diperoleh, makin mudah soal tersebut. Sudjana, 1990:137 menjelaskan kriteria indeks kesulitan soal itu sebagai berikut:
—0,30 = soal kategori sukar 0,31
—0,70 = soal kategori sedang 0,71
—1,00 = soal kategori mudah
2 Analisis daya pembeda
Menganalisis daya pembeda artinya mengkaji soal-soal tes dari segi kesanggupan tes tersebut dalam membedakan siswa yang termasuk ke dalam
kategori lemah atau rendah dan kategori kuat atau tinggi prestasinya. Artinya, bila soal tersebut diberikan kepada anak yang mampu, hasilnya menunjukkan
prestasi yang tinggi; dan bila diberikan kepada siswa yang lemah, hasilnya rendah. Tes dikatakan tidak memiliki daya pembeda apabila tes tersebut, jika
diujikan kepada anak berprestasi tinggi, hasilnya rendah, tetapi bila diberikan kepda anak yang lemah, hasilnya lebih tinggi. Atau bila diberikan kepada
kedua kategori siswa tersebut, hasilnya sama saja. Dengan demikian tes yang tidakmemiliki daya pembeda, tidak akan menghasilkan gambaran hasil yang
sesuai dengan gambaran siswa yang sebenarnya. Cara yang biasa dilakukan dalam analisis daya pembeda adalah
dengan menggunakan tabel atau kriteria dari Rose dan Stanley seperti dalam analisis tingkat kesukaran soal.
Rumusnya adalah:
SR —ST
Keterangan: SR = Jumlah siswa yang menjawab salah kelompok rendah
ST = Jumlah siswa yang menjawab salah kelompok tinggi
Untuk mengetahui data pembeda, Arifin 2009:133 menjelaskan klasifikasi rumus berikut ini.
Tabel 2.2 Klasifikasi Daya Pembeda Koefisien Korelasi
Interpretasi
0,40-1,00 Soal baik
0,30-0,39 Soal diterima dan diperbaiki
0,20-0,29 Soal diperbaiki
0,19-0,00 Soal ditolak
2.2.9 Kurikulum 2013
Kurikulum bersifat dinamis, oleh karena itu seiring berkembangnya waktu kurikulum mengalami perubahan. Pada jenjang pendidikan di
Indonesia kurikulum yang sudah digunakan hingga saat ini, yaitu kurikulum 1968, 1975, 1984, 1994, KBK, KTSP, dan Kurikulum 2013. Kurikulum 2013
merupakan penyempurnaan dari Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
KTSP.
Keterampilan berbahasa yang digunakan dalam KTSP masih terpisah yaitu membaca, menyimak, berbicara dan menulis. Namun, dalam kurikulum
2013 keterampilan berbahasa tersebut sudah terintegrasi. Kurikulum 2013 menggunakan pendekatan saintifik hal ini mengakibatkan siswa menjadi
pusat pembelajaran sedangkan guru hanya sebagai fasilitator. Kurikulum 2013 adalah kurikulum baru yang dikeluarkan oleh Kementrian Pendidikan
dan Kebudayaan untuk menggantikan kurikulum 2006 atau sering disebut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP. Sesuai dengan pernyataan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, melalui Kurikulum 2013 diharapkan dapat menghasilkan insan Indonesia yang produktif, kreatif, inovatif, afektif
melalui penguatan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang terintegrasi. Pengembangan kurikulum 2013 diharapkan dapat berfungsi untuk
menguatkan kurikulum sebelumnya Permendikbud, No. 105tahun 2014. Kurikulum 2013 merupakan kurikulum yang mengutamakan
pemahaman, skill, dan pendidikan karakter. Siswa dituntut untuk lebih memahami materi yang ada secara mandiri, aktif dalam berdiskusi dan
presentasi serta memiliki karakter yang mulia. Kurikulum 2013 mewajibkan peserta didik untuk mengikuti mata pelajaran di satuan pendidikan pada
setiap jenjang pendidikan.
Seperti yang dipaparkan Sunarti 2014:3 penilaian dalam kurikulum 2013 lebih ditekankan pada penilaian autentik. Istilah autentik merupakan
sinonim dari asli, nyata, valid, atau reliabel. Penilaian autentik adalah penilaian yang dilakukan secara komprehensif untuk menilai masukan,
proses, dan hasil pembelajaran. Bila pada kurikulum KTSP, penilaian lebih ditekankan pada aspek kognitif yang menjadikan tes sebagai cara penilaian
yang dominan, maka, kurikulum 2013 menekankan pada aspek kognitif, afektif, psikomotorik secara proporsional sesuai dengan karakteristik peserta
didik dan jenjangnya yang sistem penilaiannya berdarkan tes dan portofolio yang saling melengkapi.
Di dalam kurikulum 2013, kompetensi ranah keterampilan terbagi menjadi dua yaitu keterampilan abstrak dan keterampilan konkret. Penilaian
keterampilan ranah konkret dilakukan dengan cara mengamati kegiatan peserta didik dalam melakukan sesuatu yang memperlihatkan gerak motorik
dalam praktikum di lab, praktik ibadah, praktik olah raga, bermain peran, presentasi dan sebagainya. Adapun penilaian keterampilan ranah abstrak
dilakukan dengan cara mengamati kegiatan peserta didik dalam menulis, mengarang, membaca, menggambar, dan menghitung. Di dalam kurikulum
2013, tes menulis bukan lagi disebut dengan tes esai atau tes uraian,
melainkan dengan tes unjuk kerja.
2.2.10 Kisi-kisi
Kisi-kisi adalah format pemetaan soal yang menggambarkan distribusi item untuk berbagai topik atau pokok Bahasan berdasarkan jenjang
kemampuan tertentu. Penyusunan kisi-kisi dimaksudkan agar materi penilaian betul-betul representatif dan relevan dengan materi pelajaran yang sudah
diberikan oleh guru kepada peserta didik. Guru harus membuat kisi-kisi sebelum menyusun soal. Kisi-kisi disusun berdasarkan materi pembelajaran.
Kisi-kisi dibuat dengan menggunakan kata kerja operasional. Kisi-kisi soal yang baik harus memenuhi persyaratan tertentu, antara lain: 1 representatif,
yaitu harus betul-betul mewakili isi kurikulum sebagai sampel perilaku yang akan dinilai, 2 komponen-komponennya harus teruraiterperinci, jelas, dan
mudah dipahami, 3 soalnya dapat dibuat sesuai dengan indikator dan bentuk PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI