40 kosakata yang benar. Puzzle aksara tidak jauh berbeda dengan puzzle pada
umumnya, namun disetiap potongan puzzle bukan berupa gambar melainkan huruf-huruf Jawa. Langkah-langkah penggunaan puzzle aksara yaitu 1 guru
membagikan puzzle potongan aksara Jawa nglegena kepada setiap siswa, 2 guru memerintah siswa untuk mengurutkan puzzle tersebut sesuai urutan aksara Jawa
yang benar, 3 setelah siswa mengurutkan puzzle, siswa membaca secara bersama-sama, 4 guru memberikan contoh penggunaan puzzle aksara dengan
mengambil beberapa puzzle dan menggabungkannya menjadi sebuah kata atau kalimat, 5 siswa membaca puzzle yang dipegang oleh guru, 6 guru
memberikan beberapa soal berupa kata atau kalimat sederhana, 7 siswa mengurutkan puzzle sesuai soal yang diberikan guru kemudian membacakannya.
Puzzle merupakan salah satu media efektif yang dapat digunakan guru sebagai upaya meningkatkan penguasaan materi, karena membuat siswa
termotivasi untuk menyelesaikan puzzle secara tepat dan cepat. Sisi edukasi permainan puzzle ini berfungsi untuk melatih daya ingat, melatih konsentrasi,
ketelitian, kesabaran, logika, serta koordinasi mata dan tangan.
2.2. Kajian Empiris
Penelitian di bidang pendidikan telah banyak dilakukan oleh para peneliti, termasuk penelitian tentang keefektifan penggunaan model Quantum Learning
maupun media Puzzle dalam pembelajaran. Akan tetapi, hal tersebut masih perlu untuk diadakan penelitian lebih lanjut lagi baik penelitian yang bersifat
melengkapi maupun yang bersifat baru. Beberapa penelitian yang dapat dijadikan
41 kajian penelitian yang penulis lakukan yaitu penelitian yang dilaksanakan oleh
Suryani 2013, Sriwiyana 2012, Solikhah 2012, dan Praheto 2013. Suryani 2013 melakukan penelitian yang berjudul
“Improvement of Students’ History Learning Competence through Quantum Learning Model at
Senior High School in Karanganyar Regency, Solo, Central Jawa Province, Indonesia
”. Penelitian ini meneliti tentang keefektifan penggunaan model Quantum Learning pada siswa SMA Kabupaten Karanganyar, Solo, Provinsi
Jawa Tengah terhadap peningkatan kemampuan siswa dalam pembelajaran sejarah. Hasil penelitian ini antara lain sebagai berikut: 1 Model Quantum
Learning efektif untuk meningkatkan kompetensi belajar Sejarah dibandingkan dengan model Ekspositori, 2 Siswa dengan minat belajar yang tinggi memiliki
kompetensi yang lebih baik daripada siswa dengan minat belajar pembelajaran sejarah rendah, 3 Ada pengaruh interaksi antara pendekatan pembelajaran dan
minat dalam pembelajaran Sejarah. Sriwiyana 2012 melakukan penelitian yang berjud
ul “Peningkatan Keterampilan Menulis Narasi Melalui Model Quantum Learning pada Siswa
Kelas IV SDN 02 Pareng Mojogedang Karanganyar Tahun Pelajaran 20112012
”. Berdasarkan hasil penelitian, penggunaan model Quantum Learning terbukti efektif. Diketahui bahwa pada tahap prasiklus nilai rata-rata keterampilan
menulis narasi siswa yaitu 62,93. Nilai rata-rata mengalami peningkatan yakni siklus I menjadi 73,42 dan siklus II menjadi 81,80. Selain itu, persentase
ketuntasan belajar klasikal juga mengalami peningkatan yakni pada siklus I menjadi 74,42 dan siklus II menjadi 90,02.
42 Solikhah 2012 melakukan penelitian yang berjud
ul “Peningkatan Keterampilan Membaca Teks Beraksara Jawa dengan Menggunakan Metode
Permainan Puzzle pada Siswa Kelas VIII B SMP Negeri 7 Kebumen ”. Hasil
penelitian tersebut menunjukkan bahwa penggunaan media Puzzle dapat meningkatkan keterampilan membaca teks berhuruf Jawa. Nilai rata-rata prasiklus
72,72. Nilai rata-rata mengalami peningkatan yakni siklus I menjadi 76,26 dan siklus II menjadi 81,45.
Praheto 2013 melakukan penelitian yang berjud ul “Penerapan Quantum
Learning dengan Media Permainan Puzzle untuk Meningkatkan Kemampuan Membaca Aksara Jawa pada Siswa Kelas 3B SD Negeri 1 Wangon Kab.
Banyumas ”. Berdasarkan hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa penerapan
model Quantum Learning dan media permainan Puzzle menjadikan peningkatan yang signifikan terhadap motivasi siswa dalam pembelajaran maupun kemampuan
membaca aksara Jawa. Peningkatan kemampuan membaca aksara Jawa ditunjukkan dari nilai rata-rata kelas yang diperoleh yakni prasiklus 48,14, siklus I
65,59, dan siklus II menjadi 76,38. Berdasarkan penelitian-penelitian
yang sudah ada menunjukkan keterkaitan dengan penelitian ini. Keterkaitan tersebut adanya kesamaan meneliti
hasil belajar keterampilan membaca, materi aksara Jawa, penggunaan model Quantum Learning dan penggunaan media Puzzle, namun tempat, waktu, serta
subjek penelitian berbeda. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan peneliti sebelumnya, peneliti termotivasi untuk melakukan Peneliti melakukan Penelitian
Tindakan Kelas PTK. Penelitian yang dilakukan memiliki perbedaan dengan
43 penelitian yang telah dilakukan peneliti sebelumnya. Perbedaan tersebut tampak
pada cara mengatasi permasalahan tersebut. Peneliti menerapkan model Quantum Learning berbantuan media Puzzle dalam mengatasi kesulitan belajar membaca
aksara Jawa nglegena pada siswa kelas III SDN 2 Pekaja Kabupaten Banyumas. Penelitian ini dilakukan berdasarkan penelitian yang sudah pernah dilakukan,
sehingga dapat menambah pengetahuan mengenai pembelajaran membaca aksara Jawa nglegna.
2.3. Kerangka Berpikir