187
www.kinerja.or.id
Berorientasi Pelayanan Publik
dan dapat dijadikan sebagai lessons learnt oleh
sekolah-sekolah lain. Good practices tersebut, diangkat dari sekolah-sekolah yang selama ini
menerapkan MBS yang dibina oleh pemerintah Kemendiknas dan Dinas Pendidikan Provinsi
dan kabupaten kota dan yang dibina oleh NGO termasuk yang didampingi oleh Kinerja-USAID.
Mengingat aspek substansi manajemen berbasis sekolah yang berorientasi pelayanan publik tersebut
dimulai dari manajemen pembelajaran sampau dengan manajemen partisipasi masyarakat,
maka sajian tentang good practices tersebut juga mengikuti alur aspek subtansi manajemen berbasis
sekolah yang berorientasi pelayanan publik.
B. GOOD PRACTICES MANAJEMEN KURIKULUM BERBASIS SEKOLAH
1. Kurikulum yang diterapkan di sekolah yang
menerapkan MBS adalah KTSP. Manajemen mutu KTSP di
sekolah yang menerapkan MBS terdiri atas: mencermati perubahan kurikulum,
mempelajari KTSP, sosialisasi KTSP, worshop silabus, sharing silabus, expert judgement
silabus, dan pengesahan silabus. 2. Pencermatan perubahan kurikulum dilakukan
oleh Sekolah yang menerapkan MBS sejak adanya informasi perubahan kurikulum dari
1994 ke KBK, Kurikulum 2004 dan KTSP. Setelah KTSP ditetapkan secara resmi sebagai
kurikulum yang dipakai secara nasional, sekolah
yang menerapkan MBS mempelajari KTSP. 3. Sosialisasi KTSP di
sekolah yang menerapkan MBS dilakukan kepada guru dan stake holders
dengan maksud memberikan pemahaman akan 4. Fasilitator memberikan kesempatan kepada
kelompok meringkas hasil diskusinya pada kertas plano.
Presentasi 50 menit
1. Fasilitator membentuk kelompok 2. Fasilitator memberikan kesempatan kepada
kelompok untuk mengidentiikasi praktik-praktik MBS berorientasi pelayanan publik yang
dapat diterapkan di sekolah masing-masing beserta faktor pendukung, penghambat beserta
pemecahannya. 3. Wakil Kelompok Presentasi
4. Anggota kelompok menambahkan jika ada 5. Kelompok presenter bertanya jawab dengan
para peserta
Penutup 10 menit
Fasilitator mereview hasil diskusi
BAHAN BACAAN
BAHAN BACAAN: PRAKTIK BAIK GOOD
PRACTICES PENERAPAN MBS BERORIENTASI PELAYANAN
PUBLIK
A. PENDAHULUAN
Banyak good practice manajemen berbasis sekolah berorientasi pelayanan publik yang dapat diangkat
Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah
188
www.kinerja.or.id
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI
Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan Publik
urgensi KTSP, selanjutnya bisa mencangkokkan komitmen untuk mengimplementasikan KTSP.
4. Penyusunan silabus dilakukan bersama oleh tenaga kependidikan
sekolah yang menerapkan MBS sesuai dengan rambu-rambu yang
ditetapkan oleh BSNP, dengan mengakomodasi potensi dan kearifan lokal.
5. Sharing silabus, judgement expert, review silabus dan revisi silabus, dilakukan oleh tenaga
kependidikan di sekolah yang menerapkan
MBS dengan harapan menjadi silabus yang berkualitas karena telah didialogkan dengan
sejawat dan mendapatkan banyak masukan dari pakar kependidikan mata pelajaran sesuai
keahliannya. 6. Silabus yang sudah melalui perbaikan secara
berulang kemudian disahkan dan dirujuk ketika menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
RPP.
C. GOOD PRACTICES MANAJEMEN PEMBELAJARAN
BERBASIS SEKOLAH
1. Manajemen pembelajaran pada sekolah yang menerapkan MBS adalah suatu aktivitas yang
bermaksud mewujudkan mutu pembelajaran sehingga proses dan hasil pembelajaran
menjadi bermutu. 2. Proses manajemen pembelajaran Sekolah
yang menerapkan MBS meliputi: perencanaan pembelajaran, implementasi pembelajaran dan
penilaian pembelajaran. 3. Perencanaan pembelajaran dilakukan dengan
penyusunan RPP yang bermutu oleh guru, dengan memedomani silabus yang sudah
disyahkan, di-sharing-kan dengan dan di-review oleh sejawat dan dilakukan expert-judgement,
serta dilakukan revisi berulang. 4. Substansi RPP yang disusun oleh guru Sekolah
yang menerapkan MBS meliputi: identitas mata pelajaran, kompetensi, tujuan pembelajaran,
materi pembelajaran, langkah-langkah pembelajaran; metode, media dan sumber
belajar; jenis dan instrumen evaluasi; identitas penyusun dan pengesahan oleh penyusun dan
kepala sekolah. 5. Dalam pelaksanaan pembelajaran, guru Sekolah
yang menerapkan MBS memedomani RPP; menggunakan model, strategi, metode dan
media pembelajaran yang mengerucut ke arah PAKEM.
6. Evaluasi pembelajaran yang diterapkan di Sekolah yang menerapkan MBS adalah evaluasi
autentik, yang terdiri atas tes dan non tes. Guna mengetahui keberhasilan pembelajaran,
Sekolah yang menerapkan MBS menerapkan standar ketuntasan minimal SKM.
7. Dalam evaluasi pembelajaran PS, PR, ulangan harian, ulangan sub semester dan ulangan
semester, guru mengoreksi dan memberikan balikan kepada siswa. Siswa yang berprestasi
dalam berbagai ulangan dan pengerjaan tugas mendapatkan reward dari guru, siswa yang
belum mencapai KKM mendapatkan remidi, dan siswa yang sudah mencapai KKM lebih cepat
dari kawannya mendapatkan pe ngayaaan
materi pembelajaran.
189
www.kinerja.or.id
Berorientasi Pelayanan Publik
8. Keseluruhan hasil evaluasi dikembalikan kepada siswa dan dilaporkan kepada orangtua, melalui
raport.
D. GOOD PRACTICES MANAJEMEN KELAS
BERBASIS SEKOLAH
1.
Ruang kelas pada sekolah yang menerapkan MBS berada dalam keadaan bersih dan terawat,
karena disapu dan dilap setiap hari oleh siswa piket yang diatur oleh guru kelas.
2.
Ruang kelas sekolah yang menerapkan MBS
dihias menarik oleh siswa dengan bimbingan guru kelas sehingga kondusif untuk belajar.
3.
Pada dinding ruang sekolah yang menerapkan
MBS dipajang karya-karya terbagus siswa dan kalender, serta poster-poster airmatif yang
menggelorakan semangat relajar siswa.
4.
Berbagai jenis ringkasan mata pelajaran, mind mapping, rumus matematika dan MIPA, dan
pojok mata pelajaran dibuat dan ditempatkan pada ruang kelas Sekolah yang menerapkan
MBS secara berkala sesuai dengan kebutuhan pembelajaran.
5.
Terdapat aturan yang dipedomani dan dijalankan oleh wali kelas, sehingga kelas yang menjadi
tangungjawab guru kelas benar-benar kondusif untuk melaksanakan pembelajaran yang
bermutu.
E. GOOD PRACTICES MANAJEMEN KESISWAAN
BERBASIS SEKOLAH
1. Manajemen kesiswaan adalah upaya yang dilakukan oleh pengelola Sekolah yang
menerapkan MBS dalam memproses input siswa menjadi output yang bermutu sesuai
dengan visi, misi dan tujuan sekolah. 2. Manajemen mutu kesiswaan berbasis terdiri
atas rekrutmen siswa baru, identiikasi potensi akademik dan non akademik, pembinaan
yang berpotensi akademik dan non akademik, penyaluran bagi yang kurang potensial di bidang
akademik dan non akademik, pemantauan siswa yang melanjutkan studi.
3. Rekrutmen siswa baru dilakukan oleh Sekolah yang menerapkan MBS berdasarkan daya
tampung sekolah yang didahului dengan penyebaran pengumuman dalam bentuk brosur.
4. Identiikasi potensi akademik dan non akademik
siswa dilakukan oleh guru kelas dan satgas yang dibentuk, guna memetakan siswa yang
berpotensi akademik, berpotensi non akademik, dan berminat akademik dan non akademik.
5. Siswa berpotensi akademik dibina sampai mengerucut ke kejuaraan lomba mata pelajaran,
siswa berpotensi non akademik dibina sampai mengerucut ke kejuaraan lomba non akademik,
dan siswa yang berminat akademik dan non akademik disalurkan pembinaannya melalui
kegiatan ekstra kurikuler untuk variasi dan pe
ngayaan perolehan belajar di bidang akademik.
Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah
190
www.kinerja.or.id
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI
Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan Publik
6. Siswa yang berprestasi dan menjadi juara bidang akademik dan non akademik
mendapatkan penghargaan material dan non material serta ditampilkan dalam berbagai
kegiatan gebyar sekolah agar makin memacu yang bersangkutan dan kawannya untuk
mendapatkan kejuaraan akademik dan non akademik berikutnya.
7. Guna mempertahankan mutu pembinaan, maka setiap pembina mendapatkan insentif
pembinaan, dan pembina kesiswaan yang berprestasi mendapatkan rewardbertingkat
sesuai dengan tingkatan prestasinya. 8. Berdasarkan pembinaan dan pendampingan
yang bermutu kepada siswa, maka Sekolah yang menerapkan MBS banyak mendapatkan
kejuaraan penghargaan baik di bidang akademik maupun non akademik.
9. Sekolah yang menerapkan MBS memantau kelanjutan studi lulusannya dan membangun
jaringan alumni sebagai bentuk akuntabilitas pembinaan berkelanjutan dan sekaligus
mengkondisikan alumni agar memberikan kontribusi akademik dan non akademik kepada
sekolah asalnya.
F. GOOD PRACTICES MANAJEMEN SDM TENAGA
KEPENDIDIKAN BERBASIS SEKOLAH
1. Manajemen tenaga kependidikan adalah aktivitas yang dilakukan oleh pengelola Sekolah
yang menerapkan MBS untuk merekrut, menugasi, meningkatkan kemampuan,
memberikan penghargaan kepada tenaga kependidikan agar memberikan kontribusi yang
bermutu terhadap proses pendidikan di sekolah. 2. Aktivitas manajemen tenaga kependidikan
terdiri atas: rekrutmen, penugasan, penggajian, peningkatan kualiikasi dan kompetensi, promosi
dan penghargaan. 3. Rekrutmen tenaga kependidikan pada Sekolah
yang menerapkan MBS melalui seleksi ketat, referensi kepala sekolah dan guru sejawat serta
yayasan sehingga yang terekrut memenuhi kualiikasi, prestasi akademik, dedikasi dan
kemampuan khusus sesuai dengan ciri khas sekolah yang menerapkan MBS.
4. Penugasan tenaga kependidikan Sekolah yang menerapkan MBS selain pada tugas utama,
juga pada tugas tambahan, sesuai dengan kualiikasi, kompetensi dan kemampuan khusus
yang dimiliki, dan didasarkan atas kebutuhan riil pengembangan peserta didik di sekolah.
5. Penggajian tenaga kependidikan Sekolah yang menerapkan MBS didasarkan atas jenis dan
jumlah beban tugas, kualiikasi dan kompetensi, golonganruang, masa kerja dan alokasi serta
kemampuan angggaran sekolah. 6.
Peningkatan kualiikasi tenaga tenaga kependidikan
sekolah yang menerapkan MBS melalui studi lanjut, sedangkan peningkatan
kompetensi melalui supervisi, pertemuan ilmiah, pelatihan, workshop, seminar, pendampingan,
dan kemitraan dengan lembaga lain. 7. Terdapat upaya pemeliharaan loyalitas dan
dedikasi tenaga kependidikan pada sekolah
yang menerapkan MBS, dan terdapat upaya
191
www.kinerja.or.id
Berorientasi Pelayanan Publik
peningkatan atau promosi karier secara berkelanjutan.
F. GOOD PRACTICES MANAJEMEN SARANA
PRASARANA BERBASIS SEKOLAH
1. Manajemen sarana prasarana adalah pengaturan sarana prasarana secara bermutu
agar siap dipergunakan untuk mendukung pelaksanaan bidang akademik dan non
akademik di sekolah yang menerapkan MBS.
2. Aktivitas manajemen sarana prasarana Sekolah yang menerapkan MBS terdiri atas: identiikasi
kebutuhan sarana dan prasarana, pengadaan sarana prasarana, inventarisasi sarana
prasarana, penggunaan sarana prasarana, perawatan dan pemeliharaan sarana prasarana.
3. Identiikasi kebutuhan sarana prasarana
dilakukan oleh pengelola sekolah yang
menerapkan MBS dengan bantuan tenaga kependidikan, atau oleh sat
uan tugas yang dibentuk leh pengelola.
4. Pengadaan sarana prasarana dilakukan berbasis kebutuhan riil sekolah baik di bidang
akademik maupun non akademik, dan dilakukan oleh pengelola dan tenaga kependidikan
Sekolah yang menerapkan MBS. 5. Pengadaan sarana prasarana
sekolah yang menerapkan MBS dilakukan dengan cara
pembangunan gedung dan ruangan; pembelian peralatan; mendapatkan sumbangan dari orang
tua, masyarakat dan stake holders sekolah yang lainnya.
6. Inventarisasi sarana prasarana pada sekolah
yang menerapkan MBS dilakukan setelah sarana prasarana diadakan dengan cara
memberikan label sarana prasarana yang ada, dan mencatat pada buku inventaris sekolah,
papan inventaris yang ditempatkan pada ruang kepala sekolah dan guru, dan pada
daftar inventaris yang ditempelkan pada setiap ruangan.
7. Penggunaan sarana prasarana pada sekolah
yang menerapkan MBS dilakukan secara optimal sehingga tingkatan utilitas gedung,
ruangan, peralatan pembelajaran dan penunjang pembelajaran pada
sekolah yang menerapkan MBS tergolong tinggi pada jam-jam sekolah.
8. Perbaikan, perawatan dan pemeliharaan sarana prasarana pada
sekolah yang menerapkan MBS selalu dilakukan agar sarana prasarana yang
tersedia tetap layak, aman dan nyaman dipakai sehingga senantiasa siap dipergunakan untuk
kepentingan pembelajaran atau akademik dan kepentingan lainnya atau non akademik.
H. GOOD PRACTICES MANAJEMEN KEUANGAN
BERBASIS SEKOLAH
1. Manajemen keuangan sekolah yang
menerapkan MBS adalah upaya penggalian sumber dan pembelanjaan dana secara bermutu
dan selektif, guna mendukung aktivitas dan mutu pendidikan dan pembelajaran.
Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah
192
www.kinerja.or.id
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI
Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan Publik
2. Aktivitas manajemen keuangan berbasis religi terdiri atas: perencanaan anggaran, penggalian
anggaran, realisasi dalam bentuk penggunaan dan pembelanjaan anggaran, dan laporan
pertangungjawaban anggaran. 3. Perencanaan anggaran adalah menyusun RAKS
yang berbasis pada Renstra sekolah dengan melibatkan stake holders sekolah, selanjutnya
diajukan kepada pihak-pihak yang bisa menjadi sumber pebdanaan.
4. Sumber dana sekolah yang menerapkan MBS,
terdiri atas sumber tetap dan sumber tidak tetap. Sumber dana tetap terdiri atas uang pangkal
masuk siswa kelas 1 dan SPP. Sumber dana tidak tetap terdiri atas bantuan suka rela orang
tua, bantuan pemerintah BOS, block grand, bantuan luar negeri, bantuan masyarakat,
bantuan partner kerja sama, uang pangkal siswa pindahan, dan usaha sekolah melalui
koperasi. 5. Realisasi penggunaan anggaran untuk
keperluan penciptaan pembelajaran berkualitas, pembimbingan dan layanan siswa; gaji,
honorarium, pendidikan dan pelatihan serta penghargaan tenaga kependidikan; pengadaan,
perbaikan dan perawatan sarana prasarana; penggalian dana baru; menggalang kerja sama
dengan orangtua, masyarakat dan mitra kerja
sama. 6. Laporan angaran sebagai bentuk akuntabilitas
dirumuskan secara tertulis dan disampaikan kepada orangtua, komite sekolah, institusi
yang menaungi dan pemerintah serta para penyumbang dana.
I. GOOD PRACTICES MANAJEMEN PARTISIPASI
MASYARAKAT BERBASIS SEKOLAH
1. Manajemen partisipasi masyarakat sekolah
yang menerapkan MBS adalah suatu aktivitas penggalangan, penerlibatan dan penggerakan
secara bermutu potensi masyarakat, terutama orang ua dalam rangka mendukung proses
pendidikan dan pembelajaran yang bermutu di sekolah.
2. Aktivitas manajemen partisipasi masyarakat sekolah yang menerapkan MBS terdiri atas
identiikasi potensi orang tua dan masyarakat, memprogramkan kerja sama dengan orangtua
dengan masyarakat, berkomunikasi dengan orangtua dan masyarakat, membentuk komite
sekolah, membentuk paguyuban orangtua murid, menampilkan prestasi siswa dalam
pentas seni dan kegiatan keagamaan, membuat media sekolah.
3. Identiikasi potensi orangtua dan masyarakat
dilakukan setiap awal tahun oleh wali kelas dan sat
uan tugas yang dibentuk untuk melihat kemungkinan partisipasi yang dapat diberikan
oleh orangtua dan masyarakat. 4. Berdasarkan atas peta potensi orangtua
dan masyarakat, pengelola sekolah yang
menerapkan MBS menyusun program kerja dan menggalang partisipasi dari dan kerja
sama dengan orangtua dan masyarakat. Partisipasi orangtua dan masyarakat dikelola
secara bermutu melalui kelembagaan komite
193
www.kinerja.or.id
Berorientasi Pelayanan Publik
sekolah di tingkat sekolah, paguyu ban orang-
tua di tingkat kelas, serta secara individual ke sekolah.
5. Partisipasi orangtua dan masyarakat di sekolah
yang menerapkan MBS dikelola dengan bermutu dalam wujud memberikan sumbangan pikiran,
peningkatan kemampuan tenaga kependidikan, sumbangan dana, sumbangan tenaga untuk
peningkatan life skill siswa dan sumbangan non dana.
J. CONTOH PENERAPAN PRAKTIK MBS DI KABUPATEN
KOTA MITRA KINERJA
Sekolah-sekolah yang didampingi oleh kinerja- USAID dalam menerapkan MBS telah melakukan
berbagai jenis praktik-praktik yang baik good practice yang dapat dijadikan sebagai lesson
learn oleh sekolah-sekolah lain. Di antara berbagai praktik baik tersebut, dilaksanakan oleh SD-SD yang
didamping oleh USAID -KINERJA di Jawa Timur dan
Kalimantan Barat. Berikut dicuplikkan berapa praktik baik yang
dilakukan oleh SD yang menerapkan MBS dengan pendampingan USAID
-KINERJA.
1. Penyusunan rencana sekolah yang lebih partisipatif
Pasca intervensi KINERJA selama satu tahun pertama, seluruh sekolah mitra telah memiliki
dokumen perencanaan yang akuntabel, yang prosesnya dilakukan secara partisipatif dengan
melibatkan tim pengembang sekolah TPS dan komite sekolah. Proses penyusunan diawali
dengan evaluasi diri sekolah, identiikasi pemenuhan standar pelayanan minimal dan
masukan dari masyarakat. Padahal sebelumnya, Rencana Kegiatan Sekolah RKS umumnya
disusun sepihak hanya oleh kepala sekolah dan sebagian guru. Hampir di semua sekolah
dampingan, dokumen rencana yang ada telah dipublikasikan oleh sekolah dengan beragam
cara, menyesuaikan kondisi sekolah. Dalam kaitan partisipasi, kesadaran
kebutuhan akan peran dari mitra lainnya, mendorong sekolah untuk merevitalisasi
ataupun meremajakan tim pengembang dan komite sekolah melalui SK pembentukan dan
penyusunan anggaran dasar anggaran rumah tangga ADART-nya. Di Sekadau, seluruh
sekolah yang didampingi telah memiliki SK TPS, dimana 18 sekolah telah memiliki SK Komite
sekolah dan 12 telah menyusun ADART Komite Sekolah.
“Sejak adanya pendampingan MBS ini, kami jadi lebih mengerti bagaimana membuat
perencanaan sekolah dan mengajak orang tua murid untuk terlibat,” H. Sabli, S.Pd, Kepsek SDN
47 Penanjung, Kec. Sekadau Hilir
Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah
194
www.kinerja.or.id
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI
Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan Publik
2. Peningkatan partisipasi masyarakat dalam realisasi
rencana sekolah
Kampanye “Pendidikan Gratis” yang banyak dilakukan kalangan politisi dan elit lainnya
mengakibatkan keengganan masyarakat untuk membantu pembiayaan pendidikan. Banyak kepala
sekolah yang merasa seperti disodorkan buah simalakama, dimana setiap kali sekolah mencoba
menggalang pendanaan dari orangtua murid maka mengalami penolakan ataupun dituding melakukan
pungutan liar. Sebaliknya, jika tidak dilakukan penggalangan pendanaan maka layanan pendidikan
yang diberikan akan terkendala. Melalui proses pelibatan para pihak di tingkat
sekolah dan berlangsungnya proses perencanaan dan pengelolaan sekolah yang transparan dan
akuntabel, kesadaran kritis dari para pihak mulai muncul akan perlunya dukungan mereka, baik
berupa masukan penyelesaian masalah, dukungan tenaga maupun pendanaan.
Salah satu praktek menarik mengenai hal ini adalah apa yang berlangsung di SMP Negeri 1
Belimbing, Kabupaten Melawi. Sekolah ini mampu menggunakan rencana sekolah, yang dihasilkan
melalui proses yang transparan dan partisipatif, dalam menggalang dukungan para pihak. Program
yang berhasil diidentiikasi dalam RKT sekolah kemudian dilakukan pelelangan program kepada
para pihak yang ada. Karena paham dengan proses yang berlangsung, banyak pihak yang membeli
lelang program ini. Berdasarkan RAKS yang dipublikasikan sekolah,
pada tahun anggaran 2012-2013, total partisipasi
Gambar 7.12. Rencana Sekolah yang Dipajang
195
www.kinerja.or.id
Berorientasi Pelayanan Publik
para pihak yang berhasil dikumpulkan adalah sebesar Rp 125.300.000 seratus duapuluh lima
juta tiga ratus ribu rupiah. Beberapa program yang berhasil dibeli oleh para pihak adalah: penyediaan
folding gate untuk ruang kelas, perbaikan toilet, perbaikan ruang UKS, pembangunan kantin
sekolah, penyediaan loker HP dan loker sepatu siswa, pembuatan pagar dari batako yang berasal
dari sumbangan orangtua siswa, pengadaaan penghijauan sekolah, perbaikan lantai sekolah
dengan pemasangan keramik, pengadaan kursi ruang rapat, pembuatan teralis untuk ruang
komputer dan ruang koperasi, pelajaran ketrampilan dan les tambahan siswa yang pembiayaannya oleh
orang tua murid, dan pembuatan kebun sekolah yang ditanami oleh tumbuhan produksi buah brazil.
3. Pengupayaan Dukungan dari Pemerintah Daerah
Secara umum pelaksanaan program MBS di Kalimantan Barat yang dilakukan telah mampu
memperkenalkan konsep tata kelola yang baik pada sekolah-sekolah target. Hampir seluruh sekolah
dampingan telah melakukan identiikasi diri sekolah ada yang menggunakan Proile, EDS, dsbnya,
penyusunan dokumen perencana revisi visi dan
misi sekolah, RKS, RKT, RKAS, pelaksanaan perencanaan dan pelaporan keuangan sekolah
secara lebih partisipatif, lebih transpan dan lebih menerapkan aspek akuntabilitas. Meskipun derajat
penerapannya di setiap sekolah sangat beragam dengan faktor pendorong yang sangat beragam.
Banyak pembelajaran menarik yang juga telah terjadi dari implementasi MBS ini di beberapa
sekolah. Bahkan ada sekolah yang telah mampu merangkul dunia usaha dan alumni yang ada
untuk membantu mewujudkan rencana sekolah yang disusun.Pelaksanaan Paket MBS di bidang
pendidikan yang telah berlangsung di Kalimantan Barat dipandang perlu dilanjutkan, baik dalam
tahapan konsolidasi maupun perluasan ke bebeberapa sekolah lainnya yang berada di lingkup
kabupaten bersangkutan. Secara umum, USAID
-KINERJA melakukan perluasan melalui: i Membentuk Sekolah
Percontohan di tingkat Kabupaten dan meningkatkan kapasitas dari sekolah tersebut dalam
memberikan layanan sebagai sekolah percontohan MBS; ii Menjadikan Kepala Sekolah dan
Pengawas sekolah yang sejatinya memiliki tupoksi dalam supervisi sekolah sebagai agen perluasan
saat melakukan pendampingan ke sekolah; iii Mendorong MSF sebagai agen perluasan, terutama
dengan mendekati komite sekolah untuk siap berpartisipasi pada agenda sekolah dan juga
mendesakkan kebijakan yang mendukung bagi pelaksanaan MBS; dan iv Menginisiasi lahirnya
SK Kepala Dinas mengenai Pelaksanaan MBS dengan salah satu bagiannya menjelaskan bahwa
telah ada sekolah percontohan di wilayahnya, yang dapat dijadikan referensi bagi sekolah lain dalam
mengimplementasikannya. Keinginan untuk berlangsungnya perluasan
dinyatakan oleh berbagai pihak. Di Melawi, Dinas
Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah
196
www.kinerja.or.id
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI
Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan Publik
Pendidikan mengalokasikan pendanaan kegiatan perluasan melalui pelatihan kepada pengawas dan
50 orang kepala sekolah mengenai MBS pada 22-
23 Mei 2013 yang lalu. Sementara di Bengkayang, keinginan perluasan ini dinyatakan secara terbuka
kepada khalayak melalui media lokal yang ada.
“Dengan kegiatan ini, kita berharap dua puluh sekolah mitra yang terdiri dari enam belas SD
dan empat SMP bisa dijadikan contoh untuk sekolah lain dalam rangka meningkatkan
kualitas pendidikan,” Heni Juniarti, ST, MM,
Kepala Bidang Sosial Budaya BAPPEDA Kabupaten Bengkayang.
“Sebelumnya kami tahu ada MBS yang diusung USAID-KINERJA, namun tidak pernah dilibatkan.
Sekarang setelah dilibatkan, kami jadi lebih
tahu mengenai MBS dan kami sepakat untuk mensosialisasikannya ke sekolah binaan kami di
luar yang 20 sekolah mitra yang sudah ada ini, “
Sukarwanta, Pengawas TKSD di Sekadau.
• Kegiatan Pelatihan kepada pengawas dan 50 orang kepala sekolah mengenai MBS
di Melawi pada 22-23 Mei 2013 • Pernyataan Dukungan Perluasan MBS dari Dinas
Pendidikan Kabupaten Bengkayang.
197
www.kinerja.or.id
Berorientasi Pelayanan Publik
GOOD PRACTICES MANAJEMEN KELAS BERBASIS SEKOLAH
• Ruang kelas dirawat dan dihias menarik oleh siswa dengan pengaturan wali kelas.
• Pada dinding dipajang kalender, karya terbagus siswa, dan poster airmatif yang menggelorakan semangat belajar siswa.
• Ringkasan mata pelajaran, mind mapping, rumus MIPA, dan pojok mata pelajaran diganti secara berkala sesuai kebutuhan pembelajaran.
• Terdapat aturan yang dipedomani wali kelas. dan menjamin kondusifnya pembelajaran berkualitas.
• Kelas tidak hanya dibatasi pada ruang kelas, tetapi diperluas sampai teras, halaman, taman dan pekarangan sekolah.
• Memproses input menjadi output bermutu sesuai visi, misi dan tujuan sekolah. • Aktivitas: rekrutmen siswa baru, identiikasi potensi akademik dan non
akademik siswa, pembinaan siswa berpotensi, penyaluran siswa berminat dan pemantauan siswa yang melanjutkan.
• Rekrutmen siswa baru sesuai daya tampung dan didahului pengumuman. • Identiikasi potensi siswa untuk memetakan potensi dan minat siswa.
• Siswa berpotensi akademik dan non akademik dibina mengerucut ke kejuaraan lomba, siswa yang berminat disalurkan ke kegiatan ekstra kurikuler.
• Siswa dan tenaga kependidikan juara mendapatkan penghargaan dan ditampilkan dalam gebyar sekolah.
• Pemantauan kelanjutan studi dan pembentukan alumni.
GOOD PRACTICES MANAJEMEN KESISWAAN BERBASIS SEKOLAH
Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah
198
www.kinerja.or.id
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI
Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan Publik
GOOD PRACTICES MANAJEMEN TENAGA KEPENDIDIKAN BERBASIS SEKOLAH
• Merekrut, menugasi,meningkatkan kemampuan, memberikan penghargaan kepada tenaga kependidikan agar memberikan kontribusi bermutu terhadap pendidikan di sekolah.
• Rektutmen melalui seleksi ketat, referensi kepala sekolah, sejawat dan yayasan sehingga memenuhi kualiikasi, prestasi akademik, dedikasi dan kemampuan khusus sesuai
dengan ciri khas Sekolah yang menerapkan MBS.
• Penugasan pada tugas utama dan tambahan sesuai dengan kualiikasi kompetensi dan kemampuan khususnya, dan didasarkan atas kebutuhan riil pengembangan peserta didik.
• Penggajian didasarkan atas jenis, beban tugas, kualiikasi, kompetensi, golonganruang masa kerja, dan kemampuan angggaran sekolah.
• Peningkatan melalui studi lanjut, peningkatan kompetensi melalui supervisi, pertemuan ilmiah, pelatihan workshop, semimar pendampingan dan kemitraan dengan lembaga lain.
• Terdapat upaya pemeliharaan loyalitas dan dedikasi, serta peningkatan karier secara berkelanjutan.
199
www.kinerja.or.id
Berorientasi Pelayanan Publik
LAMPIRAN C
Lampiran Cara Pelaksanaan Fasilitasi dan Pelatihan
Pada saat awal sebuah daerah sudah memutuskan MBS akan di terapkan dengan pendekatan KINERJA prosesnya diatur dalam seri lokakarya, dan pelatihan pada awal setiap langkah. Proses yang
sama dipakai pada tahun berikutnya, karena ada peserta baru, dan juga modul pelatihan dipakai oleh peserta lama untuk dapat diingat kembali substansinya. Sekarang beberapa daerah sudah mempunyai
pengalaman melaksanakan MBS selama tiga tahun. Pelatihan mungkin tidak begitu penting lagi bagi daerah tersebut, namun seri lokakarya masih penting agar pertemuan semua pemangku kepentingan
dapat diatur dengan baik. Himpunan modul pelatihan yang dibahas di lampiran ini ditujukan bagi lembagainstansi yang hendak
melakukan fasilitasi MBS di kabupaten dan kota. Lembagainstansi tersebut bisa berbentuk pemda sendiri, calon organisasi mitra pelaksana OMP yang ingin memberi fasilitasi, atau calon lembaga diklat
yang memasarkan pelatihan saja.
Fasilitator MBS. Orang yang ditugaskan untuk fasilitasi tersebut disebut di sini sebagai Fasilitator MBS.
Sangat penting agar para fasilitator MBS menguasai bahannya, dan berfokus kepada keberhasilan tim. Ia harus memiliki pengetahuan tentang administrasi pendidikan sekolah dan keterampilan sebagai fasilitator
yang memadai sehingga dapat melaksanakan pelatihan, memfasilitasi, dan mendampingi pemerintah daerah di dalam proses penyusunan, implementasi, dan monitoringevaluasi implementasi MBS.
Dalam upaya pemda tersebut, tugas pokok fasilitator MBS adalah untuk mengarahkan Tim Penyusun MBS yang dibentuk dari aparat, guru dan LSM yang berkepentingan, untuk menghitung dan menyusun
MBS. Bahan pelatihan ini disusun untuk pelatihan yang diberi kepada aparatur yang berkepentingan tersebut, khususnya Tim Penyusun MBS. Dalam praktik USAID-KINERJA, tugas fasilitasi dilaksanakan
oleh Organisasi Mitra Pelaksana OMP yang mengadakan fasilitator baik untuk pelatihan dan dukungan pendampingan.
Pilihan Pelaksanaan Fasilitasi dan Pelatihan
Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah