Hasil Lembar Observasi Pengujian Prasyarat Analisis Data
Pada penelitian ini, penulis bertindak sebagai guru dalam pengajaran model cooperative learning teknik Jigsaw dan TSTS di MTs PUI Bogor.
Penelitian ini dilakukakan selama tiga kali pertemuan pada konsep ekosistem yang dilaksanakan pada dua kelas eksperimen, yaitu kelas VII-I berjumlah 35
siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran cooperative learning teknik Jigsaw, dan kelas VII-II berjumlah 35 siswa yang diajarkan dengan model
pembelajaran cooperative learning teknik TSTS. Guru yang berperan sebagai fasilitator bagi seluruh kelompok pada kelas eksperimen jigsaw dan TSTS,
apabila terdapat hal-hal dari kegiatan belajar yang belum dimengerti oleh siswa dalam kelompok, sehingga setiap kelompok dapat memecahkan solusi
dari permasalahan, secara bersama dan bukan sebagai pemberi materi total dari awal sampai akhir seperti yang dilakukan oleh sebagian guru dalam
menyampaikan materi ke siswa. Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang
signifikan antara hasil belajar Biologi yang menggunakan Jigsaw dan TSTS. Untuk memperkuat hasil penelitian ini, seperti telah diuraikan sebelumnya,
telah dilakukan pula uji statistik perbandingan terhadap nilai N-Gain kedua kelas yang menunjukkan kesimpulan yaitu terdapat perbedaan nilai N-Gain
kedua kelas yang signifikan. N-Gain pada kelas Jigsaw lebih baik dari N-Gain pada kelas TSTS. Bahkan, dari nilai rata
–rata N-Gain jauh berbeda antara kelas Jigsaw dan kelas TSTS. Sehingga dapat dikatakan bahwa terdapat
perbedaan hasil belajar dan peningkatannya pada kedua kelas tersebut signifikan.
Dari tabel hasil postest kelas Jigsaw dan kelas TSTS diperoleh nilai rata-rata yang berbeda thitung = 4.44, ttabel 68 = 2.00, kelas Jigsaw 72.8
sedangkan kelas TSTS 67. Hal ini menunjukkan rata-rata nilai siswa pada kelas Jigsaw lebih tinggi dibanding kelas TSTS, tampak bahwa pembelajaran
menggunakan teknik Jigsaw lebih memberikan peningkatan hasil belajar yang tinggi terhadap konsep ekosistem dibandingkan menggunakan teknik TSTS.
Pembelajaran kooperatif
teknik Jigsaw
menganut sistem
kegotongroyongan selain itu juga mengandung sistem kemandirian siswa,
serta menuntut peran aktif siswa agar dapat bertanggung jawab terhadap bagian yang menjadi tanggung jawabnya. Sedangkan dalam pembelajaran
kooperatif teknik TSTS materi yang diberikan dipelajari secara bersama dan dipecahkan bersama-sama. Ditinjau dari motivasi belajar, dengan metode
kooperatif teknik Jigsaw yang diharapkan memberikan motivasi lebih pada siswa dengan variasi belajar dimana adanya sistem kegotongroyongan bagi
siswa yang dapat mencegah timbulnya agresivitas siswa dalam situasi kompetisi dan keterasingan individu tanpa mengorbankan aspek kognitif
Dalam pembelajaran kooperatif kerja sama dalam kelompok memegang kunci keberhasilan proses pembelajaran yang dilaksanakan. Dalam
pembelajaran kooperatif teknik Jigsaw diperlukan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri maupun pembelajaran siswa lain dalam
kelompok maupun di luar kelompoknya. Siswa tidak hanya dituntut untuk dapat menguasai materi untuk dirinya sendiri tetapi juga dituntut untuk dapat
menjelaskan pada siswa lain dalam kelompoknya, sebab secara umum siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep-konsep yang sulit
apabila mereka dapat saling mendiskusikan konsep-konsep ini dengan temannya. Sedangkan dalam pembelajaran kooperatif teknik TSTS materi
dipelajari secara bersama-sama sehingga terkadang ada siswa yang benar –
benar berdiskusi semua, ada yang tidak hal ini mengakibatkan pemahaman terhadap materi yang diajarkan tidak tersebar secara merata, hanya siswa yang
aktif dan serius dalam berdiskusi yang memiliki pemahaman yang lebih terhadap materi yang disampaikan dibandingkan siswa yang tidak aktif dalam
pembelajaran, sehingga menimbulkan sifat saling mengandalkan satu sama lain.
Pada pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, guru dapat secara langsung membimbing setiap individu yang mengalami kesulitan
belajar. Guru akan lebih mudah memberikan bantuan secara individu ketika mengajar atau membimbing siswa pada kelompok kecil. Pembelajaran ini
mampu mengarahkan siswa untuk aktif dalam memahami materi yang
diajarkan yang pada akhirnya berdampak pada tingginya penguasaan siswa pada materi yang sedang dipelajari dan meningkatkan hasil belajar.
Pada dasarnya kedua teknik dari pendekatan pembelajaran kooperatif memiliki keunggulan masing-masing, kedua teknik ini dapat merangsang
siswa terlibat secara aktif untuk bekerja sama, berdiskusi dan saling membantu antar anggota kelompok dalam belajar sehingga mereka dapat mengkonstruksi
pemahaman mereka sendiri secara bersama sama. Walaupun, masih terdapat siswa yang masih enggan terlibat aktif dalam pembelajaran.
Sesuai dengan dengan hasil penelitian Suprapto Mukti Nugroho yang menyatakan bahwa pembelajaran cooperative learning teknik jigsaw ini cukup
efektif untuk membantu meningkatkan ketuntasan belajar siswa sehingga pada akhirnya akan meningkatkan prestasi belajar siswa dapat meningkatkan
kualitas pembelajaran.
5
5
Suprapto Mukti. Nugroho, Remedial Teaching dengan Teknik Jigsaw Sebagai Pendukung Kurikulum 2004
. Jurnal Widya Tama. Volume 2, No. 3, September 2005, hal. 49