6 Hubungan antara raja-raja Demak dan raja-raja Jepara sekitar tahun 1500. Kekalahan perang di laut melawan orang-orang Portugis di Malaka

II-6 Hubungan antara raja-raja Demak dan raja-raja Jepara sekitar tahun 1500. Kekalahan perang di laut melawan orang-orang Portugis di Malaka

Penulis-penulis bangsa Portugis permulaan abad ke-16 berkali-kali memberitakan tentang penguasa-penguasa di Jepara; mungkin karena pelaut-pelaut Portugis mengenal baik kota pelabuhan itu. Nama penguasa yang berkali-kali disebut ialah Pate Unus (kiranya Yunus).

Menurut Tome Pires, konon kakek Pate Unus ini orang dari "kelas buruh" (homem trabaljador) berasal dari Kalimantan Barat Daya. Dari sana ia pergi ke Malaka untuk mengadu untung "dengan bekal kebangsawanan yang amat sedikit dan uang yang lebih sedikit lagi" (muy pouca j%dallguia a menos fazemda). Anaknya, yang lahir di Malaka, di tahun-tahun kemudian telah berhasil meraih kekayaan besar dalam perdagangan di Jawa. Akhirnya ia menetap di Jepara. Sekitar tahun 1470 pedagang yang kaya raya itu (masih tetap menurut pemberitaan Pires) menyuruh membunuh patih Jepara; dan ia pun berkuasa mutlak di kota pelabuhan itu. Seorang saudara laki- lakinya, Pate Orob, dijadikannya penguasa di Tidunang (seharusnya Tedunan). Jepara pada waktu itu masih merupakan tempat yang tidak berarti, berpenduduk 90 sampai 100 orang. Penguasa baru ini telah dapat menarik banyak orang, dan telah berhasil juga memperluas wilayah kekuasaannya sampai ke seberang laut, sampai ke Bangka dan tempat-tempat di pantai Kalimantan. Rupadya ia memiliki banyak kapal jung. Meskipun begitu, ia masih juga mengakui raja Demak sebagai atasannya. Ia dapat memperistri saudara perempuan Pate Morob dari Rembang (kota pelabuhan agak jauh di sebelah timur pegunungan Muria). Penguasa di Tegal (terletak agak jauh di sebelah barat) kiranya masih kerabatnya juga.

Seorang penulis lain berkebangsaan Portugis, de Barros, berpendapat bahwa ayah seorang tokoh yang kemudian terkenal dengan nama Pate Unus telah berhasil mendapatkan kekuasaan dan kekayaan besar dengan cara-cara bajak laut (cossairo), dan bahwa ia selain itu amat aparentado (berpengaruh besar berkat hubungan keluarga).

Menurut Tome Pires, Pate Unus yang terkenal itu baru berumur 17 tahun ketika menggantikan ayahnya sekitar tahun 1507. la kawin dengan putri Pate Rodin Sr. dari Demak. Pate Rodin Jr. 5 tahun lebih tua dari dia.

Pires mengisahkan, segera setelah Pate Unus memegang kekuasaan, ia merencanakan suatu serangan terhadap Malaka, karena penghinaan yang dialami salah seorang pelautnya di Malaka. Yang berkuasa di Malaka raja beragama Islam juga. Persiapan-persiapan untuk mengadakan ekspedisi itu konon memakan waktu 5 tahun.

Sementara itu, pada tahun 1511 Malaka direbut oleh raja muda Portugis, Alfonso d'Albuquerque. Kejadian itu, menurut Pires, telah menyalakan semangat perang, oleh karena sekarang perang itu akan dilancarkan melawan orang "kafir". Pate Unus menghubungi Sultan Mahmud Syah dari Malaka yang telah melarikan diri dari orang Portugis. Agaknya ia telah meminang salah seorang putri Sultan Mahmud Syah. (Melalui pernikahan dengan putri seorang sultan, anak "bajak laut" ini telah menjadi seorang yang sangat disegani).

Sekitar pergantian tahun 1512 - 1513, dilaksanakanlah serangan terhadap Malaka, yang berakhir dengan hancurnya armada laut dari Jawa. Dari seluruh angkatan laut Sekitar pergantian tahun 1512 - 1513, dilaksanakanlah serangan terhadap Malaka, yang berakhir dengan hancurnya armada laut dari Jawa. Dari seluruh angkatan laut

Dapatlah dimengerti bahwa para penulis bangsa Portugis banyak menaruh perhatian terhadap perang merebut Malaka, yang pada abad ke-16 akan menjadi kubu pertahanan kuat bagi Portugis di Asia Tenggara. Perhatian itu juga ditujukan terhadap laksamana armada yang masih muda dan gagah berani dari Jepara, yang ingin merebut kota yang baru saja mereka taklukkan itu. Namun, sesudah episode ini, nama Pate Unus hampir tidak disebut-sebut lagi dalam karya-karya tulisan Portugis. Pigafetta, seorang Italia yang bekerja sebagai juru mudi dalam armada Magelhaens, menulis seakan-akan lawan orang Portugis di Malaka adalah seorang raja Majapahit (!), yang telah meninggal sebelum tahun 1522. (Pigafetta sendiri tidak pernah datang ke Jawa; berita-berita yang didengarnya dari para pelaut di daerah-daerah Timur Jauh mungkin saja banyak yang keliru dan tidak tepat).

Baik dalam cerita babad di Jawa Barat maupun yang di Jawa Timur dan Mataram, nama Pate Unus tidak pernah disebut. Selain dari itu, baik Jepara maupun perang laut melawan Malaka tidak dianggap penting dalam cerita babad Jawa selama perempat pertama abad ke-16. Satu berita dari sumber Jawa, yang mungkin menyangkut episode sejarah Jawa itu, ialah sebuah catatan pada tahun 1521 dalam Chronological Table dalam History of Java (Raffles, History). Daftar tarikh kejadian itu berdasarkan buku Babad Sangkala Jawa. Menurut catatan itu, konon pads tahun 1521 ada tiga orang raja Jawa yang meninggal; tetapi sayang sekali, nama-nama dan kerajaan-kerajaannya tidak disebutkan. Mungkin sekali Pate Unus adalah salah satu dari ketiga raja itu.

Mengingat bahwa, berdasarkan berita-berita para penulis Portugis, Pate Unus dari Jepara adalah orang penting dalam sejarah Jawa, maka Rouffaer telah berusaha menemukannya kembali dalam cerita tradisi Jawa. Malahan Rouffaer berani mengajukan dugaan bahwa yang dimaksud dengan Pangeran Sabrang Lor dalam cerita tradisi itu ialah raja Jepara yang oleh orang-orang Portugis diberi nama Pate Unus. Menurut buku-buku cerita dan cerita babad dari Jawa Timur dan Mataram, Pangeran Sabrang Lor ialah nama raja kedua di Demak. Dalam cerita tradisi Jawa Barat ia dinamai Cu-Cu atau Sumangsang, dan dalam buku Pires, Suma Oriental, dan buku-buku cerita Pangeran Sabrang Lor dan Pangeran Tranggana, raja ketiga di Demak adalah kakak beradik.

Kesaksian musafir Portugis, yang sezaman dan mungkin telah pernah melihat baik raja ketiga di Demak maupun raja Jepara, menimbulkan keberatan pada kami untuk menerima bahwa Pate Rodin Sr. dan Pate Unus itu orang yang sama. (Rouffaer tidak Kesaksian musafir Portugis, yang sezaman dan mungkin telah pernah melihat baik raja ketiga di Demak maupun raja Jepara, menimbulkan keberatan pada kami untuk menerima bahwa Pate Rodin Sr. dan Pate Unus itu orang yang sama. (Rouffaer tidak

Tidak ada yang penting yang dikisahkan cerita babad di Jawa Tengah tentang Pangeran Sabrang-Lor. Tetapi cerita yang beredar di Jawa Barat mengisahkan tindakan-tindakan Cu-Cu Sumangsang yang menurut orang-orang Portugis mungkin dilakukan oleh Pate Unus atau ayahnya. Tindakan itu berupa perluasan kekuasaan ke seberang laut (perlawatan-perlawatan Sumangsang ke Palembang) dan tindakan kekerasan terhadap pemerintahan yang sudah lama berdiri (pembunuhan-pembunuhan terhadap Lembu Sora dan Patih Jepara).

Mungkin sekali Tome Pires - yang hidup sezaman - cukup tepat menguraikan peristiwa-peristiwa sampai kira-kira tahun 1515 dalam bukunya Suma Oriental. Tetapi kelanjutan sejarahnya tidak dialaminya. Mungkin ia terlalu banyak menyoroti pribadi Pate Unus, tokoh yang paling banyak dihubungi orang Portugis pada waktu itu. Dalam cerita-cerita tradisi Jawa dari abad ke-17 dan ke-18, baik dari Jawa Timur dan Mataram maupun dari Jawa Barat, telah terjadi kekacauan antara cerita-cerita mengenai raja-raja Demak dan Jepara yang masih ada ikatan keluarga itu dan yang hidup dalam dasawarsa-dasawarsa pertama abad ke-16. Rouffaer mengira, berdasarkan pemberitaan Portugis, bahwa berkuasanya Pate Unus (dari Jepara) atas Demak selama beberapa tahun itu masuk akal. Namun, cerita babad Jawa dari abad-abad kemudian sama sekali melupakan pejuang muda yang gagah berani melawan kekuasaan bangsa Portugis di Malaka. Ini mungkin juga disebabkan karena ia telah meninggal dalam usia muda (dengan nama Pangeran Sabrang-Lor?).

Pertimbangan-pertimbangan yang dikemukakan dalam Bab-bab II-2 sampai II-6 mengarah kepada penyusunan daftar nama-nama penguasa pertama di Demak, beserta tarikhnya, sebagai hipotesa kerja. Daftar ini dapat dibandingkan dengan daftar nama, yang dikutip dari naskah-naskah Jawa dan Eropa, yang dicantumkan dalam Bab II-2.

1. Cikal-bakal dinasti, berkebangsaan asing ("Cina"), bernama Cek-Ko-Po, dalam perempat terakhir abad ke-15.

2. Putra Cek-Ko-Po, bernama Cu-Cu, Sumangsang, dan Pate Rodin Sr. (blasteran dari Badru'd-din atau Kamaru'd-din?), hidup sampai sekitar tahun 1504, semula 2. Putra Cek-Ko-Po, bernama Cu-Cu, Sumangsang, dan Pate Rodin Sr. (blasteran dari Badru'd-din atau Kamaru'd-din?), hidup sampai sekitar tahun 1504, semula

3. a. Anak (atau adik laki-laki) Cu-Cu, bernama Tranggana atau Ki Mas Palembang, hidup hingga tahun 1546, menyatakan dirinya menjadi raja Islam dan sultan yang berdaulat. Ia memperluas wilayah Demak ke barat dan ke timur, dan menaklukkan ibu kota lama Majapahit (1527).

b. Ipar no. 3.a., raja Jepara, Pate Unus (Yunus?) atau diberi gelar Pangeran Sabrang-Lor (?), melancarkan perang laut melawan orang-orang Portugis di Malaka, dikalahkan (tahun 1512/1513); konon ia (agaknya) memerintah di Demak mulai kira-kira tahun 1518 hingga meninggalnya pada tahun 1521.