Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

ketika ia berada di sekolah maupun di lingkungan rumah atau keluarganya sendiri. Oleh karenanya pemahaman yang benar mengenai arti belajar dengan segala aspek, bentuk, dan manifestasinya mutlak diperlukan oleh para pendidik khususnya para guru. Kekeliruan atau ketidak lengkapan persepsi mereka terhadap proses belajar dan hal-hal yang berkaitan dengannya mungkin akan mengakibatkan kurang bermutunya hasil pembelajaran yang dicapai oleh peserta didik. 3 Menurut Slameto belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. 4 Anthony Robins mendefinisikan yang dikutip dalam buku Trianto, bahwa belajar sebagai proses menciptakan hubungan antara sesuatu pengetahuan yang sudah dipahami dan sesuatu pengetahuan yang baru. 5 Belajar adalah kegiatan yang dilakukan oleh seseorang agar memiliki kompetensi berupa keterampilan dan pengetahuan yang diperlukan. Belajar juga dapat dipandang sebagai sebuah proses elaborasi dalam upaya pencarian makna yang dilakukan oleh individu. Proses belajar pada dasarnya dilakukan untuk meningkatkan kemampuan dan kompetensi personal. 6 Sedangkan menurut Oemar Hamalik, belajar adalah perubahan dalam perbuatan melalui aktivitas, praktek dan pengalaman. 7 Ahli pendidikan modern merumuskan perbuatan belajar adalah sebagai berikut: belajar adalah suatu bentuk pertumbuhan atau perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara bertingkah laku yang baru berkat pengalaman dan latihan. Tingkah laku yang baru itu misalnya dari tidak tahu 3 Asep Jihad, Abdul Haris, Evaluasi Pembelajaran, Yogyakarta: Multi PressIndo, 2010, hal. 1 4 Slameto, Belajar Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, Jakarta: Rineka Cipta, 2010, hal. 2 5 Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif - Progresif Konsep Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP. Jakarta: Prenada Media Group, 2010, hal. 15 6 Benny A. Pribadi, Model Desain Sistem Pembelajaran, Jakarta: Dian Rakyat, 2011, hal. 6 7 Oemar Hamalik, Psikologi Belajar Mengajar, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004, hal. 11. menjadi tahu, timbulnya pengertian baru, timbul dan berkembangnya sifat- sifat social, susila dan emosional. 8 Proses pembelajaran pada prinsipnya proses pengembangan moral keagamaan, aktivitas dan kreativitas peserta didik melalui berbagai interaksi dan pengalaman belajar. Namun demikian dalam implementasinya masih banyak kegiatan pembelajaran yang mengabaikan aktivitas dan kreatifitas peserta didik tersebut. Hal ini banyak disebabkan oleh model dan system pembelajaran yang lebih menekankan pada penguasaan kemampuan intelektual saja serta proses pembelajaran terpusat pada guru di kelas sehingga keberadaan peserta didik hanya menunggu uraian guru kemudian mencatat dan menghafalnya. 9 Proses belajar terjadi karena adanya interaksi antara siswa dengan lingkungannya, oleh karena itu lingkungan pendidikan perlu diatur sedemikian rupa sehingga timbul reaksi siswa kearah perubahan tingkah laku yang diinginkan. Iklim yang tidak kondusif akan berdampak negatif terhadap proses pembelajaran dan sulitnya tercapai tujuan pembelajaran terutama pada pelajaran Fiqih, siswa merasa gelisah, resah, bosan, dan jenuh. Sebaliknya, iklim belajar yang kondusif dan menarik dapat dengan mudah tercapainya tujuan pembelajaran, dan proses pembelajaran yang dilakukan itu menyenangkan bagi peserta didik. Lingkungan belajar yang aman, nyaman, dan tertib, merupakan harapan yang tinggi bagi seluruh warga sekolah, agar peserta didik semangat dalam belajar. Karena lingkungan juga dapat mempengaruhi situasi belajar bagi siswa. Dalam proses pembelajaran, anak kurang didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. Proses pembelajaran di dalam kelas seharusnya diarahkan kepada kemampuan anak, agar anak dapat berpikir kritis dan sistematis, sebab biasanya strategi pembelajaran berpikir kritis 8 Abu Ahmadi, Psikologi Sosial, Jakarta: Rineka Cipta, 2007, hal. 256 9 Zurinal. Z dan Wahdi Sayuti, Ilmu Pendidikan, Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta dengan UIN Jakarta Press, 2006, hal. 117-118 kurang digunakan secara baik dalam setiap proses pembelajaran di dalam kelas. Seseorang yang mendapatkan pengetahuan, maka akan tampak perubahan dalam dirinya, karena orang yang mengetahui dengan orang yang tidak mengetahui itu pasti akan sangat berbeda. Sebagaimana di dalam surat Az- Zumar ayat 9 Allah SWT berfirman:                            “Apakah kamu Hai orang musyrik yang lebih beruntung ataukah orang yang beribadat di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada azab akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah: Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang- orang yang tidak mengetahui? Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran ”. 10 QS. Az-Zumar: 9 Pembelajaran merupakan upaya untuk membelajarkan siswa. Sebagaimana di dalam prosesnya terdapat kegiatan memilih, menetapkan, dan mengembangkan metode untuk mencapai hasil pembelajaran yang diinginkan. 11 Mengajar tidak hanya sebatas pentransferan ilmu pengetahuan semata, melainkan agar siswa mampu mengekspresikan diri mereka sesuai dengan potensi dan bakat yang mereka miliki, sehingga siswa dapat menjadi manusia yang mengerti akan dirinya sendiri. Kegiatan-kegiatan tersebut merupakan bagian penting dari tugas seorang guru. Hal ini berdasarkan Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 39 ayat 2, disebutkan bahwa pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan 10 Al- Qur’an dan Terjemahnya, Al-Qur’an Cordoba Spesial for Muslimah. Bandung: PT Cordoba Internasional Indonesia, 2012, hal. 459 11 Hamzah B. Uno dan Nurdin Mohamad. Belajar dengan Pendekatan PAIKEM. Jakarta: Bumi Aksara, 2011, hal. 4 pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi. 12 Di dalam kelas kita sering melihat dan menjumpai bahwa guru sangat menguasai materi dengan baik dan penyampainnya kepada siswa juga sudah cukup baik pula, tetapi tidak dalam melaksanakan pembelajarannya. Karena hal itu terjadi proses pembelajaranya tidak didasarkan kepada model pembelajaran tertentu dan menjadikan kondisi yang tidak menyenangkan dan membosankan, sehingga hasil belajar yang diperoleh siswa rendah dan menjadikan siswa tidak menguasai materi pelajaran Fiqih yang diberikan oleh guru secara maksimal. Guru merupakan faktor dominan yang menentukan suasana belajar siswa di sekolah, “kualitas interaksi guru dan murid dipengaruhi oleh karakteristik dari setting ruang kelas, penggunaan ruangan, sumber belajar dan lain-lain dan dimensi sosial kelompok norma, peraturan, keterkaitan, distribusi kekuatan dan pengaruh”. 13 Pengaturan latar dan dimensi sosial yang tepat dalam pembelajaran akan membantu dalam proses pembelajaran, meningkatkan suasana belajar, dan juga membantu mempermudah interaksi antara guru dan murid. Meski demikian, masih banyak dijumpai pengajaran yang dilakukan oleh guru dengan memaksakan kehendak dalam pembelajarannya tanpa memperhatikan kebutuhan, minat, dan bakat yang dimiliki siswa, padahal bakat dan kecerdasan yang dimiliki oleh siswa berbeda-beda. Penggunaan variasi model pembelajaran dapat membantu siswa dalam meningkatkan motivasi belajar sehingga proses pembelajaran yang terjadi akan lebih aktif dan menyenangkan, suasana belajar yang aktif dari semua pihak di dalam kelas, maka pembelajaran akan memberikan hasil yang baik. Berdasarkan pengalam penulis ketika melaksanakan tugas Praktek Prosefi Keguruan Terpadu PPKT pada semester 7 di MTs Islamiyah Ciputat, dalam 12 Undang – Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, hal. 20 13 Forrest W. Parkay dan Baverly Hardcastle Stanford, Menjadi Seorang Guru, terj. Dani Dharyani, Jakarta: PT. Indeks, 2008, Ed. VII, hal. 170 praktek tersebut penulis mengampu mata pelajaran Fiqih pada kelas VII dan VIII. Tugas awal praktek di dalam kelas yaitu asistensi, ketika kegiatan KBM berlangsung penulis menemukan kejanggalan yang terdapat pada KBM ini, akibat kegiatan yang hanya dilakukan satu arah menjadikan para siswa merasa jenuh dan bosan ketika mendengarkan guru Fiqih bercerita soal materi. Dari sinilah penulis mulai mengangkat masalah ini. Fiqih secara umum merupakan salah satu bidang studi Islam yang banyak membahas hukum yang mengatur pola hubungan manusia dengan Tuhannya, antara manusia dengan manusia, dan manusia dengan lingkungannya. Melalui bidang studi Fiqih ini diharapkan siswa tidak lepas dari jangkauan norma- norma agama dan menjalankan aturan syariat Islam. Fiqh sebagai bahan pelajaran di madrasah, baik tingkat ibtidaiyah, tsanawiyah dan aliyah terkenal sebagai pelajaran yang membutuhkan praktek langsung oleh siswa, namun faktanya kondisi di MTs Islamiyah Ciputat selama ini dalam proses kegiatan belajar mengajar siswa sangat pasif, sulitnya materi yang diterima siswa terutama materi Fiqih, siswa tidak menghiraukan materi yang disampaikan, tidak terjalin komunikasi yang baik antara guru dengan siswa bahkan ada beberapa siswa yang bercanda dengan temannya, yang mengakibatkan rendahnya hasil belajar siswa pada materi Fiqih. Sering kali guru terjebak dengan cara-cara konvensional yaitu berpusat pada guru teacher centered yang hanya berorientasi pada pencapaian aspek- aspek kognitif yang mengandalkan metode ceramah dalam pembelajarannya sehingga menyebabkan kejenuhan, membosankan, dan siswa tertekan karena harus mendengarkan guru bercerita beberapa jam tanpa memperhatikan siswa terlibat dalam proses pembelajaran, tidak menggunakan variasi model pembelajaran, dan lingkungan di luar sekolah siswa yang kurang mendukung. Jika keadaan ini dibiarkan terus menerus dalam waktu yang panjang, tentu akan berpengaruh bagi hasil belajar siswa baik pada pelajaran Fiqih maupun pada pelajaran lainnya. Salah satu upaya memecahkan permasalahan proses pembelajaran Fiqih yaitu dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif adalah pemanfaatan kelompok kecil dalam pembelajaran yang memungkinkan peserta didik bekerja sama untuk memaksimalkan belajar mereka dalam kelompok. 14 Pembelajaran kooperatif memiliki banyak tipe yang dapat dipergunakan dalam menyajikan proses pembelajaran kepada siswa-siswa diantaranya, pembelajaran kooperatif tipe Make a Match, demonstrasi, simulasi, dan lain-lain. Dari banyaknya model pembelajaran yang ada, penulis akan mengulas tentang model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament TGT yang berpengaruh dalam meningkatkan belajar siswa. Model ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih aktif berkomunikasi dengan guru atau siswa lainnya di dalam kelas, sehingga terjadilah suatu pembelajaran yang hidup di dalam kelas. Pada model ini setiap siswa dituntut untuk memberikan hasil diskusi, kerjasama dalam kelompok, pendapat, ide, bahkan untuk menjawab soal yang diberikan guru. Berdasarkan latar belakang di atas, penulis ingin melakukan penelitian yang berjudul “PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT TGT TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN FIQIH DI MTs ISLAMIYAH CIPUTAT”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka dapat diidentifikasikan masalah-masalah sebagai berikut: 1. Dalam proses kegiatan belajar mengajar siswa sangat pasif. 2. Pada proses pembelajaran, guru kurang melakukan variasi-variasi metode pembelajaran, hal ini menyebabkan pembelajaran berlangsung secara monoton dan mengakibatkan siswa menjadi jenuh. 3. Tidak terjalin komunikasi yang baik antara guru dengan siswa. Hal ini berakibat pada rendahnya hasil belajar siswa pada materi Fiqih. 14 Kokom Komala Sari, Pembelajaran Kontekstua, Konsep dan Aplikasi, Bandung: Refika Aditama, 2011, hal. 62 4. Guru kurang maksimal dalam melaksanakan pengajaran. 5. Sulitnya tercapai tujuan pembelajaran terutama pada mata pelajaran Fiqih.

C. Pembatasan Masalah

Agar penelitian ini dapat lebih terarah, jelas dan tidak meluas, maka penulis membatasi masalah ini dan difokuskan pada: 1. Guru kurang maksimal dalam melaksanakan pengajaran. 2. Sulitnya tercapainya tujuan pembelajaran terutama pada mata pelajaran Fiqih.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas penelitian ini dapat dirumuskan sebagai be rikut: “Apakah penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament TGT dapat mempengaruhi hasil belajar siswa pada mata pelajaran Fiqih di MTs Islamiyah Ciputat?”.

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui pengaruh penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament TGT terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran Fiqih di MTs Islamiyah Ciputat.

F. Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan yang akan dicapai, maka penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi dalam dunia pendidikan. Adapun manfaat penelitian ini sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pembaca untuk dijadikan refrensi dan dapat menjadi solusi kepada peneliti dalam mengembangkan model pembelajaran khususnya untuk mata pelajaran

Dokumen yang terkait

Upaya Peningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa Melalui Model Kooperatif Tipe Team Games Tournament (TGT) Pada Konsep Sistem Koloid

0 7 280

Peningkatan hasil belajar kimia siswa dengan mengoptimalkan gaya belajar melalui model pembelajaran TGT (Teams Games Tournament) penelitian tindakan kelas di MAN 11 Jakarta

0 27 232

Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams-Games Tournament) terhadap pemahaman konsep matematika siswa

1 8 185

Penerapan model pembelajaran kooperatif student teams achievement division dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran fiqih: penelitian tindakan kelas VIII-3 di MTs Jami'yyatul Khair Ciputat Timur

0 5 176

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Teams Games Tournament Terhadap Prestasi Belajar Alquran Hadis Siswa (Quasi Eksperimen Di Mts Nur-Attaqwa Jakarta Utara)

1 51 179

Pengaruh kombinasi model pembelajaran kooperatif tipe Teams-Games-Tournament (TGT) dengan make a match terhadap hasil belajar biologi siswa

2 8 199

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Tgt ( Teams Games Tournament ) Terhadap Hasil Belajar Biologi Pada Konsep Sistem Gerak Pada Manusia

0 6 145

Pengaruh kombinasi model pembelajaran kooperatif tipe teams-games-tournament (tgt) dengan make a match terhadap hasil belajar biologi siswa (kuasi eksperimen pada Kelas XI IPA Madrasah Aliyah Negeri Jonggol)

0 5 199

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT (Team Games Tournament) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Biologi

1 3 310

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT dengan Games Digital Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Konsep Alat-Alat Optik

3 35 205