah bergerak dari Jepara ke Kediri untuk menghadapi pemberontakan Trunajaya. Di Grompol pasukan-pasukan tersebut sampai di Bengawan Solo, dan bergerak terus ke arah timur lewat lembah sungai itu. (Graaf, Hurdt dan juga Bab mengenai "The Javanese landscape and the system of roads and waterways", dalam Schrieke, Ruler, hlm. 102 dst.).

buku cerita (Serat Kandha), yang mungkin pada abad ke-17 sudah dikenal di Jawa

Timur dan di Pesisir. 26

Meskipun sifat legendaris - dan kadang-kadang sifat mirip dongeng khayalan - cerita-cerita tersebut kentara sekali, penulisan sejarah Jawa oleh orang-orang Belanda selama abad ke-19 dan lebih lama berdasarkan buku-buku cerita dan cerita babad dari Jawa Timur dan Jawa Tengah tersebut, karena tidak ada sumber lain yang lebih baik. Baru akhir-akhir ini, karena ditemukannya Suma Oriental terbukalah kemungkinan menyusun sejarah Demak yang lebih dapat dipercaya (lih. cat. 14). Ternyata, pemberitaan Pires sesuai dengan apa yang diungkapkan dalam buku-buku sejarah Banten, Jawa Barat. Redaksi buku-buku itu, yang berasal dari abad ke-18, sedikit banyak terpengaruh oleh tradisi kesusastraan Mataram, tradisi Jawa Tengah yang berkuasa. Tetapi buku-buku itu masih memuat unsur-unsur lama, yang mengungkapkan peristiwa sejarah lebih baik daripada legenda-legenda yang tersebar

luas. 27 Antara Tome Pires dan buku-buku sejarah Jawa Barat terdapat kesesuaian dalam

hal pemberitaan bahwa dinasti Demak dimulai dengan tiga orang raja berturut-turut. Demi kejelasan, di sini lebih dulu disebutkan daftar nama raja-raja tersebut menurut para penulisnya. Dalam bagian-bagian berikut akan dibicarakan berita-berita tentang kehidupan dan kegiatan para raja tersebut.

Tome Pires menyebutkan:

1. Moyang, yang tidak disebut namanya, berasal dari Gresik,

2. Pate Rodin Sr.,

3. Pate Rodin Jr.

Sadjarah Banten, buku sejarah Banten yang terbesar, menyebutkan (Djajadiningrat, Banten, hal. 21):

1. Patih raja Cina yang tidak disebut namanya,

2. a. Cun-Ceh, meninggal dalam usia muda;

b. Cu-Cu, juga disebut Arya Sumangsang dan Prabu Anom,

3. Ki Mas Palembang.

26 Lihat Pigeaud, Literature, jil. 1, hlm. 138 dan seterusnya. Buku Kandha yang mungkin telah diterjemahkan sekitar tahun 1800 di Semarang ke dalam bahasa Belanda, dan yang dalam karangan ini akan berkali-kali dakutip, berisi bagian-bagian yang lebih tua daripada naskah yang tersimpan di perpustakaan Universitas Leiden (Codex LOr, No. 6379).

27 Penulisan sejarah Banten dengan panjang lebar telah diuraikan dan dibicarakan dalam Djajadiningrat, Banten, dan dalam Edel, Hasanuddin. Karangan Brandes (Brandes, Register) memberikan ringkasan historiografi tentang Mataram.

Hikayat Hasanuddin, juga disebut Sadjarah Banten rante-rante, buku sejarah Banten yang lebih kecil, tetapi sangat penting, menyebutkan:

1. Cek Ko-Po dari Munggul,

2. a. Pangeran Wirata, meninggal muda,

b. Pangeran Palembang Tua, meninggal muda,

c. Cek Ban-Cun,

d. Pangeran Palembang Anom, juga disebut Molana Arya Sumangsang,

3. Molana Tranggana, putra dari 2-d.

Musafir Belanda, Cornelis de Bruin, pada tahun 1706 telah mengunjungi Banten; di situ kepadanya diserahkan keterangan-keterangan keturunan berikut ini (yang tampaknya merupakan kutipan dari Hikayat Hasanuddin).

1. Co-Po dari "Moechoel",

2. Arya Sumangsang,

3. Arya Tranggana.

Sebagai bahan perbandingan, di bawah ini masih disebutkan tiga orang yang, menurut legenda Mataram, bertindak sebagai raja Demak. Nanti sekali-sekali akan disinggung kesesuaian antara tiga orang ini dan tritunggal dari buku-buku sejarah Jawa Barat:

1. Raden Patah,

2. Pangeran Sabrang-Lor,

3. Pangeran Tranggana.