Penerapan strategi pembelajaran problem based learning untuk meningkatkan motivasi belajar siswa , sikap kritis dan prestasi belajar siswa kelas XI Akuntansi SMK Sanjaya Pakem

(1)

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN PROBLEM

BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI

BELAJAR SISWA, SIKAP KRITIS DAN PRESTASI BELAJAR

SISWA

KELAS XI AK SMK SANJAYA PAKEM

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi

Disusun Oleh : Birgitta Orlies Irdianti

121334037

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2017


(2)

i

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN PROBLEM

BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI

BELAJAR SISWA, SIKAP KRITIS DAN PRESTASI BELAJAR

SISWA

KELAS XI AK SMK SANJAYA PAKEM

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi

Disusun Oleh : Birgitta Orlies Irdianti

121334037

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2017


(3)

(4)

(5)

iv

Motto dan

Persembahan

 Sesali masa lalu karena ada kekecewaan dan kesalahan –

kesalahan, tetapi jadikan penyesalan itu sebagai senjata untuk masa depan agar tidak terjadi kesalahan lagi.

 Orang – orang yang berhenti belajar akan menjadi pemilik masa

lalu. Dan orang – orang yang masih terus belajar, akan menjadi pemilik masa depan. (Mario Teguh)

Skripsi ini akan kupersembahkan kepada Allah Bapa, Putra dan Roh Kudus Bapakku dan Ibuku yang tercinta Yohanes Suroso dan Lucia Sarjuni

Kakakku yang tersayang Paulina Ervin Indiarti Kakak iparku yang tersayang Johanes Tri Hartanto Keponakan tersayang Flaviano Sastra Jovino

Almamaterku Dan semua orang yang ku cintai


(6)

v


(7)

vi


(8)

vii

ABSTRAK

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA,

SIKAP KRITIS SISWA DAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS XI AKUNTANSI SMK SANJAYA PAKEM

Birgitta Orlies Irdianti Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2017

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa, sikap kritis siswa dan prestasi belajar siswa setelah penerapan strategi pembelajaran

Problem Based Learning (PBL) pada mata pelajaran pajak materi perhitungan PPh 21 wajib pajak orang pribadi.

Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Subjek penelitian adalah siswa kelas XI Akuntansi SMK Sanjaya Pakem. Pelaksanaan tindakan kelas ini dilaksanakan dalam dua siklus yang dalam tiap siklusnya meliputi empat tahap, yaitu: perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah analisis deskriptif dan analisis komparatif.

Hasil peneitian menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran PBL ini dapat meningkatkan: (1) motivasi belajar siswa dalam pembelajaran materi perhitungan PPh 21 wajib pajak orang pribadi (rata-rata motivasi belajar siswa pada awal penelitian = 82,3, siklus I = 82,6, siklus II = 84,4); (2) sikap kritis siswa dalam pembelajaran materi perhitungan PPh 21 wajib pajak orang pribadi (rata-rata sikap kritis siswa pada: awal penelitian = 39,6, siklus I = 39,9, siklus II = 40,1); (3) prestasi siswa dalam pembelajaran materi perhitungan PPh 21 wajib pajak orang pribadi (rata-rata prestasi belajar siswa pada siklus I = 83,8, siklus II = 87,9)


(9)

viii

ABSTRACT

THE APPLICATION OF PROBLEM BASED LEARNING STRATEGY TO

INCREASE STUDENT’S LEARNING MOTIVATION, CRITICAL

ATTITUDE AND LEARNING ACHIEVEMENT OF THE ELEVENTH STUDENTS IN ACCOUNTING STUDY PROGRAM IN SANJAYA

PAKEM VOCATIONAL HIGH SCHOOL

Birgitta Orlies Irdianti Sanata Dharma University

Yogyakarta 2017

The objective of this research is to increase student’s learning motivation, critical attitude and achievement by applying Problem Based Learning strategy on the subject of calculating 21 personal income tax.

The research belongs to class action research. The subjects of the research were the eleventh grade students of the Accounting Study Program in Sanjaya Vocational High School Pakem Sleman Yogyakarta. It was done in two cycles in which each cycle had four stages: planning, action, observing, reflecting. The data collection techniques were descriptive analysis and comparative analysis.

The result shows that the PBL strategy can increase: 1) students’ learning motivation on the subject of calculating 21 personal income tax. Student’s learning motivation average at the beginning of the research is 82.3, while in the first cycle is 82.6 and the second cycle is 84.4. 2) Students’ critical attitude at the beginning of the research is 39.6%, while in the first cycle is 39.9 and the second cycle 40.1. 3) Students’ achievement in the first cycle is 83.8 while in the second cycle is 87.9.


(10)

ix

KATA PENGANTAR

Segala puji, hormat serta syukur penulis persembahkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala berkat, rahmat, dan kasih-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Penulis menyusun skripsi dengan judul :

“Penerapan Strategi Pembelajaran Problem Based Learning untuk

Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa, Sikap Kritis Siswa, dan Prestasi

Belajar Siswa”. Penelitian Tindakan Kelas pada siswa kelas XI Akuntansi SMK

Sanjaya Pakem.

Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penulisan skripsi ini juga tidak lepas dari adanya bantuan dari berbagai pihak yang dengan tulus hati dan ikhlas telah mengorbankan pikiran dan waktunya untuk membimbing penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Untuk itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Rohandi, Ph. D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

2. Bapak Ignatius Bondan Suratno, S.Pd., M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial dan Ketua Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi.


(11)

x

3. Ibu Rita Eny Purwanti, S.Pd., M. Si. Selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan, koreksi, dan saran dalam penulisan skripsi ini.

4. Bapak dan Ibu Dosen Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan selama penulis menempuh kuliah.

5. Mbak Aris yang telah memberikan bantuan kepada penulis.

6. Bapak Setiyo Budi Kriswanto selaku Kepala SMK Sanjaya Pakem yang telah memberikan ijin dan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian 7. Ibu Marsia Peniati, S.Pd selaku Guru Pembimbing yang diminta oleh sekolah

untuk mendampingi penulis selama melaksanakan penelitian

8. Para siswa-siswi kelas XI Akuntansi SMK Sanjaya Pakem yang telah bersedia menjadi subjek penelitian ini.

9. Kedua Orang Tuaku, Bapak Yohanes Suroso dan Ibu Lucia Sarjuni yang telah memberikan doa, dukungan yang luar biasa untuk penulis dalam penyusunan skripsi, dan memberikan kasih sayangnya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

10.Kakak Kandungku Paulina Ervin Indiarti dan Kakak Iparku Johanes Tri Hartanto yang selalu mendukung penulis dalam penyusunan skripsi, yang selalu memberikan doa dan memberikan kasih sayangnya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi.


(12)

xi

11.Keponakanku tersayang Flaviano Sastra Jovino yang selalu membuat semangat penulis dalam menyelesaikan skripsi.

12.Makasih buat teman-teman sepayungan yang telah dengan senang hati selama ini bahu membahu dan bertukar pikiran dalam menyelesaikan skripsi ini : Marsella Astuti Inatutok dan Anjelina Dita.

13. Para sahabat – sahabatku : Marsella Astuti, Vinna Pratiwi, Marselinus tri, Tiodoris Sidauruk, Cahyaning Apsari, Restituta Endra Svera, Felicitas Noi, Felisitas Purnaningsih, Arko Janser Sitinjak, Agus Brolin Nadeak, Marcelino Riyadi, Mbak Hilda, dan Agung, terima kasih untuk perhatian, bantuan dan kasih sayang kalian yang sangat berarti sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Semoga persahabatan kita akan selalu terjalin.

14.Teman – teman seperjuangan PAK 2012 yang selalu mendengarkan keluh kesah dan selalu memberikan hiburan disaat mengalami banyak kepenatan dalam kuliah dan menggarap skripsi.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis senantiasa menerima kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini.

Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat berguna bagi semua pihak yang berkepentingan. Terima kasih.

Penulis


(13)

xii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTO DAN PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR DIAGRAM ... xvii

DAFTAR GAMBAR ... xviii

DAFTAR LAMPIRAN ... xix

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Batasan Masalah... 6

C. Rumusan Masalah ... 7

D. Tujuan Penelitian ... 7


(14)

xiii

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 10

A. Pengertian PTK ... 10

B. Pengertian Problem Based Learning ... 21

C. Pengertian Motivasi ... 31

D. Pengertian Sikap Kritis ... 36

E. Pengertian Prestasi ... 38

F. Hasil Penelitian yang Relevan ... 41

G. Kerangka Berfikir ... 43

H. Hipotesis Tindakan ... 44

BAB III. MEODOLOGI PENELITIAN ... 45

A. Jenis Penelitian ... 45

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 45

C. Subyek dan Obyek Penelitian ... 46

D. Prosedur Penelitian ... 46

E. Operasionalisasi Variabel ... 52

F. Teknik Pengumpulan Data ... 57

G. Instrument Penelitian ... 58

H. Skala Pengukuran Instrumen Penelitian... 66

I. Teknik Pengujian Instrumen ... 66

J. Teknik Analisis Data ... 74

BAB IV. GAMBARAN UMUM SEKOLAH ... 77

A. Sejarah SMK Sanjaya Pakem... 77

B. Tujuan, Visi, dan Misi SMK Sanjaya Pakem ... 79

C. Siswa SMK Sanjaya Pakem ... 80

D. Kondisi Fisik dan Lingkungan SMK Sanjaya Pakem ... 81

E. Organisasi Sekolah Satuan Pendidikan SMK Sanjaya Pakem . 83


(15)

xiv

BAB V. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ... 85

A. Deskripsi Data Penelitian ... 85

B. Analisis Komparansi Motivasi Belajar, Sikap Kritis dan Prestasi Belajar Siswa Pada Siklus 1 dan Siklus 2 dalam Penerapan Metode PBL ... 133

C. Pembahasan ... 138

BAB VI. KESIMPULAN, KETERBATASAN, SARAN ... 141

A. Kesimpulan ... 141

B. Keterbatasan Penelitian ... 142

C. Saran ... 143

DAFTAR PUSTAKA ... 145


(16)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Perbedaan PBL dengan Metode Lain ... 24

Tabel 3.1 Kisi – kisi Motivasi Belajar... 53

Tabel 3.2 Skala Likert ... 55

Tabel 3.3 Kisi – kisi Variabel Sikap Kritis ... 56

Tabel 3.4 Hasil Uji Validitas Motivasi Belajar (1) ... 68

Tabel 3.5 Hasil Uji Validitas Motivasi Belajar (2) ... 69

Tabel 3.6 Hasil Uji Validitas Motivasi Belajar (3) ... 70

Tabel 3.7 Hasil Uji Validitas Sikap Kritis Siswa (1) ... 71

Tabel 3.8 Hasil Uji Validitas Sikap Kritis Siswa (2) ... 71

Tabel 3.9 Tabel Interpretasi ... 73

Tabel 3.10 Hasil Pengukuran Uji Reabilitas ... 73

Tabel 3.11 Kategorisasi PAP tipe II ... 75

Tabel 3.12 Tabel Komparasi ... 75

Tabel 3.13 Rangkuman Distribusi Frekuensi ... 75

Tabel 3.14 Analisis Peningkatan Prestasi Siswa ... 76

Tabel 4.1 Jumlah Siswa SMK Sanjaya Pakem ... 81

Tabel 5.1 Hasil Observasi Kegiatan Guru Sebelum Penerapan Strategi pembelajaran PBL ... 87

Tabel 5.2 Observasi Kegiatan Siswa Sebelum Penerapan Strategi Pembelajaran PBL ... 91

Tabel 5.3 Observasi Kondisi Fisik Kelas ... 92

Tabel 5.4 Hasil Perhitungan Klasifikasi Motivasi Berdasarkan PAP II ... 94

Tabel 5.5 Hasil Perhitungan Klasifikasi Sikap Kritis Berdasarkan PAP tipe II ... 95

Tabel 5.6 Hasil Evaluasi Belajar Siswa Sebelum Penerapan PBL Pra Penelitian ... 96


(17)

xvi

Tabel 5.8 Refleksi Siswa Pada Pembelajaran Saintifik Strategi

Pembelajaran Siklus I ... 105

Tabel 5.9 Hasil Klasifikasi Motivasi Belajar Berdasarkan PAP tipe II Siklus I ... 106

Tabel 5.10 Hasil Perhitungan Sikap Kritis Berdasarkan PAP tipe II Siklus I ... 107

Tabel 5.11 Hasil Evaluasi Belajar Siswa Saat Penerapan PBL Siklus I ... 108

Tabel 5.12 Distribusi Frekuensi Penilaian Prestasi Siswa Siklus I ... 109

Tabel 5.13 Hasil Penilaian Problem Siklus I... 111

Tabel 5.14 Distribusi Frekuensi Penilaian Problem Siswa Siklus I ... 112

Tabel 5.15 Hasil Observasi Kegiatan Guru Saat Penerapan Strategi Pembelajaran PBL ... 119

Tabel 5.16 Hasil Observasi Kegiatan Siswa Saat Penerapan Strategi Pembelajaran Problem Based Learning ... 122

Tabel 5.17 Hasil Perhitungan Klasifikasi Motivasi Belajar Berdasarkan PAP tipe II Siklus 2 ... 124

Tabel 5.18 Hasil Perhitungan Klasifikasi Sikap Kritis Berdasarkan AP tipe II Siklus 2 ... 126

Tabel 5.19 Hasil Evaluasi Belajar Siswa Saat Penerapan PBL Siklus II ... 127

Tabel 5.20 Distribusi Frekuensi Penilaian Prestasi Siswa Siklus II ... 128

Tabel 5.21 Hasil Penilaian Problem Siklus I... 129

Tabel 5.22 Distribusi Frekuensi Penilaian Problem Siswa Siklus I ... 130

Tabel 5.23 Refleksi Siswa Pada Pembelajaran Saintifik Model PBL Siklus 2 ... 131

Tabel 5.24 Tabel Komparatif Motivasi Belajar Siswa ... 133

Tabel 5.25 Rangkuman Distribusi Frekuensi Motivasi Belajar Siswa ... 134

Tabel 5.26 Tabel Komparasi Sikap Kritis ... 135

Tabel 5.27 Rangkuman Distribusi Frekuensi Sikap Kritis Siswa ... 136


(18)

xvii

DAFTAR DIAGRAM

Diagram 5.1 Persentase Motivasi Belajar Siswa Pra Penelitian... 95

Diagram 5.2 Persentase Sikap Kritis Siswa Pra Penelitian ... 96

Diagram 5.3 Persentase Prestasi Belajar Siswa Pra Penelitian ... 98

Diagram 5.4 Persentase Motivasi Belajar Siswa Siklus I... 107

Diagram 5.5 Persentase Sikap Kritis Siswa Siklus I ... 108

Diagram 5.6 Persentase Prestasi Belajar Siswa Siklus I ... 110

Diagram 5.7 Persentase Penilaian Proyek Siklus I ... 112

Diagram 5.8 Presentase Motivasi Belajar Siswa Siklus II ... 125

Diagram 5.9 Persentase Sikap Kritis Siswa Siklus II ... 126

Diagram 5.10 Persentase Prestasi Belajar Siswa Siklus II ... 129


(19)

xviii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Model Siklus Penelitian Tindakan Kelas (PTK)


(20)

xix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Instrumen Observasi Aktivitas Guru di Kelas ... 148

Lampiran 2 Instrumen Observasi Aktivitas Peserta Didik di Kelas ... 151

Lampiran 3 Instrumen Observasi Keadaan Kelas ... 152

Lampiran 4 Kuesioner Motivasi Belajar... 153

Lampiran 5 Kuesioner Sikap Kritis ... 156

Lampiran 6 Daftar Pertanyaan Wawancara Guru ... 159

Lampiran 7 Lembar Refleksi ... 160

Lampiran 8 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus I ... 162

Lampiran 9 Skenario Pembelajaran Siklus I ... 176

Lampiran 10 Buku Siswa Siklus I ... 179

Lampiran 11 Lembar Kerja Siswa Siklus I... 185

Lampiran 12 Soal Evaluasi Siswa Siklus I ... 187

Lampiran 13 Kunci Jawaban Lembar Kerja Siswa Siklus I ... 188

Lampiran 14 Kunci Jawaban Soal Evaluasi Siswa Siklus I ... 192

Lampiran 15 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus II ... 193

Lampiran 16 Skenario Pembelajaran Siklus II ... 207

Lampiran 17 Buku Siswa Siklus II ... 210

Lampiran 18 Lembar Kerja Siswa Siklus II ... 216

Lampiran 19 Soal Evaluasi Siswa Siklus II ... 218

Lampiran 20 Kunci Jawaban Lembar Kerja Siswa Siklus II ... 219

Lampiran 21 Kunci Jawaban Soal Evaluasi Siklus II ... 223

Lampiran 22 Nilai Ulangan Pra Penelitian ... 224

Lampiran 23 Hasil Observasi Aktivitas Guru di Kelas Pra Penelitian ... 225

Lampiran 24 Hasil Observasi Aktivitas Peserta Didik di Kelas Pra Penelitian ... 229

Lampiran 25 Hasil Observasi Keadaan Kelas Pra Penelitian ... 231

Lampiran 26 Hasil Analisis Butir Kuesioner Motivasi Belajar Pra Penelitian ... 232


(21)

xx

Lampiran 27 Hasil Analisis Butir Kuesioner Sikap Kritis Belajar Pra

Penelitian ... 233

Lampiran 28 Hasil Observasi Aktivitas Guru di Kelas Siklus I ... 234

Lampiran 29 Hasil Observasi Aktivitas Peserta Didik di Kelas Siklus I ... 238

Lampiran 30 Hasil Observasi Keadaan Kelas Siklus I ... 240

Lampiran 31 Hasil Analisis Butir Kuesioner Motivasi Belajar Siklus I ... 241

Lampiran 32 Hasil Analisis Butir Kuesioner Sikap Kritis Siklus I ... 242

Lampiran 33 Hasil Lembar Refleksi Siswa Siklus I ... 243

Lampiran 34 Nilai Ulangan Siklus I ... 245

Lampiran 35 Lembar Jawab Ulangan Siklus I ... 246

Lampiran 36 Hasil Observasi Aktivitas Guru di Kelas Siklus II ... 247

Lampiran 37 Hasil Observasi Aktivitas Peserta Didik di Kelas Siklus II ... 251

Lampiran 38 Hasil Observasi Keadaan Kelas Siklus II... 253

Lampiran 39 Hasil Analisis Butir Kuesioner Motivasi Belajar Siklus II ... 254

Lampiran 40 Hasil Analisis Butir Kuesioner Sikap Kritis Siklus II ... 255

Lampiran 41 Hasil Lembar Refleksi Siswa Siklus II ... 256

Lampiran 42 Nilai Ulangan Siklus II... 258

Lampiran 43 Lembar Jawab Ulangan Siklus II ... 259

Lampiran 44 Hasil Wawancara Guru Setelah Penerapan Strategi Pembelajaran Problem Based Learning ... 260

Lampiran 45 Hasil Output Uji Validitas ... 262

Lampiran 46 Hasil Output Uji Reabilitas ... 265

Lampiran 47 Perhitungan Distribusi Frekuensi Motivasi Belajar, Sikap Kritis, dan Prestasi Belajar Siswa dengan PAP tipe II ... 266

Lampiran 48 Tabel Korelasi r Pearson ... 267

Lampiran 49 Hasil Kuesioner Motivasi dan Sikap Kritis Pra Penelitian ... 270

Lampiran 50 Hasil kuesioner Motivasi dan Sikap Kritis Siklus I ... 275

Lampiran 51 Hasil Kuesioner Motivasi dan Sikap Kritis Siklus II ... 280

Lampiran 52 Surat Keterangan Permohonan Ijin Penelitian ... 285

Lampiran 53 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian ... 286


(22)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan sarana terpenting untuk mewujudkan kemajuan bangsa dan Negara. Hal ini karena pendidikan merupakan proses budaya yang bertujuan untuk meningkatkan harkat dan martabat manusia. Dengan pendidikan bermutu, akan tercipta sumber daya manusia yang berkualitas. Pendidikan itu sendiri berlaku seumur hidup dan dilakukan dalam lingkungan, keluarga, pendidikan formal (sekolah) dan masyarakat. Untuk itu, pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat, dan Negara.

Menurut Undang-undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional pasal 1 menyebutkan bahwa :

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.

Artinya proses pendidikan di sekolah merupakan proses yang terencana dan mempunyai tujuan sehingga segala sesuatu yang dilakukan oleh guru dan siswa diarahkan untuk mewujudkan suasana belajar yang kondusif serta proses belajar yang menyenangkan. Dengan demikian, dalam pendidikan antara proses dan hasil belajar harus berjalan secara simbang.


(23)

Suasana belajar dan pembelajaran itu diarahkan agar peserta didik dapat mengembangkan potensi dirinya, sehingga pendidikan itu harus berorientasi pada siswa (student active learning) dan peserta didik harus dipandang sebagai seorang yang sedang berkembang dan memiliki potensi. Sedangkan tugas pendidik adalah mengembangkan poteni yang dimiliki anak.

Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen bab 1 pasal 1 poin (a) “Guru adalah pendidik professional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah”.

Artinya, proses pendidikan berujung kepada pembentukan sikap, pengembangan kecerdasan atau intelektual, serta pengembangan keterampilan anak sesuai dengan kompetensi yang dibutuhkan. Guru merupakan pendorong belajar siswa yang mempunyai peranan besar dalam menumbuhkan semangat para murid untuk belajar. Dengan menggunakan model pembelajaran yang menarik maka siswa akan lebih mudah memahami pelajaran dan mengembangkan ilmu pengetahuannya.

Salah satu persoalan besar yang dihadapi bangsa Indonesia saat ini adalah rendahnya kualitas pendidikan nasional. Rendahnya kualitas pendidikan tersebut disebabkan oleh banyak faktor, antara lain keterbatasan dana, ketersediaan sarana dan prasarana dalam aktivitas pembelajaran, dan pengelolaan proses pembelajaran. Kondisi tersebut diperburuk dengan


(24)

minimnya sosialisasi kurikulum sebelum kurikulum baru dijalankan. Problematika pendidikan itulah yang menjadi tanggung jawab dan membutuhkan keseriusan lebih untuk mencari solusinya.

Sejalan dengan itu perlu dikembangkan iklim belajar mengajar yang menumbuhkan rasa percaya diri, sikap dan perilaku yang inovatif serta kreatif. Dengan demikian pendidikan nasional akan mampu mewujudkan manusia pembangunan yang dapat membangun dirinya sendiri serta bersama-sama bertanggung jawab atas pembangunan bangsa. Dalam rangka mengembangkan iklim belajar mengajar seperti menumbuhkan rasa percaya diri, sikap dan perilaku yang inovatif dan kreatif, sangat diperlukan adanya keterkaitan antara komponen-komponen pendidikan. Komponen-komponen pendidikan yang meliputi guru, siswa, kurikulum, alat (media pembelajaran) dan sumber belajar, materi, metode maupun alat evalusai saling bekerjasama untuk mewujudkan proses belajar yang kondusif. Oleh karena itu komponen-komponen dalam pendidikan tersebut tidak bisa dipisahkan karena memiliki keterkaitan yang penting, sehingga akan membentuk suatu sistem yang berkesinambungan dalam mencapai tujuan pendidikan.

Pembelajaran yang menyenangkan memang menjadi langkah awal untuk mencapai hasil belajar yang berkualitas. Dalam skripsi faristin mengatakan bahwa Nurhadi,dkk dalam skripsi Amroni yang berjudul Efektifitas pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran berbasis masalah (PBM) pada prestasi mata pelajaran ekonomi akuntansi siswa kelas XI SMA Nurul Islami Semarang halaman 3 menyatakan ”belajar akan lebih bermakna


(25)

apabila siswa atau anak didik mengalami sendiri apa yang dipelajarinya”. Akan tetapi, pelaksanaan pembelajaran di sekolah seringkali membuat masyarakat kecewa. Kondisi ini dikaitkan dengan pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran. Sebagian besar siswa memiliki kemampuan dalam menyajikan materi melalui bahan hafalan semata, akan tetapi memahami dan mengerti secara dalam mengenai pengetahuan. Kondisi ini ditandai dengan siswa belum mampu menghubungkan materi pembelajaran di sekolah dengan pengetahuan yang diperoleh dari lingkungan dan belum mampu mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari.

Dalam pembelajaran, motivasi sangat diperlukan. Dalam kegiatan belajar, motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai (Sardiman, 2010:75). Motivasi akan senantiasa menentukan intensitas usaha belajar bagi para siswa. Adanya motivasi yang baik dalam belajar akan menunjukkan hasil yang baik. Dengan usaha yang tekun dan terutama didasari adanya motivasi, maka seseorang yang belajar itu akan melahirkan prestasi yang baik. Intensitas motivasi seseorang siswa akan sangat menentukan tingkat pencapaian prestasi belajarnya (Sardiman, 2010:75).

Dalam proses belajar mengajar guru sebagai sumber daya memiliki peranan yang penting karena merupakan salah satu unsur penentu


(26)

keberhasilan siswa. Proses belajar dan hasil belajar para siswa bukan saja ditentukan oleh sekolah, pola, struktur dan isi kurikulumnya akan tetapi ditentukan atau bahkan sebagian besar ditentukan oleh kompetensi guru yang mengajar dan membimbing mereka (Hamalik, 2002:36).

Menurut Yunus Abidin (2014: 122), model pembelajaran proses saintifik merupakan model yang menuntut siswa beraktivitas sebagaimana seorang ahli sains. Proses belajar secara saintifik mencakup beberapa aktivitas, diantaranya mengidentifikasi atau menemukan masalah, merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan, dan mengkomunikasikan konsep yang ditemukan.

Salah satu proses belajar saintifik yang dapat diterapkan di kelas adalah penerapan strategi pembelajaran Problem Based Learning (PBL).

Problem Based Learning adalah proses pembelajaran yang dirancang dengan masalah-masalah yang menuntut siswa mendapat pengetahuan penting, membuat mereka mahir dalam memecahkan masalah, memiliki strategi belajar sendiri, serta kecakapan berpartisipasi dalam tim. Pernyataan ini pernah ada dalam penelitian yang telah dilakukan oleh Elfrida Gita (2014) yang menyatakan bahwa penerapan Problem Based Learning (PBL) dapat meningkatkan motivasi belajar siswa dalam mata pelajaran ekonomi.

Pelaksanaan proses saintifik bertujuan agar dapat menumbuhkan keterampilan sikap kritis siswa selama proses interaksi antara guru dengan siswa maupun siswa dengan siswa, sehingga siswa menghasilkan


(27)

pertimbangan, keputusan yang tepat, dan menjawab secara lebih lengkap. Sependapat dengan penelitian jurnal yang telah dilakukan oleh Sri Wahyuni (Program Studi Kimia PMIPA FKIP-UT) tentang mengembangkan keterampilan berpikir kritis siswa pada mata pelajaran IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) dengan penerapan strategi pembelajaran Problem Based Learning menerangkan bahwa keterampilan ini berkaitan dengan kemampuan mengidentifikasi, menganalisis, memecahkan masalah secara kreatif, dan berpikir logis sehingga menumbuhkan sikap kritis dalam diri siswa terutama dalam mata pelajaran Kimia (IPA).

Proses pembelajaran dengan mengunakan strategi pembelajaran

Problem Based Learning dapat meningkatkan pola berpikir siswa untuk lebih kritis dalam memecahkan materi pelajaran yang sudah disediakan. Dengan berpikir kritis akan berpikir lebih mendalam tentang materi-materi yang diajarkan dan motivasi siswa bertambah sehingga diharapkan prestasi belajar siswa juga akan meningkat dengan model ini. Oleh karena itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul : “Penerapan Strategi Pembelajaran Problem Based Learning untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa, Sikap Kritis dan Prestasi Belajar Siswa Kelas XI

Akuntansi SMK Sanjaya Pakem”.

B. Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah disebutkan terdapat beberapa permasalahan yang dihadapi siswa. Dalam penelitian ini, penuis akan menganalisis batasan masalah diantaranya adalah:


(28)

1. Melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

2. Penerapan strategi pembelajaran Problem Based Learning untuk meningkatkan motivasi belajar siswa.

3. Penerapan strategi pembelajaran Problem Based Learning untuk meningkatkan sikap kritis siswa.

4. Penerapan strategi pembelajaran Problem Based Learning untuk meningkatkan prestasi belajar siswa.

5. Materi perpajakan yaitu tentang menghitung PPh 21 Perseorangan

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalah diantaranya sebagai berikut :

1. Apakah dengan menggunakan strategi pembelajaran Problem Based Learning dapat meningkatkan motivasi belajar siswa ?

2. Apakah dengan menggunakan strategi pembelajaran Problem Based Learning dapat meningkatkan sikap kritis siswa ?

3. Apakah dengan menggunakan strategi pembelajaran Problem Based Learning dapat meningkatkan prestasi belajar siswa ?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian adalah :

1. Untuk meningkatkan motivasi belajar siswa kelas XI AK melalui strategi pembelajaran Problem Based Learning.


(29)

2. Untuk meningkatkan sikap kritis siswa kelas XI AK melalui strategi pembelajaran Problem Based Learning.

3. Untuk meningkatkan prestasi belajar siswa kelas XI AK melalui strategi pembelajaran Problem Based Learning.

E. Manfaat Penelitian

Adapun tujuan yang telah dipaparkan sebelumnya, penelitian ini diharapkan dapat memberikan suatu manfaat, yaitu :

1. Bagi siswa

Penelitian ini diharapkan mampu menciptakan suasana belajar yang menyenangkan, sehingga dapat meningkatkan motivasi pembelajaran dan sikap kritis dengan menggunakan strategi pembelajaran problem based learning.

2. Bagi guru

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada guru supaya dapat meningkatkan kegiatan mengajarnya. Dengan guru yang dapat mengajar dikelas menggunakan strategi pembelajaran problem based learning maka akan meningkatkan motivasi belajar sehingga akan mempengaruhi prestasi belajar siswa.

3. Sekolah

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan masukan bagi sekolah sebagai pedoman untuk mengambil kebijakan di sekolah.


(30)

4. Penulis

Hasil penelitian ini menambah wawasan dan pengetahuan tentang penggunaan strategi pembelajaran problem based learning untuk meningkatkan motivasi belajar siswa dan prestasi belajar siswa.


(31)

10

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Penelitian Tindakan Kelas

1. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas

Mulyasa (2010: 10) menjelaskan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dapat diartikan sebagai penelitian tindakan (action research) yang dilakukan dengan tujuan memperbaiki kualitas proses dan hasil belajar sekelompok peserta didik.

Kusumah & Dwitagama (2010: 9), Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri dengan cara: (1) merencanakan, (2) melaksanakan, (3) merefleksikan tindakan secara kolaboratif dan partisipatif dengan tujuan memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat.

Saur (2014: 15) mengemukakan bahwa penelitian tindakan kelas adalah suatu pemecahan masalah yang memanfaatkan tindakan nyata berupa siklus melalui proses kemampuan mendeteksi dan memecahkan masalah.

Dari beberapa pengertian di atas, disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas adalah bentuk kegiatan yang bersifat refleksi diri yang dilakukan oleh guru dan peserta didik dalam suatu situasi kependidikan untuk memperbaiki pengajaran dalam pendidikan, meliputi: (a) praktik-praktik kependidikan mereka, (b) pemahaman mereka tentang praktik-praktik tersebut, dan (c) situasi dimana praktik-praktik tersebut dilaksanakan.


(32)

2. Karakteristik PTK

Menurut Saur (2014: 20-21), karakteristik PTK adalah:

a. Permasalahan yang dipecahkan berasal dari masalah praktis serta bersifat kontekstual, spesifik, fleksibel, reflektif, siklus, dan terlokalisasi.

b. Tujuan utamanya berfokus pada perbaikan kinerja pendidik melalui perbaikan kualitas pembelajaran, inovasi pembelajaran, perbaikan hasil belajar akademik maupun non akademik.

c. Problem sholving oriented yaitu berorientasi pada pemecahan masalah yang dihadapi guru dalam proses belajar di kelas.

d. Lingkup penelitian bersifat mikro, dilakukan untuk satu kelas, dan tidak mengganggu proses pembelajaran dimana guru menjalankan tugas secara rutin, karena hasilnya bukan untuk digeneralisasikan melainkan memecahkan masalah secara benar.

e. Variabel atau faktor yang dikaji sesuai dengan permasalahan dan cara pemecahan yang tercermin dalam judul penelitian.

f. PTK bersifat fleksibel dan adaptif.

Menurut Kunandar (2008: 58-60), PTK memiliki karakteristik-karakteristik sebagai berikut:

a. Masalah yang diteliti adalah masalah nyata yang muncul dari dunia kerja. Dengan demikian PTK didasarkan pada masalah yang benar-benar dihadapi dalam proses belajar mengajar.


(33)

b. Berorientasi pada pemecahan masalah peningkatan mutu

PTK dilakukan oleh guru sebagai upaya memecahkan masalah yang dihadapi oleh guru dalam Proses Belajar Mengajar (PBM) di kelasnya melalui tindakan sebagai upaya menyempurnakan proses belajar di kelasnya. Bertujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan kualitas pembelajaran dengan asumsi semakin baik kualitas proses pembelajaran maka semakin baik hasil belajar siswa. c. Siklus

Konsep tindakan (action) siklus dalam PTK terdiri dari empat tahapan, yakni perencanaan, tindakan, pengamatan (observasi), dan analisis (refleksi).

d. Partisipatory (collaborative)

PTK dilaksanakan secara kolaboratif dengan pihak lain seperti teman sejawat yang berperan sebagai pengamat. Kolaborasi dalam pelaksanaannya seperti guru dengan teman sejawat, guru dengan kepala sekolah.

Dari beberapa karakteristik yang dikemukakan di atas dapat disimpulkan bahwa karakteristik utama PTK dilakukan di dalam kelas, muncul dari kesadaran guru untuk memperbaiki proses pembelajaran yang dilakukan secara bertahap dan terus-menerus selama PTK dilakukan. PTK merupakan bagian penting dari upaya pengembangan profesionalisme guru karena PTK mampu membelajarkan guru serta siswa dapat berfikir kritis dan sistematis, mampu membelajarkan rasa


(34)

keingintahuan siswa, meningkatkan motivasi siswa, dan mampu mengembangkan karakter siswa menjadi lebih baik.

3. Ciri-ciri khusus PTK (Hermawan, 2015: 14)

Ciri-ciri khusus penelitian tindakan kelas antara lain:

a. PTK dilaksanakan karena adanya kesadaran diri guru sendiri.

Guru tersadar bahwa pembelajaran yang dilakukan mempunyai kekurangan karena hasil belajar lewat tes tidak sesuai dengan harapan.

b. Penelitian dilakukan melalui refleksi diri

Guru tersadar kalau nilai hasil ulangan siswa yang dilakukan dengan tes ternyata tidak mencapai KKM, maka guru melakukan refleksi diri sehingga guru berusaha untuk memperbaiki apa yang diharapkan c. PTK dilakukan di kelasnya sendiri

PTK paling utama terjadi dalam lingkup kelas. Beberapa diantaranya yang terdapat di kelas adalah guru, siswa, media, materi ajar, metode, pengelolaan kelas, dan lainnya yang berkaitan dengan pembelajaran.

d. PTK bertujuan memperbaiki proses pembelajaran dan memperbaiki hasil belajar anak didik agar meningkat optimal.

4. Prinsip PTK (Hermawan, 2015: 16-17)

Prinsip adalah sikap mental yang dipakai sebagai pedoman terhadap suatu hal, agar suatu hal tersebut dapat dijalankan dan tidak


(35)

mengganggu dengan hal lain. PTK memiliki prinsip-prinsip yang harus diperhatikan oleh guru di Sekolah. Prinsip tersebut di antaranya:

a. PTK dilaksanakan tidak menganggu komitmen pembelajaran.

b. PTK terfokus pada masalah nyata yang dihadapi kelas, dan dimulai dari masalah sederhana, menantang dan akurat.

c. PTK memilih strategi, metode dan media yang tepat.

d. PTK mensyaratkan rumusan masalah dan hipotesis meyakinkan. e. Guru membuat jurnal untuk mencatat perubahan.

f. Guru memiliki kemampuan reflektif. g. PTK sesuai dengan langkah-langkah.

5. Rencana Kegiatan PTK (Heris Hendriana, 2014: 41-43)

Penelitian tindakan kelas dilakukan melalui proses yang dinamis (siklus), diantaranya:

a. Penyusunan rencana (Planning)

Perencanaan adalah mengembangkan rencana tindakan yang secara kritis untuk meningkatkan apa yang telah terjadi. Perencanaan disusun pada masalah dan hipotesis tindakan sehingga perubahan yang diharapkan dapat mengidentifikasi hasil proses belajar mengajar sekaligus mengungkap faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan tindakan. Penyusunan rencana siklus I diantaranya: 1) Merencanakan pembelajaran yang akan diterapkan.

2) Menentukan pokok bahasan yang digunakan dalam penelitian. 3) Mengembangkan skenario pembelajaran.


(36)

4) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). 5) Menyiapkan sumber belajar.

6) Mengembangkan format evaluasi dan observasi pembelajaran. b. Pelaksanaan tindakan (acting)

Pelaksanaan tindakan adalah hal yang dilakukan dengan sadar dan terkendali, yang merupakan variasi praktik yang cermat dan bijaksana. Pelaksanaan tindakan yang berlangsung di dalam kelas adalah realisasi dari segala teori pendidikan dan teknik mengajar yang telah dipersiapkan sebelumnya. Pelaksanaan tindakan yang telah direncanakan hendaknya cukup fleksibel untuk mencapai perbaikan dan peningkatan yang diinginkan. Tindakan dapat berupa menerapkan hal yang mengacu pada skenario dan RPP.

c. Pengamatan atau observasi tindakan (Observing)

Observasi berfungsi untuk mendokumentasikan pengaruh terkait tindakan. Observasi dalam PTK berupa pengumpulan data perubahan kinerja Proses Belajar Mengajar (PBM). Kegiatan observasi dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan. Data yang dikumpulkan pada tahap ini berisi tentang pelaksanaan dan tindakan yang telah dibuat, serta dampaknya terhadap proses dan hasil instruksional yang dikumpulkan dengan alat bantu instrumen format observasi dan menilai hasil tindakan format evaluasi yang dikembangkan oleh peneliti.


(37)

d. Refleksi terhadap tindakan (reflecting)

Refleksi adalah mengingat dan merenungkan suatu tindakan seperti yang telah dicatat dalam observasi. Refleksi berusaha memahami proses, masalah, persoalan dan kendala yang nyata dalam tindakan strategis. Dalam suatu refleksi yang tajam dan terpercaya akan didapat suatu masukan yang sangat berharga dan akurat bagi penentu langkah tindakan selanjutnya. Kegiatan yang dilakukan dalam refleksi diantaranya sebagai berikut:

1) Melakukan evaluasi tindakan yang telah dilakukan yang meliputi evaluasi mutu, jumlah dan waktu dari setiap kegiatan tindakan. 2) Merenungkan kembali mengenai kekuatan dan kelemahan dari

tindakan yang direncanakan.

3) Memperkirakan implikasi dari tindakan yang direncanakan. 4) Menjawab penyebab kondisi yang terjadi selama pelaksanaan. 5) Melakukan pertemuan untuk membahas hasil evaluasi tentang

skenario, Lembar Kerja Siswa (LKS), dan sebagainya.

6) Memperbaiki pelaksanaan tindakan sesuai hasil evaluasi, untuk digunakan pada siklus berikutnya.

Secara keseluruhan keempat tahapan dalam PTK ini membentuk suatu siklus. Siklus ini kemudian diikuti oleh siklus-siklus lain secara berkesinambungan seperti bentuk sebuah spiral. Model siklus ini dikembangkan oleh Direktorat Ketenagaan Ditjen Dikti Depdiknas yang diberi nama model gabungan Sanford dan


(38)

Kemmis. Untuk mempermudah siklus yang dimaksud dalam penelitian ini, akan digambarkan siklus PTK sebagai berikut:

Gambar 2.1

Model Siklus Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Gabungan Sanford dan Kemmis

Sumber: Modifikasi Depdiknas, 2010 & Saur, 2011

6. Tujuan PTK (Kunandar, 2008: 63-64)

Dari adanya siklus 1, siklus 2 pada gambar 2.1 di atas, ada tujuan penelitian tindakan kelas diantaranya sebagai berikut:

a. Untuk memecahkan masalah nyata yang terjadi di dalam kelas dalam interaksi antara guru dengan siswa yang sedang belajar, meningkatkan profesionalisme guru, dan menumbuhkan budaya akademik di kalangan para guru.

b. Peningkatan kualitas praktik pembelajaran di kelas secara terus-menerus mengingat masyarakat berkembang secara cepat.

c. Peningkatan relevansi pendidikan, hal ini dicapai melalui peningkatan proses pembelajaran.


(39)

d. Peningkatan mutu hasil pendidikan melalui perbaikan praktik pembelajaran di kelas dengan mengembangkan berbagai jenis keterampilan dan meningkatkan motivasi belajar siswa.

e. Meningkatkan profesional pendidik dan tenaga kependidikan.

f. Tercipta sikap siswa & guru yang proaktif dalam melakukan perbaikan mutu pendidikan dan pengajaran secara berkelanjutan. g. Sebagai alat inovatif terhadap sistem pembelajaran yang

berkelanjutan.

7. Kelebihan dan Kelemahan PTK

PTK sebagai jenis penelitian, memiliki kelebihan dan kelemahan, yaitu: a. Kelebihan PTK

Shumsky (1982) dalam buku (Kunandar, 2008: 69), kelebihannya adalah sebagai berikut:

1) Kerja sama dalam PTK menimbulkan rasa memiliki.

2) Kerja sama dalam PTK mendorong kreativitas dan pemikiran kritis dalam hal ini guru yang sekaligus menjadi peneliti.

3) Melalui kerja sama, kemungkinan untuk adanya perubahan lebih baik akan meningkat.

4) Kerja sama dalam PTK meningkatkan kesepakatan dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi.

b. Kelemahan PTK

Shumsky (1982) dalam buku (Kunandar, 2008: 69), kelemahannya adalah sebagai berikut:


(40)

1) Kurangnya pengetahuan dan keterampilan dalam teknik dasar PTK pada pihak peneliti (guru).

2) Berkenaan dengan waktu. Karena PTK memerlukan komitmen peneliti untuk terlibat dalam prosesnya, faktor waktu dapat menjadi kendala yang besar. Hal ini belum optimal karena kegiatan rutinnya dan aktivitas PTK.

3) Guru harus peka terhadap kelas. Bila tidak, maka penilaian cenderung tidak objektif.

8. Jenis-jenis PTK

Berdasarkan sumber http://www.seputarpengetahuan.com /2016/04/ 4-jenis-penelitian-tindakan-kelas-dan-penjelasannya.html, jenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ada empat, beberapa diantaranya sebagai berikut: a. Penelitian Tindakan Kelas Diagnostik

Suatu penelitian tindakan kelas diagnostik adalah penelitian yang dirancang dengan menuntun penelitian ke arah suatu tindakan. Dalam hal ini peneliti mendiagnosis dan memasuki situasi yang terdapat dalam latar belakang penelitian, sebagai contoh peneliti berupaya menangani perselisihan, perkelahian, dan konflik yang dilakukan antar siswa yang terdapat di suatu Sekolah atau kelas. b. Penelitian Tindakan Kelas Partisipan

Suatu penelitian tindakan partisipan terjadi apabila peneliti terlibat langsung di dalam penelitian sejak awal hingga akhir penelitian yang berupa laporan. Sejak perencanaan penelitian,


(41)

peneliti senantiasa terlibat. Selanjutnya peneliti memantau, mencatat dan mengumpulkan data, kemudian menganalisis data serta berakhir dengan melaporkan hasil penelitiannya. Penelitian tindakan kelas partisipan dapat juga dilakukan di Sekolah secara langsung sejak awal penelitian hingga berakhirnya penelitian.

c. Penelitian Tindakan Kelas Empiris

Suatu penelitian tindakan kelas empiris terjadi apabila peneliti berupaya melaksanakan suatu tindakan atau aksi dan membukukan apa yang dilakukan dan apa yang terjadi selama aksi tersebut berlangsung. Pada prinsipnya proses penelitiannya berkenaan dengan penyimpangan catatan dan pengumpulan pengalaman peneliti dalam pekerjaan sehari-hari.

d. Penelitian Tindakan Kelas Eksperimental

Suatu penelitian tindakan kelas eksperimental terjadi apabila penelitian tindakan kelas ini dapat diselenggarakan dengan berupaya menerapkan teknik atau strategi secara efektif dan efesien di dalam suatu kegiatan belajar mengajar. Dalam kaitannya dengan kegiatan belajar mengajar, dimungkinkan terdapat lebih dari strategi atau teknik yang diterapkan penelitian tindakan kelas ini diharapkan peneliti dapat menentukan cara mana yang paling efektif dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran.


(42)

B. Problem Based Learning

1. Pengertian Problem Based Learning (PBL)

PBL dikembangkan tahun 1970-an di McMaster University di Canada, kini metode sudah merambah ke berbagai lembaga pendidikan di dunia. Dengan perkembangan yang pesat, rumusannya juga beragam. Salah satu yang cukup mewakili, adalah rumusan yang diungkapkan menurut Prof. Howard Barrows dan Kelson (Amir, 2009: 21-22), adalah:

Problem Based Learning (PBL) adalah kurikulum dan proses pembelajaran. Dalam kurikulumnya, dirancang masalah-masalah yang dituntut siswa mendapatkan pengetahuan penting, mereka mahir dalam memecahkan masalah, dan memiliki strategi belajar serta memiliki kecakapan berpartisipasi dengan tim. Proses pembelajarannya menggunakan pendekatan yang sistemik untuk memecahkan masalah atau menghadapi tantangan yang diperlukan dalam karir dan kehidupan sehari-hari.

Rumusan dari Dutch (1994) berikut ini akan membantu kita lebih memahami lagi apa itu PBL.

PBL merupakan metode intruksional yang menantang siswa agar “belajar untuk belajar”, bekerjasama dengan kelompok untuk mencari solusi bagi masalah yang nyata. Masalah digunakan untuk mengaitkan rasa keingintahuan serta kemampuan analisis siswa dan inisiatif atas materi pelajaran. PBL mempersiapkan siswa berpikir kritis dan analitis, serta menggunakan sumber belajar yang sesuai.

Dari kedua definisi tersebut, terlihat bahwa materi pelajaran bercirikan ada masalah. Dalam proses PBL, sebelum kelas dimulai, siswa


(43)

akan diberikan masalah-masalah. Masalah yang disajikan adalah masalah yang memiliki konteks dengan dunia nyata. Semakin dekat dengan dunia nyata, akan semakin baik pengaruhnya pada peningkatan kecakapan belajar siswa. Dari masalah yang diberikan ini, siswa bekerja sama dalam berkelompok, mencoba memecahkannya dengan pengetahuan yang mereka miliki, dan sekaligus mencari informasi baru yang relevan untuk solusinya. Di sini, tugas guru sebagai fasilitator yang mengarahkan siswa dalam mencari dan menemukan solusi yang diperlukan.

2. Ciri-ciri PBL

Menurut Lynda Wee (Amir, 2009: 13), menyebutkan bahwa ciri proses pembelajaran berbasis masalah sangat menunjang penggunaan kecakapan mengatur diri sendiri (self directed), kolaboratif, dan cakap menggali informasi yang semuanya relatif perlu untuk dunia kerja. Menurut M. Hosnan (2014: 300) ciri-ciri PBL diantaranya, yaitu:

a. Mengajukan masalah atau pertanyaan

Pembelajaran pada masalah atau pertanyaan penting bagi siswa atau masyarakat. Pertanyaan atau masalah diajukan harusnya memenuhi kriteria autentik, jelas, mudah dipahami, luas, dan bermanfaat.

b. Keterkaitan dengan berbagai masalah disiplin ilmu

Masalah yang diajukan dalam pembelajaran berbasis masalah hendaknya mengaitkan atau melibatkan berbagai disiplin ilmu.


(44)

c. Penyelidikan yang autentik

Penyelidikan yang diperlukan dalam pembelajaran berbasis masalah bersifat autentik. Selain itu penyelidikan diperlukan untuk mencari penyelesaian masalah yang bersifat nyata. Siswa menganalisis dan merumuskan masalah, mengembangkan dan meramalkan hipotesis, mengumpulkan dan menganalisis informasi, melaksanakan eksperimen, menarik kesimpulan, dan menggambarkan hasil akhir.

d. Menghasilkan karya

Pada pembelajaran berbasis masalah, siswa bertugas menyusun hasil penelitiannya dalam bentuk karya dan memamerkan hasil karyanya. Artinya, hasil penyelesaian masalah siswa ditampilkan atau dibuatkan laporannya.

e. Kolaborasi

Pada pembelajaran berbasis masalah, tugas-tugas belajar berupa masalah harus diselesaikan bersama-sama antar siswa dengan siswa, baik dalam kelompok kecil maupun besar, dan bersama-sama antar siswa dengan guru.

Penyajian sebuah masalah dapat membuat siswa lebih baik dalam belajar. Menurut Savin; Badin, 2000 & Moust, Bouhuijs, Schmidt, 2001 (Amir, 2009: 23), diungkapkan bahwa belajar tidak sekedar mengingat, meniru, mencontoh, begitu pula dengan PBL sebuah “masalah” tidak sekedar “latihan” yang diberikan setelah contoh-contoh soal disajikan. Dalam cara belajar konvensional, guru sering menerangkan, memberikan contoh-contoh soal sekaligus langkah-langkah untuk menyelesaikan soal.


(45)

Kemudian pendidik memberikan berbagai variasi latihan dimana pemelajar menjawab pertanyaan serupa. Berikut dijelaskan tabel bahwa PBL berbeda dengan pendekatan lainnya.

3. Perbedaan PBL dengan metode lain

Tabel 2.1

Perbedaan PBL dengan Strategi Pembelajaran yang Lain

No. Indikator

Problem Based Learning Project Based Learning Inquiry Based Learning Discovery Based Learning

1 Dominasi Sumber

Belajar Siswa

Mandiri Mandiri Mandiri Mandiri

2 Jenis Tugas Kelompok atau individu Kelompok atau individu Kelompok atau individu Kelompok atau individu

3 Korban Pembelajaran yang Diangkat dalam Pembelajaran Masalah yang sudah ada Masalah baru Masalah yang sudah ada Masalah baru

4 Tujuan Utama Pembelajaran Berpikir kritis Berpikir kreatif dan inovatif Berpikir kritis Berpikir kreatif dan inovatif 5 Proses

Penilaian

Satu

waktu Kontinyu

Satu

waktu Kontinyu 6 Jenis

Evaluasi Penilaian Kualitatif atau kuantitatif Kualitatif atau kuantitatif Kualitatif atau kuantitatif Kualitatif atau kuantitatif


(46)

7 Biaya dan Peralatan

yang Dibutuhkan

Sedikit Lebih banyak Sedikit Lebih banyak

8 Teknik dan Sistematika Pembelajaran Diarahkan guru Siswa bebas bereksperimen Diarahkan guru Siswa bebas bereksperime n 9 Peran Guru Moderator Pembimbing Moderator Pembimbing 10 Pendekatan

yang Dipakai untuk Memecahkan Masalah Multi disipliner Multi disipliner Multi disipliner Multi disipliner

Untuk mendukung strategi belajar mengajar berbasis masalah, guru perlu memilih bahan pelajaran yang memiliki permasalahan. Materi pelajaran tidak terbatas hanya pada satu buku teks sekolah, tetapi juga dapat diambil dari sumber lingkungan seperti peristiwa dalam lingkungan sekolah, peristiwa dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat.

Menurut Gulo, pemilihan materi memerlukan beberapa kriteria sebagai berikut:

a. Bahan pelajaran bersifat controversial. Bahan ini dapat direkam dari peristiwa konkret dalam bentuk audio visual atau kliping.

b. Bahan bersifat umum sehingga tidak terlalu asing bagi siswa.

c. Bahan mendukung pengajaran dan pokok bahasan dalam kurikulum sekolah.


(47)

e. Bahan tersebut merangsang perkembangan kelas yang mengarah pada tujuan yang dikehendaki.

f. Bahan menjamin kesinambungan pengalaman siswa.

Penjelasan di atas menerangkan bahwa “masalah” yang biasa seperti “pertanyaan untuk diskusi”, tidak sama dengan “masalah” dalam PBL. Dalam diskusi pertanyaan diajukan untuk memicu pembelajaran terhubungkan dengan materi yang dibahas. Sementara “masalah” dalam PBL menuntut penjelasan atas sebuah fenomena.

4. Prinsip-Prinsip PBL (M. Hosnan, 2014: 300-301)

Prinsip-prinsip utama PBL adalah penggunaan masalah nyata sebagai sarana bagi peserta didik untuk mengembangkan pengetahuan dan sekaligus mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan kemampuan memecahkan masalah. Masalah nyata adalah masalah yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari dan bermanfaat langsung apabila diselesaikan. Pemilihan dan penetuan masalah nyata ini dapat dilakukan oleh guru maupun peserta didik yang disesuaikan dengan kompetensi dasar tertentu.

Masalah bersifat terbuka, yaitu masalah yang memiliki banyak jawaban atau strategi penyelesaian yang mendorong keingintahuan peserta didik untuk mengidentifikasi strategi dan solusi. Masalah juga bersifat tidak terstruktur dengan baik yang tidak dapat diselesaikan secara langsung dengan cara menerapkan formula atau strategi tertentu. Perlu informasi lebih lanjut untuk memahami serta perlu mengkombinasikan


(48)

beberapa strategi atau bahkan mengkreasi strategi sendiri untuk menyelesaikannya.

5. Langkah-langkah dalam PBL

Menurut M. Hosnan (2014: 301), penerapan pembelajaran berbasis masalah terdiri atas lima langkah utama dimulai dengan guru memperkenalkan siswa dengan masalah dan diakhiri dengan penyajian dan analisis hasil kerja siswa. Beberapa langkah-langkah adalah:

a. Orientasi siswa pada masalah

Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang dibutuhkan, memotivasi siswa agar terlibat pada aktivitas pemecahan masalah yang dipilih.

b. Mengorganisasi siswa untuk belajar

Guru membantu siswa mengidentifikasi dan mengorganisasi tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut.

c. Membimbing penyelidikan individual dan kelompok

Guru mendorong siswa mengumpulkan informasi yang sesuai materi, melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalahnya.

d. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya

Guru membantu siswa merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai, seperti laporan, video, dan model serta membantu berbagai tugas dengan temannya.


(49)

e. Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.

f. Guru membantu siswa melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan dan proses-proses yang mereka gunakan.

6. Manfaat PBL

Pendidikan harus membuat siswa untuk hidup, maka dengan PBL akan memberi peluang untuk membangun kecakapan hidup (life skills) siswa, siswa terbiasa mengatur dirinya sendiri (self directed). Smith (Amir, 2009: 27-29) menemukan bahwa manfaat PBL adalah:

a. Meningkatkan kemampuan siswa untuk berpikir kritis, analisis, sistematis dan logis untuk menemukan alternatif pemecahan masalah melalui eksplorasi data secara empiris dalam mencapai sikap ilmiah. b. Menjadi lebih ingat dan meningkatkan pemahamannya atas materi ajar.

Dengan konteks yang dekat dan sekaligus melakukan deep learning

(melakukan penyelidikan pembelajaran) maka siswa akan lebih memahami materi.

c. Meningkatkan fokus pada pengetahuan yang relevan.

Dengan adanya kemampuan guru membangun masalah yang berkaitan dengan konteks praktik, siswa bisa lebih baik dalam operasinya dilapangan.

d. Mendorong untuk berpikir.

Guru tidak perlu terburu-buru menyimpulkan tetapi didalam proses belajar siswa diharapkan untuk kritis dalam memecahkan, mencoba menemukan argumen, menumbuhkan rasa ingin tahu dengan berpikir


(50)

e. Membangun kerja tim, kepemimpinan, dan keterampilan sosial.

PBL dikerjakan dalam kelompok maka dapat mendorong terjadinya pengembangan kecakapan kerja tim dan kecakapan sosial. Siswa diharapkan memahami perannya dalam kelompok, menerima pandangan orang lain. Keterampilan seperti menumbuhkan hubungan interpersonal, mempertimbangkan strategi, serta mampu menentukan keputusan.

f. Membangun kecakapan belajar. Siswa dibiasakan untuk mampu belajar terus menerus. Ilmu, keterampilan yang mereka butuhkan nanti akan terus berkembang, apapun bidang pekerjaannya.

g. Memotivasi siswa. Dengan PBL, kita punya peluang untuk membangkitkan minat dari dalam diri siswa, karena kita menciptakan masalah dengan konteks pekerjaan. Dengan masalah yang menantang, diupayakan mereka bergairah untuk menyelesaikannya dengan baik.

Hasil dari PBL adalah peserta didik memiliki keterampilan penyelidikan, peserta didik mempunyai keterampilan mengatasi masalah, peserta didik mempunyai kemampuan mempelajari peran orang dewasa, dan peserta didik menjadi pembelajaran yang mandiri dan independen.

7. Kelebihan dan Kelemahan PBL (Aris Shoimin, 2014:132)

a. Kelebihan PBL

Ada beberapa kelebihan yang menjadi prioritas PBL diantaranya sebagai berikut:

1) Siswa didorong untuk memiliki kemampuan memecahkan masalah dengan situasi nyata.


(51)

2) Siswa memiliki kemampuan membangun pengetahuannya sendiri melalui aktivitas.

3) Pembelajaran berfokus pada masalah sehingga materi yang tidak ada hubungannya tidak perlu dipelajari siswa. Hal ini mengurangi beban siswa untuk menghafal atau menyimpan informasi.

4) Terjadinya aktivitas ilmiah pada siswa melalui kerja kelompok. 5) Siswa terbiasa menggunakan sumber-sumber pengetahuan baik

dari perpustakaan , internet, dan observasi.

6) Siswa memiliki kemampuan menilai kemajuan belajarnya sendiri. 7) Siswa memiliki kemampuan untuk melakukan komunikasi ilmiah

dengan kegiatan diskusi atau presentasi hasil pekerjaan mereka. 8) Kesulitan belajar siswa secara individual dapat diatasi melalui kerja

kelompok dalam bentuk peer teaching. b. Kelemahan PBL (Aris Shoimin, 2014:132)

Aris mengatakan ada beberapa kelemahan PBL yakni sebagai berikut: 1) PBL tidak dapat diterapkan untuk setiap materi pelajaran, ada

bagian guru berperan aktif dalam menyajikan materi. PBL lebih cocok untuk pembelajaran yang menuntut kemampuan tertentu kaitannya dengan pemecahan masalah.

2) Memerlukan banyak waktu yang harus diselesaikan untuk memecahkan masalah.

3) Tidak semua siswa mampu memecahkan masalah yang diberikan guru.


(52)

C. Motivasi

1. Pengertian Motivasi

Motivasi berasal dari kata motif, berarti keadaan dalam pribadi orang yang mendorong individu untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu guna mencapai suatu tujuan. Tiap aktivitas yang dilakukan oleh seseorang itu didorong oleh sesuatu kekuatan dari dalam diri orang itu, kekuatan inilah yang kita sebut motif (Suryabrata, 1984: 72).

Motivasi adalah suatu kekuatan (power) atau tenaga (forces) atau dapat juga dikatakan sebagai daya (energy) dan kesiapsediaan

(preparatory set) dalam individu (organisme) untuk bergerak (to move) ke arah tujuan tertentu, baik disadari ataupun tidak disadari. Motivasi ini muncul dan tumbuh berkembang dalam diri seseorang baik dari dalam diri individu (intrinsic) dan dari luar individu / lingkungan (extrinsic).

Menurut Rusyan, dkk (1992: 93), motivasi adalah dorongan yang tumbuh karena tingkah laku dan kegiatan manusia. Pada dasarnya motivasi memberikan jawaban dari tiga persoalan yaitu apa yang diinginkan manusia (kegiatan apa yang dilakukan dan hasil apa yang ingin dicapai oleh seseorang), mengapa ia berbuat demikian (apa yang mendorong seseorang untuk melakukan perbuatan tertentu), dan bagaimana ia melakukannya (proses apa yang dialami dalam usaha mencapai suatu hasil tertentu). Bisa dikatakan bahwa awal motivasi karena manusia mempunyai kebutuhan, sehingga dikatakan bahwa motivasi adalah penggerak tingkah laku ke arah tujuan dan didasari adanya suatu kebutuhan.


(53)

Menurut Winkel (1987: 93), motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak psikis di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan belajar, dan memberikan arah pada kegiatan belajar demi menggapai tujuan tertentu.

Dapat disimpulkan bahwa motivasi menjadi salah satu prasyarat penting dalam belajar. Mulai dari kepribadian siswa dan kemampuan siswa untuk menyelesaikan tugas-tugas sekolah, hadiah-hadiah yang didapat karena telah belajar, situasi belajar yang mendorong siswa untuk belajar, dan sebagainya. Motivasi sangat diperlukan, sebab seseorang yang tidak mempunyai motivasi, tidak akan melakukan aktivitas belajar.

2. Pentingnya Motivasi dalam Belajar

Menurut Dimyati dan Mudjiono (1999: 85-86), motivasi perilaku manusia berasal dari kekuatan mental umum, insting, dorongan, kebutuhan, proses kognitif dan interaksi. Bagi siswa pentingnya motivasi adalah sebagai berikut:

a. Menyadarkan pada awal, proses, dan akhir belajar. Misalnya seorang siswa membaca satu bab buku bacaan, dibanding temannya yang juga membaca buku tersebut, tetapi ia kurang menangkap isi, maka ia terdorong membaca lagi.

b. Menginformasikan tentang kekuatan usaha belajar, yang dibandingkan teman sebayanya. Contoh siswa belum terbukti bahwa ia sudah menguasai materi, maka ia belajar setekun temannya yang belajar dan berhasil.


(54)

c. Mengarahkan kegiatan belajar. Contoh seorang siswa belum belajar secara serius sehingga nilainya jelek, peran guru adalah menasihatinya sehingga siswa tersebut mengubah perilaku belajarnya.

d. Membesarkan semangat belajar.

e. Menyadarkan tentang adanya perjalanan belajar dan kemudian bekerja.

Sedangkan bagi guru pentingnya motivasi adalah:

a. Membangkitkan, meningkatkan, memelihara semangat siswa untuk belajar sampai berhasil.

b. Mengetahui dan memahami motivasi belajar siswa di kelas.

c. Meningkatkan dan menyadarkan guru untuk memilih satu di antara banyak peran.

d. Memberi peluang guru untuk unjuk kerja.

Klasifikasi indikator motivasi belajar menurut Hamzah B. Uno (2007: 23) adalah sebagai berikut:

a. Adanya hasrat dan keinginan berhasil

b. Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar c. Adanya harapan dan cita-cita masa depan d. Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar

e. Adanya lingkungan belajar yang kondusif, sehingga memungkinkan seorang siswa dapat belajar dengan baik.


(55)

3. Fungsi Motivasi Belajar

Menurut Sardiman (2010: 85), ada tiga fungsi motivasi belajar, yaitu: a. Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor

yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan.

b. Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendaknya dicapai. Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya. c. Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan apa yang harus

dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.

4. Unsur-unsur yang Mempengaruhi Motivasi Belajar

Menurut Dimyati dan Mudjiono (1999 : 97-99), unsur-unsur yang mempengaruhi motivasi belajar ada 4 yaitu:

a. Cita-cita atau aspirasi siswa

Keberhasilan mencapai keinginan menumbuhkan kemauan belajar sehingga akan menumbuhkan cita-cita dalam kehidupan.

b. Kemampuan siswa

Kemampuan akan memperkuat motivasi anak untuk melaksanakan tugas-tugas perkembangan.

c. Kondisi siswa

Kondisi siswa yang meliputi kondisi rohani dan jasmani mempengaruhi motivasi belajar.


(56)

d. Kondisi lingkungan siswa

Dengan lingkungan yang aman, tentram, tertib, dan indah maka semangat dan motivasi belajar mudah diperkuat.

5. Bentuk-bentuk motivasi di sekolah

Menurut Sardiman A.M (2008: 91-95), ada beberapa bentuk dan cara untuk menumbuhkan motivasi dalam kegiatan belajar di Sekolah, yaitu:

a. Memberi angka

Angka sebagai simbol dari nilai kegiatan belajar. Banyak siswa yang utama mencari nilai atau angka yang baik, sehingga siswa biasanya yang dikejar adalah nilai raport atau ulangan yang nilainya baik.

b. Hadiah

Hadiah dapat dikatakan sebagai motivasi. Ketika seseorang mendapat hadiah, dia akan merasa senang, dan terinspirasi untuk belajar.

c. Saingan/kompetisi

Saingan/kompetisi sebagai alat motivasi mendorong belajar siswa. Menumbuhkan kesadaran siswa agar merasakan pentingnya tugas dan menerima sebagai kompetisi sehingga bekerja keras sebagai bentuk motivasi.

d. Memberi ulangan

Siswa akan giat belajar bila mengetahui akan ada ulangan. Oleh karena itu, memberi ulangan juga merupakan sarana memotivasi.


(57)

e. Mengetahui hasil

Semakin mengetahui hasil belajar meningkat, maka akan ada motivasi pada siswa untuk terus belajar dengan harapan hasil terus meningkat. f. Pujian

Dengan pujian akan memupuk suasana yang menyenangkan dan mempertinggi gairah belajar serta sekaligus akan membangkitkan harga diri.

D. Sikap Kritis

1. Pengertian Sikap Kritis

Scriven & Paul (1987) dalam Fondation of Critical Thinking, menyatakan bahwa keterampilan bersikap kritis merupakan suatu proses intelektual tentang konseptualisasi, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi secara aktif dan mahir terhadap informasi yang diperoleh dari observasi, pengalaman, refleksi, pemikiran, atau komunikasi sebagai pedoman untuk meyakini tindakan.

Dalam psikologi, bersikap kritis didefinisikan sebagai suatu proses mental dalam mengeksplorasi peta pengalaman yang merupakan satu keterampilan bertindak dengan kecerdasan sebagai sumber daya penalaran. Bersikap kritis lebih fokus pada menganalisis dan mengembangkan (Surya, 2015: 117).


(58)

2. Keterampilan Berpikir Kritis

Keterampilan Ennis (Surya, 2015: 127), mengungkapkan bahwa ada keterampilan berpikir/bersikap kritis yang diperlukan dalam proses secara efektif, diantaranya sebagai berikut:

a. Memfokuskan pada pertanyaan; b. Menganalisis argument;

c. Menanyakan dan menjawab pertanyaan; d. Merumuskan istilah dan menimbang definisi; e. Mengidentifikasi asumsi;

f. Memutuskan suatu tindakan; g. Berinteraksi dengan orang lain; h. Terbuka terhadap pemikiran;

Hal yang perlu diingat bahwa segala bentuk berpikir/bersikap kritis, tidak mungkin dapat dilakukan tanpa komponen utama yaitu pengetahuan. Pengetahuan merupakan sesuatu yang digunakan untuk berpikir dan juga diperoleh sebagai hasil berpikir/bersikap kritis.

3. Perencanaan Program Keterampilan Sikap Kritis

Terdapat 3 tahapan pengembangan program keterampilan bersikap kritis:

a. Identifikasi keterampilan yang tepat

Ada beberapa macam keterampilan diantaranya adalah: 1) Bersikap kritis


(59)

2) Membuat keputusan

Guna mencapai keputusan yang terinformasikan. 3) Pemecahan masalah

Guna mencapai satu atau lebih solusi masalah yang memadai. b. Menerapkan Pengajaran

Agar program dapat berjalan dengan efektif, para pengajar harus menyajikan keterampilan dalam urutan yang jelas dan bermakna. c. Menilai Program

Guna memperoleh informasi keefektifan program, maka langkah penting yang harus dilakukan yaitu menilai program sejak mulai dirancang, selama implementasi, dan setelah program diterapkan.

4. Indikator Kemampuan Bersikap Kritis

Krathwohl (2002: 53) menyatakan bahwa indikator untuk mengukur berpikir/sikap kritis meliputi: menganalisis, mengevaluasi dan mengkreasi.

E. Prestasi

1. Pengertian

Proses belajar yang dialami oleh murid menghasilkan perubahan-perubahan dalam bidang pengetahuan dan pemahaman, dalam bidang keterampilan dan dalam bidang nilai dan sikap. Adanya perubahan itu tampak dalam prestasi belajar yang dihasilkan oleh siswa terhadap tugas yang diberikan oleh guru (Winkel, 1986:102). Perubahan itu bersikap


(60)

secara relatif konstan dan berbekas. Hasil dari belajar tidak dapat disaksikan dari luar, tanpa orang itu melakukan suatu yang menampakkan kemampuan yang telah diperoleh melalui belajar. Hasil belajar akan tampak dalam prestasi (Winkel, 2004:58). Jadi prestasi belajar merupakan suatu kemampuan yang dimiliki seseorang yang merupakan hasil dari proses yang dilakukan. Prestasi belajar diukur melalui alat ukur yaitu suatu tes.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar

Menurut Syah (1997:133-139), Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar digolongkan menjadi 3 yaitu :

a. Faktor dari dalam

1) Tingkat Kecerdasan/Intelegensi

Semakin tinggi kemampuan intelegensi seorang siswa maka semakin besar peluangnya untuk meraih sukses. Sebaliknya, semakin rendah kemampuan intelegensi seorang siswa maka semakin kecil peluangnya untuk memperoleh sukses.

2) Bakat

Bakat adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang. Sebenarnya setiap orang pasti memiliki bakat dalam arti berpotensi untuk mencapai prestasi sampai ke tingkat tertentu sesuai dengan kapasitas masing-masing. Bakat dapat mempengaruhi tinggi rendahnya prestasi belajar bidang-bidang studi tertentu.


(61)

3) Minat

Minat individu merupakan kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Minat dapat mempengaruhi kualitas pencapaian hasil belajar siswa dalam bidang-bidang studi tertentu.

4) Motivasi belajar

Kekurangan atau ketiadaan motivasi, baik yang bersifat internal maupun eksternal, akan menyebabkan kurang bersemangatnya siswa dalam melalukan proses pembelajaran materi-materi pelajaran baik di sekolah maupun di rumah.

b. Faktor dari luar

1) Lingkungan non sosial, yaitu faktor yang mempengaruhi dalam proses belajar mengajar, misalnya :

(a) Kondisi rumah yang sempit dan berantakan serta perkampungan yang terlalu padat itu dapat berpengaruh buruk terhadap kegitan belajar siswa.

(b) Waktu belajar mempengaruhi proses belajar siswa, misalnya pembagian waktu siswa untuk belajar dalam satu hari.

(c) Cuaca yang nyaman bagi siswa membantu siswa untuk lebih nyaman dalam belajar.

2) Lingkungan sosial

Lingkungan sosial sekolah seperti guru, para staf administrasi dan teman-teman sekelas dapat mempengaruhi semangat belajar


(62)

seorang siswa, guru yang selalu menunjukkan sikap, perilaku yang simpatik dan memperlihatkan teladan yang baik dan rajin khususnya dalam hal belajar. Masyarakat, tetangga dan teman-teman sepermainan di sekitar perkampungan siswa, itu sangat mempengaruhi aktivitas belajar siswa.

c. Faktor pendekatan belajar

Faktor pendekatan belajar sangat berpengaruh terhadap taraf keberhasilan proses pembelajaran siswa. Misalnya, siswa yang terbiasa mengaplikasikan pendekatan belajar deep, mungkin sekali berpeluang untuk meraih prestasi belajar yang bermutu daripada siswa yang menggunakan pendekatan belajar surface.

F. Hasil Penelitian yang Relevan

Hasil yang telah dikemukakan pada rumusan masalah, penelitian bertujuan untuk mengetahui seberapa besar peningkatan dan motivasi belajar, sikap kritis, dan prestasi belajar. Penelitian yang relevan dan selaras dengan judul penelitian yang diambil adalah sebagai berikut:

1. Elfrida Gita Hendrarti (2010), dalam penelitiannya yang berjudul “Penerapan Model Problem Based Learning Untuk Meningkatkan Motivasi dan Prestasi Belajar Siswa Kelas XI IPS 2 SMA Pangudi Luhur Yogyakarta Dalam Mata Pelajaran Ekonomi”. Menurut hasil penelitian yang dilakukan peneliti, menunjukkan bahwa penerapan PBL yang dilakukan peneliti dapat meningkatkan motivasi belajar siswa


(63)

dalam memahami materi laporan keuangan perusahaan jasa. Hal ini terbukti dari pencapaian rata-rata motivasi belajar siswa pada awal penelitian = 52,63, siklus I = 54,56, siklus II =59,93; jumlah siswa yang memenuhi target yang ditetapkan pada awal penelitian = 29,53%, siklus I = 44,44%, siklus II = 51,58%.

2. Elisabeth Novita Bekti Kusumasari (2015), dalam penelitiannya yang berjudul “Hubungan Persepsi Siswa Tentang Implementasi Pendekatan Saintifik Dalam Pembelajaran Akuntansi Keuangan Dengan Tingkat Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi dan Pengembangan Karakter Siswa”. Menurut hasil penelitian bahwa implementasi pendekatan saintifik yang dilakukan peneliti terdapat hubungan persepsi siswa tentang implementasi pendekatan saintifik dalam pembelajaran Akuntansi Keuangan dengan kemampuan tingkat berpikir tinggi dan pengembangan karakter siswa. Hal ini di buktikan bahwa tingkat kemampuan berpikir tinggi siswa (Spearman’s rho = 0,195; nilai Sig. (2 -tailed = 0,000 < α = 0,05); 2) dan pengembangan karakter siswa (Spearman’s rho = 0,503; nilai Sig. (2-tailed = 0,000 < α = 0,05).

3. Laurencia Maytarani (2012), dalam penelitiannya yang berjudul “Penerapan Model Problem Based Learning Untuk Meningkatkan Motivasi, Sikap Kritis dan Mengembangkan Karakter Sosial Siswi Kelas XI IPS 1 Pada Mata Pelajara Akuntansi”. Menurut hasil penelitian yang dilakukan peneliti, menunjukkan bahwa penerapan PBL yang dilakukan peneliti dapat meningkatkan motivasi belajar siswa dalam memahami


(64)

materi siklus akuntansi perusahaan jasa. Hal ini terbukti dari pencapaian rata-rata motivasi belajar siswa pada awal penelitian = 74,35, siklus I = 74,26, siklus II =80,9; rata-rata sikap kritis pada awal penelitian = 33,17, siklus I = 37,82, siklus II = 40,79; dan rata-rata pengembangan karakter sosial siswi pada awal penelitin = 35,0, siklus I = 37,64, siklus II = 44,70.

G. Kerangka Berpikir

Pendidikan menuntut guru untuk kreatif dan inovatif dalam melaksanakan pembelajaran agar tercapai tujuan yang diharapkan. Pencapaian tujuan pembelajaran dapat dicapai dengan menggunakan pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan mata pelajaran yang disampaikan. Mata Pelajaran Perpajakan adalah mata pelajaran yang sering dianggap sulit oleh siswa. Pajak memerlukan pemikiran kritis, ketelitian, dan penalaran. Siswa yang tidak senang atau tidak bisa dalam pelajaran Pajak merasa malas dan tidak memiliki motivasi untuk mengikuti pembelajaran.

Masalah-masalah yang timbul dalam pembelajaran Perpajakan membuat peneliti untuk mencoba menciptakan pembelajaran yang inovatif untuk dapat membangun motivasi siswa, sikap kritis, dan prestasi belajar siswa agar hasil belajar siswa dapat meningkat dan siswa belajar dengan senang. Pembelajaran dengan menggunakan strategi pembelajaran Problem Based Learning (PBL) merupakan salah satu cara untuk mencapai tujuan pembelajaran Perpajakan.


(65)

Strategi pembelajaran PBL memiliki beberapa kelebihan yaitu siswa akan terbiasa tertantang dalam menghadapi dan menyelesaikan masalah, baik dalam kegiatan proses belajar mengajar maupun dalam kehidupan sehari-hari, meningkatkan interaksi sosial siswa, dan dapat mengakrabkan guru dan siswa. Oleh karena itu, penerapan strategi pembelajaran PBL diharapkan dapat meningkatkan motivasi belajar siswa, sikap kritis, dan prestasi belajar siswa.

H. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian teori di atas, maka peneliti mengemukakan hipotesis sebagai berikut:

1. Penerapan strategi pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dalam meningkatkan motivasi belajar, sikap kritis, dan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran perpajakan siswa kelas XI Ak SMK Sanjaya Pakem ditempuh langkah sebagai berikut: a) orientasi pada masalah; b) mengorganisasi siswa untuk belajar; c) membimbing dan menjadi fasilitator belajar bagi individu dan kelompok; d) menyajikan hasil karya; e) menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.

2. Penerapan strategi pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dapat meningkatkan motivasi belajar siswa kelas XI AK SMK Sanjaya Pakem. 3. Penerapan strategi pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dapat

meningkatkan sikap kritis siswa kelas XI AK SMK Sanjaya Pakem. 4. Penerapan strategi pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dapat


(66)

45

BAB III

METODELOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian “Penerapan Strategi Pembelajaran Problem Based Learning untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa, Sikap Kritis dan Prestasi Belajar Siswa” ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian Tindakan Kelas ini dipilih dengan tujuan untuk memperbaiki pembelajaran. Perbaikan dilakukan seccara terus-menerus, selama kegiatan penelitian berlangsung. Oleh sebab itu, Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dikenal dengan adanya siklus pelaksanaan berupa pola: perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Kemmis dan Mc. Taggart (Kunandar, 2012: 42-43) penelitian tindakan adalah suatu bentuk self-inquiry kolektif yang dilakukan oleh para partisipan di dalam situasi sosial untuk meningkatkan rasionalitas dan keadilan dari praktik sosial atau pendidikan yang mereka lakukan, serta mempertinggi pemahaman mereka terhadap praktik dan situasi dimana praktik itu dilaksanakan. Elliott (Kunandar, 2012: 43) penelitian tindakan sebagai kajian dari sebuah situasi sosial dengan kemungkinan tindakan untuk memperbaiki kualitas situasi sosial tersebut.

B. Tempat dan Waktu

1. Tempat Penelitian : SMK Sanjaya Pakem 2. Waktu Penelitian : Oktober – Desember 2016


(67)

C. Subjek dan Objek Penelitian

1. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa – siswa SMK Sanjaya Pakem kelas XI AK yang terdiri 18 peserta didik.

2. Objek Penelitian

Obyek penelitian ini adalah penerapan strategi pembelajaran

Problem Based Learning dalam meningkatkan motivasi belajar, sikap kritis dan prestasi belajar siswa kelas XI AK SMK Sanjaya Pakem.

D. Prosedur Penelitian

Secara operasional prosedur penelitian yang diterapkan terdapat tiga tahapan yaitu pra penelitian (observasi perilaku guru, observasi perilaku siswa, dan observasi pada kelas), siklus 1, dan siklus 2. Pada setiap siklus penelitian pada dasarnya sama dengan menggunakan instrumen yang sama. Adapun kegiatan yang dilakukan masing-masing tahapan diuraikan sebagai berikut:

1. Penelitian Pendahuluan

Kegiatan awal sebelum memulai penelitian adalah melakukan observasi sebagai pengenalan masalah untuk memberi gambaran awal situasi proses belajar mengajar di kelas. Kegiatan observasi ini meliputi: a. Observasi perilaku guru

Observasi guru dilakukan untuk mengamati aktivitas atau kegiatan guru dalam melakukan belajar mengajar. Beberapa


(68)

pengamatan kegiatan yang dilakukan guru diantaranya adalah pra pembelajaran, membuka pembelajaran, penguasaan materi pelajaran, pendekatan strategi pembelajaran dalam merangsang dan melibatkan siswa dapat belajar supaya siswa dapat termotivasi aktif di kelas, persiapan materi/bahan yang akan diajar, pemanfaatan media/sumber belajar, penggunaan bahasa, membuat rangkuman, dan pelaksanaan tindakan lanjut (memberikan arahan tugas sebagai remidial atau pengayaan).

b. Observasi perilaku siswa

Observasi siswa dilakukan untuk mengetahui perilaku dan sikap siswa ketika melakukan kegiatan belajar mengajar. Objek yang diteliti adalah kesadaran siswa mengikuti pembelajaran dengan guru mata pelajaran perpajakan. Beberapa yang diamati peneliti diantaranya melihat kesiapan siswa, perhatian siswa dalam memasuki pembelajaran, perhatian siswa kepada guru, keaktifan siswa dalam pembelajaran (contoh kegiatannya: tanya jawab, keaktifan bertanya jika ada yang belum dipahami, menjawab pertanyaan dari guru), sikap siswa dalam mencatat hal penting, dan sikap antusias siswa dalam berani memberi tanggapan atau memberi pendapat.

c. Observasi pada kelas

Objek yang diamati adalah kondisi kelas apakah layak digunakan atau tidak, apakah fasilitas kelas sudah mencukupi


(69)

kebutuhan siswa, dan sirkulasi udara yang penting supaya kelas tidak terasa panas.

d. Wawancara pada guru

Kegiatan wawancara guru untuk mengenal strategi/model/media yang digunakan dalam proses kegiatan belajar-mengajar, bagaimana prestasi belajar siswa, bagaimana menghadapi siswa yang kesulitan belajar akuntansi, bagaimana memicu siswa untuk termotivasi belajar sehingga mengalami peningkatan dalam motivasi, sikap kritis, dan prestasi belajar siswa.

2. Pelaksanaan Siklus Pertama pada Materi PPh 21

Pada pelaksanaan ini, terdapat beberapa tahapan yang harus dilakukan antara lain:

a. Menyusun rencana tindakan (planing)

Pada tahap ini dilakukan penyusunan rencana penelitian meliputi: 1) Berdasarkan hasil observasi peneliti dan guru Mata Pelajaran

Perpajakan dalam menyusun perencanaan siklus 1.

2) Peneliti menyusun instrumen pengumpulan data yang meliputi: a) Lembar observasi tindakan guru

Lembar observasi guru digunakan untuk mengetahui perilaku guru selama pembelajaran berlangsung dengan menerapkan strategi pembelajaran Problem Based Learning.


(70)

b) Lembar observasi perilaku siswa

Lembar observasi siswa digunakan untuk mengetahui perilaku siswa selama pembelajaran berlangsung dengan menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning.

c) Lembar observasi kelas

Lembar observasi kelas digunakan untuk mengetahui kondisi kelas selama pembelajaran berlangsung dengan menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning.

d) Lembar refleksi

Refleksi bertujuan untuk menganalisis, memaknai, dan membuat kesimpulan dari proses belajar.

e) Daftar pertanyaan wawancara

Pertanyaan wawancara ini mengenai metode mengajar, keadaan kelas, motivasi siswa, dan sikap kritis siswa.

b. Pelaksanaan PTK (acting)

Dalam tahap ini guru melakukan kegiatan pembelajaran sesuai dengan yang direncanakan. Tahapan pelaksanaan kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut:

1) Kegiatan pembuka

a) Guru memberi salam pembuka. b) Guru memberi apersepsi.


(71)

d) Guru memberi soal Problem Based Learning untuk mengetahui motivasi, sikap kritis, dan prestasi belajar siswa dalam melakukan proses belajar di kelas.

2) Kegiatan inti

a) Guru menjelaskan model pembelajaran PBL.

b) Guru memberi video tentang perhitungan PPh 21 Pribadi sebagai pemahaman materi.

c) Guru membagi siswa ke dalam kelompok, dimana masing-masing beranggotakan 4-5 orang.

d) Setiap kelompok mendapat satu soal dan lembar kertas jawaban yang telah disediakan.

e) Kelompok memecahkan kasus bersama-sama selama diskusi. f) Kelompok akan memperlihatkan hasil karya melalui kegiatan

presentasi di depan kelas dengan menggunakan kertas manila yang telah disediakan.

3) Kegiatan penutup

a) Guru dan siswa bersama-sama mencermati hasil jawaban kelompok yang presentasi.

b) Guru dan siswa merefleksi kegiatan pembelajaran.

c) Guru menutup pembelajaran dengan memberi kesimpulan dari hasil presentasi siswa.


(72)

c. Pengamatan (observing)

Pengamatan dilakukan bersamaan dengan berlangsungnya tahap tindakan. Hal-hal yang diamati adalah perilaku atau keterlibatan siswa, guru, dan kondisi fisik kelas. Pengamatan dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Pengamatan secara langsung dilakukan dengan observasi melakukan observasi terhadap perilaku siswa, perilaku guru, dan perilaku kelas. Pengamatan secara tidak langsung dilakukan dengan mendokumentasikan dalam video recorder.

d. Refleksi/evaluasi (reflecting)

Pada tahap refleksi dilakukan saat akhir pembelajaran. Pada tahap ini guru bersama siswa menganalisis, memaknai, dan membuat kesimpulan dari kegiatan belajar mengajar. Pada tahap ini peneliti dan guru Mata Pelajaran Perpajakan bersama-sama melakukan evaluasi kegiatan pembelajaran pada siklus 1 yang telah dilaksanakan dan melakukan penyimpulan atas hasil observasi. Kekurangan dalam pelaksanaan pembelajaran siklus 1 akan diperbaiki pada siklus 2 sebagai perbaikan.

3. Siklus Kedua pada Materi Perpajakan

Tahap ini pada dasarnya sama dengan siklus pertama, yang berbeda adalah tindakannya. Siklus 2 ini tindakan ditentukan dari hasil refleksi siklus 1.


(1)

(2)

(3)

(4)


(5)

(6)

Lampiran 54