3. Penembahan Lemah Duwur dari Aros Baya. Madura Barat pada paruh kedua abad ke-16

XIII-3. Penembahan Lemah Duwur dari Aros Baya. Madura Barat pada paruh kedua abad ke-16

Cerita tutur tidak memuat pemberitaan yang dapat memberi petunjuk tentang bantuan raja Madura Barat kepada sultan Demak dalam perangnya melawan para penguasa Jawa yang sebelumnya menjadi raja bawahan maharaja "kafir" Majapahit Cerita tutur tidak memuat pemberitaan yang dapat memberi petunjuk tentang bantuan raja Madura Barat kepada sultan Demak dalam perangnya melawan para penguasa Jawa yang sebelumnya menjadi raja bawahan maharaja "kafir" Majapahit

Boleh jadi Pratanu dari Lemah Duwur tersebut, sepanjang hidupnya yang lama itu, terutama menyibukkan diri mengukuhkan dan memperluas kekuasaan atas kerajaan- kerajaan kecil dan daerah-daerah pedesaan yang pada waktu itu agaknya banyak anggota pria keluarga raja secara merdeka menetap dalam perkampungannya sendiri- sendiri. Mungkin penghasilan kepala kerabat tidak cukup untuk membiayai kehidupan semua putra serta anggota kerabat yang lain. Perkampungan-perkampungan tempat tinggal sanak saudara raja itu - yang tersebar di seluruh wilayah - dengan mudah sekali dapat menjadi daerah yang merdeka, apabila kekuasaan pusat menjadi lemah. Daftar keturunan raja-raja Madura yang pertama, yang terdapat dalam Sadjarah Dalem menyebutkan banyak perkampungan atau tanah merdeka tempat tinggal anggota keluarga raja. Beberapa di antaranya kemudian memang berkembang menjadi ibu kota kerajaan-kerajaan kecil yang bebas. Menurut cerita tutur Madura, Pratanu dari Lemah Duwur telah meluaskan kekuasaannya sampai Balega dan Sampang. Ibunya, istri Pangeran Palakaran (Pangeran Ongguq), berasal dari Pamandegan, dekat Sampang; dan cicitnya, Cakraningrat I, menjadikan Sampang pusat Kerajaan Madura Barat sebagai ganti Aros Baya.

Menurut cerita tutur Madura dan Sadjarah Dalem, Panembahan Lemah Duwur dari Aros Baya telah mengawini putri raja Pajang sebagai "anugerah" (bahasa Jawa, triman). Karena perkawinan ini (dan karena kunjungan patih Madura pada sunan Kudus), terwujudlah untuk pertama kalinya hubungan antara keluarga raja Madura Barat dan Jawa Tengah. Kelak hubungan perkawinan ini diperkuat oleh raja-raja dinasti Mataram. Dapat diperkirakan, setelah menjadi menantu Sultan Pajang, untuk beberapa waktu di Keraton Pajang, Panembahan dari Aros Baya dianggap sebagai orang yang terpenting di antara raja-raja Jawa Timur. Cerita tutur yang diberitakan oleh Raffles mengenai "pembebasan diri" raja-raja Jawa Timur dari kekuasaan Madura, dan bertindaknya raja Surabaya sebagai "juru bicara" di Keraton Pajang, mungkin dapat dimengerti dalam rangka hubungan keluarga antara raja-raja Madura dan Pajang itu. 253 Tidak perlu diragukan bahwa pada paruh kedua abad ke-16 di bidang politik ekonomi, raja Madura Barat belum semaju penguasa di Surabaya.

Menurut tutur Madura yang bersifat sejarah, Panembahan Lemah Duwur dari Aros Baya meninggal sekitar tahun 1590, setelah lama memerintah Madura Barat. Juga menurut Sadjarah Dalem, ia telah diganti oleh anaknya dari perkawinannya dengan putri Pajang yang disebut Panembahan Tengah. Raja itu terpaksa melakukan perjuangan lama untuk menundukkan adiknya Sakatah, yang tinggal di Balega, yang

253 Cerita tutor yang diberitakan oleh Raffles telah dibicarakan dalam Bab XII-5.

akhirnya dapat ditaklukkan juga. Senapati Mataram, yang sesudah meninggalnya Sultan Pajang pada tahun 1589 berusaha supaya kekuasaannya sebagai raja diakui di Jawa Tengah dan di sebagian dari Jawa Timur, tidak berusaha supaya raja Madura Barat mengakui kekuasaannya. Menurut satu cerita tutur Jawa, para penguasa Madura dan Sumenep juga telah menggabungkan diri dengan raja-raja Jawa Timur dan Pesisir. Sekitar tahun 1590, di dekat Japan (sekarang Mojokerto) raja-raja ini telah menahan tentara Mataram yang bergerak ke arah timur (lihat Bab XII-5 dan cat. 219). Yang menjadi soal ialah sampai berapa jauh cerita itu dapat dipercaya.