Memberikan jaminan kepada masyarakat bahwa mereka mendapat pelayanan dalam kualitas yang dapat

81 www.kinerja.or.id Berorientasi Pelayanan Publik Di era otonomi daerah ini, rencana strategis Renstra, yang merupakan bagian dari manajemen strategis tingkat satuan pendidikan sering mengemuka, dan bahkan mulai banyak diterapkan di tingkat satuan pendidikan sekolah. Di khasanah literatur manajemen tingkat satuan pendidikan, Renstra bukanlah hal baru, karena keberadaannya sudah banyak diterapkan di berbagai bidang. Renstra sendiri merupakan produknya, sedangkan proses perencanaannya sendiri dikenal dengan perencanaan strategis. Menurut Inpres No. 7 tahun 1999, perencanaan strategis strategic planning merupakan suatu proses yang berorientasi pada hasil yang ingin dicapai selama kurun waktu 1 – 5 tahun dengan memperhitungkan potensi, peluang, dan kendala yang ada atau mungkin timbul. Perencanaan strategis merupakan bagian dari proses manajemen strategis yang terkait dengan proses identiikasi tujuan jangka panjang dari sebuah lembaga atau organisasi, penggalian gagasan dan pilihan-pilihan, pengambilan langkah-langkah yang diperlukan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan, dan pemantauan monitoring kemajuan atau kegagalan dalam rangka menentukan strategi di masa depan Nickols dan Thirunamachandran, 2000. Dalam latar historika, perencanaan strategis diterapkan di bidang kemiliteran, kemudian diadopsi oleh dunia usaha pada tahun 1950-an. Perencanaan strategis mengalami perkembangan pesat dan banyak dikenal pada tahun 1960 hingga 1970-an, dan berkembang kembali tahun 1990-an. Mintzberg 1994 menyebut perencanaan strategis sebagai sebagai “process with particular beneits in particular contexts.” Jenis-jenis Perencanaan Sekolah Ada dua jenis perencanaan sekolah. Pertama, perencanaan jangka panjang sekolah yang lazim dikenal juga dengan rencana jangka menengah sekolah RPJM sekolah. Kedua, perencanaan jangka pendek sekolah yang lazim dikenal juga dengan rencana tahunan sekolah yang disingkat dengan R KT. Perencanaan jangka menengah sekolah RPJM disusun dengan mengikuti siklus masa kerja kepala sekolah, ialah 4 tahunan. Oleh karena itu, setiap seorang kepala sekolah dipercaya menjabat di suatu sekolah, diwajibkan membuat rencana jangka menengah sepanjang masa jabatannya, yakni selama 4 tahunan. Rencana jangka menengah sekolah ini, dahulu kala dikenal dengan Rencana Pengembangan Pembangunan Sekolah RPPS, kemudian berubah menjadi Rencana Pengembangan Sekolah RPS. Perencanaan jangka pendek sekolah merupakan penjabaran lebih lanjut dari rencana jangka menengah sekolah yang dibuat dengan kurun waktu satu tahun. Perencanan jangka pendek ini lazim dikenal dengan perencana tahunan sekolah. Jika perencanaan jangka menengah merupakan prosesnya, dan hasilnya disebut dengan renncana jangka menengah, maka perencanaan jangka pendek juga merupakan prosesnya, sedangkan haslnya disebut dengan rencana tahunan. Kini, rencana tahunan sekolah dikenal dengan RKT rencana kerja tahunan. Gabungan antara RPJM dan RKT inilah kini dikenal dengan rencana kerja sekolah, yang lazim disingkat dengan RKS. Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah 82 www.kinerja.or.id LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan Publik lanjut dari renstra satuan kerja perangkat daerah SKPD. Sementara renstra SKPD juga disusun dengan memperhatikan Renstra Departemen Pendidikan dan Kebudayaan yang berubah nama menjadi Depdiknas. Gambar 2.1 melukiskan bagaimana renstra SKPD, termasuk SKPD pendidikan, disusun dan melewati berbagai tahapan penyusunan. Posisi Renstra Sekolah dalam Renstra SKPD Rencana strategis, yang merupakan produk perencanaan strategis, memuat visi, misi, tujuan, sasaran, cara mencapai tujuan dan sasaran yang meliputi kebijakan, program, dan kegiatan yang realistis dengan mengantisipasi perkembangan masa depan. Renstra strategis di tingkat satuan pendidikan, sebenarnya merupakan penjabaran lebih Diagaram III.1. Pendekatan dan Langkah-Langkah Penyusunan RENSTRA SKPD 83 www.kinerja.or.id Berorientasi Pelayanan Publik

B. TAHAP-TAHAP PERENCANAAN

SEKOLAH Tahap-tahap perencanaan sekolah adalah sebagai berikut:

1. Penyiapan Data Kondisi

Eksisting Sekolah Tahap pertama perencanaa sekolah adalah penyiapan data kondisi eksisting sekolah. Data kondisi eksisting sekolah hendaknya dikumpulkan oleh satuan tugas perencanaan sekolah. Data tersebut meliputi proil sekolah, hasil survei pengaduan pengguna layanan pendidikan sekolah, serta data capaian SPM pendidikan di tingkat sekolah. Data tersebut dikumpulkan melalui berbagai teknik pengumpulan data, yaitu studi dokumentasi, angket, wawancara, dan teknik survei pengaduan pengguna layanan pendidikan. Sumber data berasal dari seluruh bagian dan unit sekolah, mulai dari bagian pembelajaran, bagian kesiswaan, bagian personalia, bagian keuangan, bagian sarana prasarana dan bagian humas. Data dari multi stake holder pun juga perlu digali, termasuk dari berbagai pihak yang punya kepentingan dan ketertarikan dengan pelayanan pendidikan. Data-data yang sudah dikumpulkan tersebut, hendaknya disaring, diklariikasi dan digolong- golongkan dan kemudian dituangkan secara padat agar dapat dilakukan analisis lebih lanjut. Data yang bersifat kuantitatif dianalisis dengan teknik kuantitatif statistic, sedangkan data kualitatif hendaknya dianalisis dengan menggunakan teknik analisis kualitatif. Data yang sudah terkumpul dan digolong-golongkan tersebut, hendaknya dapat dipilah mana yang terkait dengan pengguna layanan pendidikan berjenis kelamin pria dan mana yang terkait dengan pengguna layanan pendidikan berjenis perempuan. Penggolongan ini sangat penting agar aspirasi pengguna perempuan dan laki-laki dapat dipenuhi secara seimbang sehingga tidak terjadi bias gender atau bertitik berat ke jenis kelamin tertentu.

2. Analisis Situasi dan Kondisi Sekolah

Rangkaian kegiatan analisis situasi dan kondisi sekolah adalah pencermatan atas aturan perundang-undangan pendidikan yang sedang berlaku dan mempelajari renstra SKPD pendidikan kabupatenkota. Agar bisa menyusun analisis situasi dan kondisi secara komprehensif, maka perlu dilakukan penajaman terhadap proil sekolah, yang dimulai dengan identiikasi identitas sekolah, peserta didik, tenaga kependidikan, sarana prasarana, keuangan, partisipasi orang tua dan masyarakat, serta prestasi-prestasi yang dimiliki oleh sekolah, baik yang bersifat akademik maupun non akademik. Selanjutnya, proil sekolah tersebut, hendaknya dibandingkan dengan, dan dikerucutkan dari standar-standar pendidikan yang dipergunakan oleh sekolah standar pelayanan minimalSPM dan standar nasional Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah 84 www.kinerja.or.id LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan Publik pendidikan SNP. Selain itu, survei terhadap komplain pelangganstakeholderspublik survei pengaduan juga perlu dilakukan agar harapan, tuntutan dan aspirasi mereka juga dapat diakomodasi dalam menyusun analisis situasi dan kondisi sekolah. Data survei pengaduan dari pelanggan tersebut, hendaknya dipilah antara yang berasal dari publik pria dan publik perempuan, agar seluruh kebutuhan, apirasi, harapan dan masalah yang dipecahkan, bisa berimbang dan tidak bias gender. Secara detail petunjuk pelaksanaan survei pengaduan, yang diawali dengan penyusunan kuisioner, pelaksanaan survei, analisis hasil survei pengaduan serta penyusunan janji perbaikan pelayanan dapat dilihat pada Modul dan Buku Saku Penanganan Pengaduan. Berdasarkan atas deskripsi proil sekolah, standar pendidikan di sekolah, dan survey pengaduan pelanggan, dapatlah dilakukan analisis kesenjangan. Analisis kesenjangan bermaksud untuk mengetahui gap kesenjangan antara standar yang ingin dicapai, dengan kondisi riil sekolah dan hasil survei pengaduuan pelangganpublicstake holders. Kesenjangan itulah yang perlu mendapatkan pemecahan, agar antara aspek yang diinginkan dengan aspek riilnya dapat dipertemukan. Dengan demikian, aspek riil satuan pendidikan makin relevan gayut dengan aspek idealnya. Analisis kesenjangan bisa berupa: analisis SWOT strength, weakness, opportunity, and threat, analisis akar masalah dan analisis kekuatan medan.

3. Merumuskan Visi dan Misi Sekolah

Yang dimaksud dengan visi adalah emajinasi moral yang menggambarkan proil sekolah di masa depan. Visi juga berarti wawasan yg menjadi sumber arahan yang digunakan untuk memandu perumusan misi sekolah. Unsur yang harus ada pada visi adalah: 1 pandangan jauh ke depan, ke mana sekolah akan dibawa 2 gambaran masa depan yg diinginkan sekolah. Dirumuskan dengan kalimat yang ilosois, khas, mirip slogan, tetapi mudah diingat. Karena itu, rumusan visi yang bagus hendaknya menantang, jelas dan didasari nilai-nilai tertentu. Contoh rumusan visi: “UNGGUL DALAM PRESTASI BERDASARKAN IMTAQ” “ TERDIDIK BERDASARKAN IMTAQ” Agar rumusan visi yang ilosois tersebut jelas, perlu dirumuskan indikator-indikatornya. Contoh rumusan Visi: UNGGUL DALAM PRESTASI BERDASARKAN IMAN DAN TAQWA Contoh rumusan indikator-indikatornya: 1 Unggul dalam perolehan NEM. 2 Unggul dalam persaingan melanjutkan ke jenjang pendidikan di atasnya. 85 www.kinerja.or.id Berorientasi Pelayanan Publik 3 Unggul dalam lomba karya ilmiah remaja. 4 Unggul dalam lomba kreativitas. 5 Unggul dalam lomba kesenian. 6 Unggul dalam lomba olah raga. 7 Unggul dalam kedisiplinan. 8 Unggul dalam kegiatan keagamaan. Misi adalah tindakan untuk mewujudkanmerealisasi visi. Misi merupakan penjabaran visi dalam bentuk rumusan tugas, kewajiban dan rancangan tindakan yang dijadikan arahan untuk mewujudkan visi. Dengan perkataan lain, bentuk layanan untuk memenuhi tuntutan yang dituangkan dalm visi sebagai indikatornya. Jika rumusan visi berupa kalimat yang menunjukkan “keadaan”, maka misi berupa kalimat yang menunjukkan “tindakan”. Contoh rumusan misi: 1 Melakukan pembelajaran dan bimbingan secara efektif. 2 Menumbuhkan semangat keunggulan secara intensif kepada warga sekolah. 3 Mendorong dan membantu setiap siswa untuk mengenali potensi dirinya, sehingga dapat dikembangkan secara optimal. 4 Menumbuhkan penghayatan terhadap ajaran agama. 5 Menerapkan manajemen partisipatif dengan melibatkan seluruh warga sekolah dan stake holders.

4. Merumuskan Tujuan Sekolah

Tujuan merupakan “apa” yang akan dicapai dihasilkan dan “kapan” akan dicapai oleh sekolah. Jika visi mengarah ke jangka panjang, maka tujuan dikaitkan dengan rentang waktu jangka menengah atau siklus 3 tahunan sesuai dengan periodisasi SMP atau SMU. Jika masih dipandang terlalu pendek, boleh juga 2 siklus program sekolah atau 6 tahunan. Berarti, tujuan merupakan tahapan wujud sekolah menuju visi yang telah dicanangkan. Contoh tujuan: 1 Pada tahun 2005, peningkatan skor rata-rata GSA + 2,0 2 Pada tahun 2005, memiliki tim olah raga minimal 3 cabang yang mampu menjadi inalis tingkat propinsi. 3 Pada tahun 2006, memiliki kelompok LKIR yang mampu menjadi inalis LKIR tingkat nasional. 4 Pada tahun 2006, memiliki tim kesenian yang mampu tampil pada acara setingkat kota kabupaten.

5. Menganalisis Tantangan Nyata

Tantangan nyata adalah kesenjangan gap antara antara tujuan yang ingin dicapai dengan kondisi sekolah saat ini. Selisih antara tujuan yang diinginkan dengan kenyataan saat ini. Dibuat rincian pada beberapa tahun misalnya 2005, 2006, 2007, dst. Contoh: Jika tujuannya berbunyi: Pada tahun 2005 memiliki GSA sebesar +2, sementara saat ini baru mencapai +0,4. Berarti tantangan nyata yang dihadapi oleh sekolah adalah +2 – +0,4 = +1,6. Jika pada Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah 86 www.kinerja.or.id LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan Publik tahun 2005, survey pengaduan stake holders mengharapkansekolah memiliki tim olah raga minimal 3 cabang dan menjadi inalis tingkat kabupaten; sementara saat ini baru punya 1 tim cabang olah raga dan menjadi inalis di tingkat kecamatan, maka tantangan nyatanya adalah: • Menambah 2 tim cabang olahraga • Meningkatkan 1 peringkat dari kecamatan ke kabupaten untuk 1 cabang olahraga • Meningkatkan 2 peringkat untuk 2 cabang olah raga.

6. Menentukan Sasaran

• Rumusannya menggambarkan mutu dan kuantitas yang ingin dicapai serta terukur. • Mengacu kepada visi, misi dan tujuan sekolah. • Berupa tujuan jangka pendek atau tujuan situasional sekolah, umumnya 1 tahunan. • Merupakan perioritas dari beberapa tujuan yang dirumuskan dalam jangka menengah. Contoh: Pada tahun ajaran 2005, sekolah X: a memiliki GSA sebesar +0,40 2, memiliki tim olahraga bola voli yang menjadi inalis di tingkat kabupatenkota.

7. Mengidentiikasi Fungsi-Fungsi

Fungsi-fungsi yang diperlukan untuk mencapai sasaran perlu diidentiikasi. Fungsi-fungsi tersebut adalah fungsi PBM beserta fungsi-fungsi pendukungnya: kurikulum,perencanaan dan evaluasi, fungsi ketenagaan, fungsi keuangan, fungsi pelayanan kesiswaan, fungsi pengembangan iklim sekolah, fungsi hubungan sekolah dengan masyarakat dan fungsi pengembangan fasilitas. Contoh 1: Identiikasi fungsi sasaran Peningkatan GSA minimal +0,40 Fungsi dan Faktornya Kriteria Kesiapan Kondisi Ideal Kondisi Nyata Tingkat Kesiapan Faktor Siap Tidak A Fungsi Proses Belajar Mengajar PBM 1 Faktor internal: - Motivasi belajar siswa - Perilaku siswa - Motivasi Guru - Pemberdayaan siswa - Keragaman Metode mengajar - Penggunaan waktu belajar 87 www.kinerja.or.id Berorientasi Pelayanan Publik Fungsi dan Faktornya Kriteria Kesiapan Kondisi Ideal Kondisi Nyata Tingkat Kesiapan Faktor Siap Tidak B Fungsi Pendukung PBM: Ketenagaan 1 Faktor internal: - Jumlah guru - Kualiikasi pendidikan guru minimal D-3 - Kesesuaian Ijazah dengan mata pelajaran yang di ampu guru - Beban mengajar guru 2 Faktor Eksternal - Pengalaman mengajar guru - Kesiapan mengajar guru - Fasilitas pengembangan diri C Fungsi Pendukung PBM: Sarana Perpustakaan 1 Faktor internal - Buku setiap mata pelajaran - Jumlah buku penunjang - Jumlah lemari dan rak buku - Kebersihan dan kerapihan ruang perpustakaan - Pengelola perpustakaan - Dana pengembangan perpustakaan 2 Faktor eksternal - Dukungan orangtua dalam melengkapi perpustakaan - Kerjasama dengan perpustakaan lain yang lengkap - Kesesuaian buku penunjang dengan potensi daerah dan perkembangan ipteks Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah