f Tugas menganalisis SKL, KI, KD, buku siswa, dan buku
guru belum sepenuhnya dikerjakan oleh guru dan banyaknya guru yang hanya menjadi plagiat.
g Guru tidak pernah dilibatkan langsung dalam proses
pengembangan Kurikulum 2013 karena pemerintah cenderung melihat guru dan siswa mempunyai kapasitas
yang sama. h
Tidak adanya keseimbangan antara orientasi proses pembelajaran dan hasil dalam Kurikulum 2013 karena
Ujian Nasional masih menjadi faktor penghambat. i
Terlalu banyaknya materi yang harus dikuasai siswa sehingga tidak setiap materi bisa tersampaikan dengan baik,
ditambah persoalan guru yang kurang berdedikasi terhadap mata pelajaran yang diampu.
j Beban belajar siswa dan guru terlalu berat sehingga waktu
belajar di sekolah terlalu lama.
2. Model Pembelajaran Berbasis Masalah
Model pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang melukiskan
prosedur yang
sistematis dalam
mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi
sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar Nurulwati dalam Trianto,
2009: 22. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Model pembelajaran merupakan kerangka konseptual berupa pola prosedur sistematik yang dikembangkan berdasarkan teori dan digunakan
dalam mengorganisasi proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan belajar Sani, 2013: 89. Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan
bahwa, model pembelajaran merupakan suatu rancangan yang dibuat dalam proses belajar mengajar, yang bertujuan agar kegiatan pembelajaran
dapat terorganisasi dan dapat berjalan sesuai dengan apa yang direncanakan.
a. Hakikat Model Pembelajaran Berbasis Masalah
Model pembelajaran berbasis masalah dalam bahasa inggris dikenal dengan problem based learning dapat diartikan berbagai rangkaian
aktivitas pembelajaran yang menekankan para proses penyelesaian masalah yang dihadapai secara ilmiah Hamdatama, 2014: 209. Ia juga
mengatakan terdapat tiga ciri utama model pembelajaran berbasis masalah, yaitu sebagai berikut:
1 Model pembelajaran berbasis masalah merupakan rangkaian
aktivitas pembelajaran, artinya implemetasi MPBM ada sejumlah kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa. MPBM
tidak mengharapkan siswa hanya mendengar, mencatat kemudian menghafal materi pembelajaran, tetapi melalui
MPBM siswa aktif berpikir, berkomunikasi, mencari dan mengolah data, dan akhirnya menyimpulkan.
2 Aktivitas pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan
masalah. MPBM menempatkan masalah sebagai kata kunci dari proses pembelajaran. Artinya, tanpa masalah maka tidak
mungkin ada proses pembelajaran. 3
Pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan metode ilmiah adalah proses berpikir deduktif dan induktif. Proses
berpikir ini dilakukan secara sistematis dan empiris. Sistematis artinya berpikir ilmiah dilakukan melalui tahapan-tahapan
tertentu, sedangkan empiris artinya proses penyelesaian masalah didasarkan pada data dan fakta yang jelas.
Pembelajaran berbasis masalah Problem based learning merupakan salah satu model pembelajaran inovatif yang dapat
memberikan kondisi belajar aktif kepada siswa. PBM adalah suatu model pembelajaran yang melibatkan siswa untuk memecahkan suatu masalah
melalui tahap-tahap metode ilmiah, sehingga siswa dapat mempelajari pengetahuan yang berhubungan dengan masalah tersebut, sekaligus
memiliki keterampilan untuk memecahkan masalah Ward dalam Ngalimun, 2012: 89.
Pendapat lain yang juga dikemukakan oleh Tan dalam Rusman 2013: 232 bahwa pembelajaran berbasis masalah sebagai penggunaan
berbagai macam kecerdasan yang diperlukan untuk melakukan konfrontasi terhadap tantangan dunia nyata, kemampaun untuk menghadapi segala
sesuatu yang baru dan kompleksitas yang ada. Pengertian yang hampir PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
sama tentang model pembelajaran berbasis masalah juga diajukan oleh Duch dalam Shoimin 2014: 130 bahwa Problem Based Learning PBL
atau Pembelajaran Berbasis Masalah PBM adalah model pengajaran yang bercirikan adanya permasalahan nyata sebagai konteks untuk para
peserta didik belajar berpikir kritis dan keterampilan memecahkan masalah serta memperoleh pengetahuan.
Dari beberapa pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran berbasis masalah merupakan model pembelajaran
yang melibatkan siswa untuk memecahkan suatu masalah agar siswa dapat berpikir kritis dan keterampilan memecahkan masalah serta memperoleh
pengetahuan. b.
Karakteristik Model Pembelajaran Berbasis Masalah Tiap-tiap model pembelajaran memiliki karakteristik yang berbeda
agar membedakannya dengan model pembelajaran yang lainnya. Menurut Hamdatama 2014: 209-210 mengatakan model pembelajaran berbasis
masalah memiliki karakteristik sebagai berikut: 1
Belajar dimulai dengan satu masalah 2
Memastikan bahwa masalah tersebut berhubungan dengan dunia nyata siswa
3 Mengorganisasikan pembelajaran seputar masalah, bukan
seputar disiplin ilmu PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4 Memberikan tanggung jawab yang besar kepada siswa dalam
membentuk dan menjalankan secara langsung proses belajar mereka sendiri
5 Menggunakan kelompok kecil
6 Menuntut siswa untuk mendemonstrasikan yang telah mereka
pelajari dalam bentuk produk atau kinerja. Menurut Rusman 2013: 232, Model Pembelajaran Berbasis
Masalah memiliki karakteristik sebagai berikut. a
Permasalahan menjadi starting point dalam belajar. b
Permasalahan yang diangkat adalah permasalahan yang ada di dunia nyata yang tidak terstruktur.
c Permasalahan membutuhkan perspektif ganda multiple
perspective. d
Permasalahan menantang pengetahuan yang dimiliki oleh siswa, sikap, dan kompetensi yang kemudian membutuhkan
identifikasi kebutuhan belajar dan bidang baru dalam belajar. e
Belajar pengarahan diri menjadi hal yang utama. f
Pemanfaatan sumber
pengetahuan yang
beragam, penggunaannya, dan evaluasi sumber informasi merupakan
proses yang esensial dalam Pembelajaran Berbasis Masalah. g
Belajar adalah kolaboratif, komunikasi, dan kooperatif. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
h Pengembangan keterampilan inquiry dan pemecahan masalah
sama pentingnya dengan penguasaan isi pengetahuan untuk mencari solusi dari sebuah permasalahan.
i Keterbukaan proses dalam Pembelajaran Berbasis Masalah
meliputi sintesis dan integrasi dari sebuah proses belajar. j
Pembelajaran Berbasis Masalah melibatkan evaluasi dan review pengalaman siswa dan proses belajar.
Berdasarkan teori yang dikembangkan Barrow, Min Liu dalam Shoimin, 2014: 130 menjelaskan karakteristik dari model pembelajaran
berbasis masalah antara lain: 1
Learning is student-centered Proses pembelajaran berbasis masalah lebih menitikberatkan
kepada siswa sebagai orang belajar. Oleh karena itu, pembelajaran berbasis masalah didukung juga oleh teori
konstruktivisme dimana
siswa didorong
untuk dapat
mengembangkan pengetahuannya sendiri. 2
Authentic problems form the organizing through self-directed learning.
Masalah yang disajikan kepada siswa adalah masalah yang otentik sehingga siswa mampu dengan mudah memahami
masalah tersebut serta dapat menerapkannya dalam kehidupan profesionalnya nanti.
3 New information is acquired through self-directed learning.
Dalam proses pemecahan masalah mungkin saja siswa belum mengetahui dan memahami semua pengetahuan prasyaratnya
sehingga siswa berusaha untuk mencari sendiri melalui sumbernya, baik dari buku atau informasi lainnya.
4 Learning accurs in small groups.
Agar terjadi interaksi ilmiah dan tukar pemikiran dalam usaha membangun pengetahuan secara kolaboratif, pembelajaran
berbasis masalah dilaksanakan dalam kelompok kecil. Kelompok yang dibuat menuntut pembagian tugas yang jelas
dan penetapan tujuan yang jelas. 5
Teachers act as facilitators. Pada pelaksanaan model pembelajaran berbasis masalah ini,
guru hanya berperan sebagai fasilitator. Meskipun begitu guru harus selalu memantau perkembangan aktivitas siswa dan
mendorong mereka agar mencapai target yang hendak dicapai. Berdasarkan uraian di atas, tampak jelas bahwa pembelajaran
dengan model pembelajaran berbasis masalah dimulai oleh adanya masalah yang dalam hal ini dapat dimunculkan oleh siswa dan guru,
kemudian siswa memperdalam pengetahuannya tentang apa yang mereka belum ketahui untuk memecahkan masalah tersebut. Siswa dapat memilih
masalah yang dianggap menarik untuk dipecahkan sehingga siswa terdorong untuk berperan aktif dalam belajar.
c. Langkah-langkah Model Pembelajaran Berbasis Masalah MPBM
Banyak ahli yang menjelaskan bentuk penerapan model pembelajaran berbasis masalah ini. John Dewey seorang ahli pendidikan
berkebangsaan Amerika menjelaskan 6 langkah MPBM yang kemudian dia namakan metode pemecahan masalah problem based Learning ini
dikemukakan dalam Hamdatama 2014: 211-212 sebagai berikut: 1
Merumuskan masalah, yaitu langkah siswa menentukan masalah yang akan dipecahkan.
2 Menganalisis masalah, yaitu langkah siswa meninjau masalah
dari berbagai sudut pandang. 3
Merumuskan hipotesis, yaitu langkah siswa merumuskan berbagai kemungkinan pemecahan masalah sesuai dengan
pengetahuan yang dimilikinya. 4
Mengumpulkan data, yaitu langkah siswa mencari informasi yang diperlukan untuk pemecahan masalah.
5 Pengujian hipotesis, yaitu langkah siswa mengambil atau
merumuskan kesimpulan sesuai dengan penerimaan dan penolakan hipotesis yang diajukan.
6 Merumuskan rekomendasi pemecahan masalah, yaitu langkah
siswa menggambarkan rekomendasi yang dapat dilakukan sesuai rumusan hasil pengajuan hipotesis dan rumusan
kesimpulan. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Adapun yang dikemukakan oleh Amir 2009: 24 terdapat tujuh langkah-langkah model pembelajaran berbasis masalah itu antara lain:
a Mengklarifikasi istilah dan konsep yang belum jelas
Pada tahap pertama ini setiap anggota kelompok harus memastikan bahwa semua anggotanya telah memiliki
pemahaman terhadap berbagai istilah atau konsep yang terdapat di dalam masalah.
b Merumuskan masalah
Pada tahap kedua ini, kelompok harus mampu menjelaskan hubungan yang lebih nyata antara setiap fenomena atau
kejadian. c
Menganalisis masalah Tahap ketiga ini setiap anggota kelompok menyampaikan
pengetahuan yang sudah dimiliki terkait masalah. Setiap kelompok berdiskusi untuk membahas informasi faktual yang
tercantum pada masalah dan juga informasi yang ada dalam pikiran anggota.
d Menata gagasan dan secara sistematis menganalisisnya dengan
dalam Pada tahap ini setiap kelompok melihat keterkaitan dari
bagian-bagian dari masalah yang telah dianalisis sebelumnya kemudian mengelompokkannya; mana yang saling menunjang,
mana yang saling bertentangan, dan sebagainya. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
e Memformulasikan tujuan pembelajaran
Tahap ini dinamakan sebagai tahap perumusan tujuan. Setiap kelompok merumuskan tujuan pembelajaran karena kelompok
sudah mengetahui bagian-bagian pengetahuan yang masih belum jelas dan kurang dipahami. Tujuan pembelajaran
dikaitan dengan analisis masalah yang dibuat. f
Mencari informasi tambahan dari sumber yang lain Pada tahap ini, setiap anggota kelompok harus mencari
informasi tambahan dari sumber yang berbeda. Setiap anggota kelompok belajar sendiri dengan efektif pada tahap ini agar
mendapatkan informasi yang relevan, misalnya menentukan kata kunci dalam pemilihan, memperkirakan topik, penulis, dan
publikasi dari sumber pembelajaran. g Mensintesa menggabungkan dan menguji informasi baru, dan
membuat laporan untuk dosen atau kelas Pada tahap terakhir ini, setiap anggota kelompok
mempresentasikan laporannya di hadapan anggota kelompok lain. Anggota kelompok yang lain memberikan kritikan
terhadap laporan tersebut sehingga menghasilkan pertanyaan- pertanyaan baru yang perlu dijawab dan dicarikan solusinya.
Setelah itu, kelompok menggabungkan informasi-informasi yang penting dari hasil laporan setiap anggotanya. Gabungan
informasi tersebut akan disajikan dalam bentuk paper atau makalah untuk diserahkan kepada guru.
Model pembelajaran berbasis masalah ini tidak dirancang untuk membantu guru memberikan informasi sebanyak-banyaknya kepada siswa.
model ini dikembangkan untuk membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir, pemecahan masalah, keterampilan intelektual,
belajar berperan berbagai orang dewasa melalui pelibatan siswa dalam pengalaman nyata atau simulasi dan menjadi Self-regulated Learner.
Dalam menerapkan model ini, terdapat sintaks model pembelajaran berdasarkan masalah yang dikemukakan oleh Hamdatama 2014: 212
ialah sebagai berikut:
Tabel 1. Sintaks Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah Fase
Peran Guru
1. Orientasi siswa kepada
Masalah Guru menjelaskan tujuan pembelajaran,
menjelaskan segala
hal yang
akan dibutuhkan, memotivasi siswa terlibat
dalam aktivitas pemecahan masalah yang dipilihnya.
2. Mengorganisasi siswa
untuk belajar Guru membantu siswa mendefinisikan dan
mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah.
3. Membimbing penyelidikan
individual maupun kelompok Guru
mendorong siswa
untuk mengumpulkan informasi yang sesuai,
melaksanakan eksperimen
atau pengamatan
untuk mendapatkan
penjelasan dan pemecahan masalah. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4. Mengembangkan dan
menyajikan hasil karya Guru
membantu siswa
dalam merencanakan dan menyajikan karya yang
sesuai, melaksanakan eksperimen atau pengamatan
untuk mendapatkan
penjelasan dan pemecahan masalah. 5.
Menganalisis dan mengevaluasi
proses pemecahan masalah Guru membantu siswa untuk melakukan
refleksi atau
evaluasi terhadap
penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.
d. Manfaat Model Pembelajaran Berbasis Masalah
Model pembelajaran berbasis masalah memiliki banyak manfaat bagi guru dan siswa. Ibrahim dan Nur dalam Trianto 2009: 96
menyebutkan pembelajaran berbasis masalah dengan istilah lain, yaitu pengajaran berdasarkan masalah. Adapun manfaat pengajaran berbasis
masalah yaitu: 1
Membantu siswa
mengembangkan kemampuan
berpikir, pemecahan masalah, dan keterampilan intelektual
2 Belajar berbagai peran orang dewasa melalui pelibatan mereka
dalam pengalaman nyata dan simulasi 3
Menjadi pembelajar yang otonom dan mandiri. Selain itu, Amir 2008: 26 mengungkapkan model pembelajaran berbasis
masalah mempunyai berbagai potensi atau manfaat antara lain: a
Menjadi lebih ingat dan meningkatkan pemahamannya atas materi ajar.
Dengan konteks yang lekat, dan sekaligus melakukan deep learning karena banyak mengajukan pertanyaan menyelidik
bukan surface learning yang sekadar hafal saja, maka pembelajar akan lebih memahami materi.
b Meningkatkan fokus pada pengetahuan yang relevan
Dengan kemampuan pendidik membangun masalah yang sarat dengan konteks praktik, pemelajar bisa “merasakan” lebih baik
konteks operasinya di lapangan. c
Mendorong untuk berpikir. Dengan
proses yang
mendorong pembelajar
untuk mempertanyakan, kritis dan kreatif, pembelajar dianjurkan
untuk tidak terburu-buru menyimpulkan, mencoba menemukan landasan atas argumennya, dan fakta-fakta yang mendukung
alasan. d
Membangun kerja tim, kepemimpinn, dan keterampilan sosial. Model pembelajaran berbasis masalah dikerjakan dalam
kelompok-kelompok kecil, maka dapat mendorong terjadinya pengembangan kecakapan kerja tim, dan kecakapan sosial.
e Membangun kecakapan belajar life-long learning skills.
Dengan struktur
masalah yang
agak mengambang,
merumuskannya, serta dengan tuntutan mencari sendiri pengetahuan yang relevan akan melatih mereka untuk manfaat
ini. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
f Memotivasi belajar.
Dengan adanya model pembelajaran berbasis masalah, kita punya peluang untuk membangkitkan minat dari pembelajar,
karena kita menciptakan masalah dengan konteks pekerjaan. Dengan masalah yang menantang, siswa akan senang dan
bersemangat untuk menyelesaikannya. e.
Kelebihan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Model pembelajaran berbasis masalah ini mempunyai berbagai
macam keunggulan dari pada model-model pembelajaran yang lainnya. Menurut Trianto 2009: 96 mengungkapkan kelebihan dari Model
Pembelajaran Berbasis Masalah antara lain: 1
Realistik dengan kehidupan siswa Model
Pembelajaran Berbasis
Masalah cenderung
mengedepankan masalah nyata yang sering dialami dan ditemui oleh siswa dalam kehidupannya sehari-hari. Dengan
demikian, siswa mudah mengingat dan memahami serta menemukan solusi pemecahannya.
2 Konsep sesuai dengan kebutuhan siswa
Isi pelajaran yang diterapkan dalam Model Pembelajaran Berbasis Masalah disesuaikan dengan kebutuhan siswa karena
cenderung mengambil
masalah-masalah nyata
dalam kehidupan sehari-hari.
3 Memupuk sikap Inquiry siswa
Siswa dilatih untuk memiliki rasa ingin tahu yang tinggi terhadap masalah yang disajikan. Wujud keingintahuan siswa
adalah melalui usaha untuk menemukan solusi terhadap masalah.
4 Retensi konsep jadi kuat
Model Pembelajaran Berbasis masalah membantu siswa untuk menyimpan atau mengingat sebuah kensep secara lebih kuat
dan bertahan lama. Hal demikian terjadi karena masalah yang disajikan merupakan masalah yang tidak asing lagi bagi siswa.
Selain itu, siswa berusaha bekerja sendiri di dalam kelompok dengan memanfaatkan pengetahuan yang telah dimiliki dan
pengetahuan yang diperoleh dari sumber-sumber lain yang dicari sendiri sehingga tidak mudah dilupakan.
5 Memupuk kemampuan problem solving
Siswa dilatih untuk memberikan solusi terhadap masalah yang dihadapi. Solusi yang diberikan harus dipikirkan terlabih
dahulu secara matang dan masuk akal. Selain itu, juga dikatakan oleh Shoimin 2014: 132 diantara beberapa
kelebihan model pembelajaran berbasis masalah ialah sebagai berikut: a
Siswa didorong untuk memiliki kemampuan memecahkan masalah dalam situasi nyata.
b Siswa
memiliki kemampuan
untuk membangun
pengetahuannya sendiri melalui aktivitas belajar. c
Pembelajaran berfokus pada masalah sehingga materi yang tidak ada hubungannya tidak perlu dipelajari oleh siswa.
d Terjadi aktivitas ilmiah pada siswa melalui kerja kelompok.
e Siswa terbiasa menggunakan sumber-sumber pengetahuan,
baik dari perpustakaan, internet, wawancara, dan observasi. f
Siswa memiliki kemampuan menilai kemajuan belajarnya sendiri.
g Siswa memiliki kemampuan untuk melakukan komunikasi
ilmiah dalam kegiatan diskusi atau presentasi hasil pekerjaan mereka.
h Kesulitan belajar siswa secara individual dapat diatasi
melalui kerja kelompok dalam bentuk peer teaching. f.
Kekurangan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Jika dalam suatu model pembelajaran terdapat keunggulan atau
kelebihan, maka tentu juga ada kekurangannya. Model pembelajaran berbasis masalah memiliki beberapa kekurangan. Menurut Shoimin
2014: 132 mengungkapkan ada beberapa kelemahan Model Pembelajaran Berbasis Masalah antara lain:
1 Model Pembelajaran Berbasis Masalah tidak dapat diterapkan
untuk setiap materi pelajaran karena ada bagian tertentu dimana guru harus berperan aktif dalam menyajikan materi.
2 Kelas dengan tingkat keragaman siswa yang tinggi akan
mempersulit siswa dalam pembagian tugas kelompok. Selain itu, menurut Trianto 2009: 97 model pembelajaran berbasis
masalah memiliki empat kekurangan yaitu: a
Persiapan pembelajaran alat, problem, konsep yang belum kompleks.
Konsep dan permasalahan yang disampaikan cenderung rumit dalam tahap persiapan. Media alat yang hendak
digunakan dalam pembelajaran juga cenderung sulit untuk dibuat.
b Sulitnya mencari problem yang relevan.
Pada dasarnya, masalah dalam kehidupan sehari-hari cukup banyak namun sulit untuk disesuaikan dengan materi
pelajaran yang hendak diajarkan kepada siswa. c
Sering terjadi miss-konsepsi. Siswa sering memiliki pandangan yang berbeda-beda terhaap
masalah. Oleh karena itu, guru harus menyesuaikan semua pandangan siswa tersebut agar mencapai satu konsep yang
sama dan sesuai dengan inti materi pelajaran. d
Konsumsi waktu. Model Pembelajaran Berbasis Masalah memerlukan waktu
yang cukup banyak dalam proses penyelidikan masalah. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3. Lembar Kerja Siswa