diri.
25
Maka yang menentukan baiknya prestasi siswa adalah hasil belajar yang didapat siswa harus juga baik. Karena dengan hasil belajar yang baik siswa akan
lebih mudah dalam mengikuti tes untuk menguji hasil belajar yang telah diperoleh ketika proses pembelajaran berlangsung dan hasilnya prestasinya pun akan
menjadi baik.
6. Teori Konstruktivisme Contructivism
Konstruktivisme adalah proses membangun atau menyusun pengetahuan baru dalam struktur kognitif siswa berdasarkan pengalaman
26
. Menurut konstruktivisme, pengetahuan itu memang berasal dari luar, tetapi dikonstruksi
dari dalam diri seseorang. Muslich mengemukakan, konstruktivisme adalah proses pembelajaran
yang menekankan terbangunnya pemahanan sendiri secara aktif, kreatif, dan produktif berdasarkan pengetahuan yang terdahulu dan dari pengalaman belajar
yang bermakna. Pengetahuan bukanlah serangkaian fakta konsep, dan kaidah yang siap dipraktikkan. Manusia harus mengkonstruksinya terlebih dahulu pengetahuan
itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata. Dalam konstruktivisme ada beberapa hal-hal sebagai berikut.
1. Belajar berarti menyediakan kondisi agar memungkinkan peserta didik
membangun sendiri pengetahuannya. 2.
Kegiatan belajar dikemas menjadi proses mengkonstruksi pengetahuan, bukan menerima pengetahuan sehingga belajar dimulai dari apa yang diketahui
peserta didik. Peserta didik menemukan ide dan pengetahuan konsep, prinsip baru, menerapkan ide-ide, kemudian peserta didik mencari strategi belajar
yang efektif agar mencapai kompetensi dan memberikan kepuasan atas penemuan discovery.
25
W.S. Winkel, op.cit., hlm. 59.
26
M. Hosnan, Pendekatan Saintifik Dan Konstektual Dalam Pembelajaran Abad XII: Kunci Sukses Implementasi Kurikulum 2013,
Ghalia Indonesia, Bogor, 2014, hlm. 270.
3. Belajar adalah proses aktif mengonstruksi pengetahuan dari abstraksi
pengalaman alami maupun manusiawi, yang dilakukan secara pribadi dan sosial untuk mencari makna dengan memproses informasi sehingga dirasakan
masuk akal sesuai dengan kerangka berfikir yang dimiliki.
Kemudian Kukla memberikan pandangan konstruktivismenya dengan menyatakan
“all our concept are constructed”. Hal tersebut dapat diartikan bahwa semua konsep yang didapat oleh setiap organisme merupakan suatu hasil
dari proses konstruksi.
27
Richarson menyatakan bahwa constructivism as the position that “individual create their own understanding, based upon the interaction of what
the already know and believe, dan the phenomena or ideas which they come in concept” menurutnya konstruktivisme merupakan sebuah keadaan di mana
individu menciptakan pemahaman mereka sendiri berdasarkan pada apa yang mereka ketahui dan percayai, serta ide dan fenomena di mana mereka
berhubungan
28
. Maka di sini peserta didik bisa mengambangkan potensi yang ada dalam diri mereka khususnya dalam proses pembelajaran.
Maka dapat disimpulkan pembelajaran konstruktivisme merupakan suatu pendekatan dalam proses pembelajaran yang menuntut agar individu bisa
menemukan dan membuat konsepnya sendiri yang muncul dari pendangan dan gamabaran individu itu sendiri serta berdasarkan inisiatif individu.
27
Sigit Mangun Wardoyo, Pembelajaran Konstruktivisme, Alfabeta, Bandung, 2013, hlm. 22.
28
Ibid, hlm. 23.
7. Konstruktivisme dalam Pembelajaran Sejarah