Hubungan CMS CMDB Configuration Management Value

menyederhanakan pengelolaan dan koordinasi sumber daya dari perspektif bisnis secara mendasar.

2.10.7 Pendekatan

The Right Approach Dalam paper karya Klaus Dettmer dan Andy Watson 2006, yang berjudul “CMDB in 5 Step, A Project Guidline for Implementing a Configuration Management Database ” disebutkan ada beberapa tahap dalam mengembangkan suatu manajemen data konfigurasi, salah satnnya adalah pendekatan dalam pengembangannya yaitu dengan “Bottom-up” or “Top-down” approach. “Bottom-up” or “Top-down” merupakan prosedur terbaik yang sangat kuat bergantung pada ukuran dari sebuah organisasi, dan secara keseluruhan setiap objek. Melalui pendekatan Bottom-up satu yang harus diperhatikan sangat hati-hati jangan sampai kehilangan dari tanda tujuan utamanya. biasanya beberapa konfigurasi manajemen database sudah tersedia pada file MS.Excel, MS Access database, dan lainnya. Tantangannya untuk menyukseskan diperlukan konsolidasi administrasi pada setiap konfigurasi data tentang objek apa saja yang menghasilkan cukup untuk detail dari setiap user, tanpa adanya manajemen konfigurasi data akan menjadi terlalu luas atau menjadi alat yang sulit dipakai. IET Solution merekomendasikan pendekatan “Top-down”. Bukan merekam setiap item konfigurasi dengan semua konfiguraasi, namun fokus pada unsur-unsur yang memiliki dampak besar pada suatu pengiriman layanan IT. Memeriksa tujuan organisasi, apa manfaat yang diharapkan, layanan apa yang ingin ditingkatkan. Pendekatan yang digunakan dalam membangun konfigurasi manajemen database menggunakan pendekatan “top-down approach”, dimana dalam pendekatan ini ditentukan terlebih dahulu aspek-aspek apa saja yang akan diambil dalam membangun konfigurasi manajemen tersebut, misalnya adalah : menentukan item konfigurasi yang akan dicatat, menentukan atribut atau informasi apa saja yang akan disimpan, menentukan service pelayanan apa saja yang digunakan dalam sistem konfigurasi manajemen database ini. Watson, 2006, p. 9

2.11 Pengujian Sistem Testing

2.11.1 Pengujian Unit

Pengujian unit fokus pada usaha verifikasi pada unit yang terkecil pada desain perangkat lunak komponen atau modul perangkat lunak. Setiap unit perangkat lunak diuji agar dapat diperiksa apakah aliran masukan input dan keluaran output dari unit sudah sesuai dengan yang dinginkan. Pengujian unit biasanya dilakukan pada saat kode program dibuat, karena dalam sebuah perangkat lunak banyak memiliki unit-unit kecil maka untuk menguji unit-unit kecil ini biasanya dibuat program kecil main program untuk menguji unit-unit perangkat lunak. Shalahudin, 2011, p. 215

2.11.2 Pengujian Integrasi

Pengujian intergrasi adalah sebuah teknis yang sistematik untuk mengkonstruksi struktur program seiring dengan menggabungkan fungsi program dengan antarmukanya. Pengujian terintergasi ini bertujuan untuk mempergunakan komponen unit program yang sudah diuji dan membangun struktur seperti yang telah didesain sebelumnya. Tipe pengujian integrasi ini ada beberapa jenis yaitu pengujian top-down integration, bottom-up integration, regression integration, dan pengujian smoke integration. Pengujian integrasi memiliki beberapa tipe strategi pengujian seperti ;  pengujian dari atas ke bawah top-down integration  pengujian integrasi dari bawah ke atas bottom-up integration  pengujian integrasi regresi  pengujian integrasi “asap” smoke integrastion  dan pengujian integrasi “roti isi” sandwich integration atau kombinasi lebih dari satu strategi pengujian integrasi. Shalahudin, 2011, p. 216

2.11.3 White Box Testing

Pengujian dengan menggunakan white box testing yaitu menguji perangkat lunak dari segi desain dank ode program apakah mampu menghaasilkan fungis-fungsi, masukan, dan keluaran yang sesuai dengan spesifikasi kebutuhan. Pengujian kotak putih dilakukan dengan memeriksa