Pengembangan LKS menggunakan model pembelajaran berbasis masalah pada subtema Indonesiaku, Bangsa Yang Cinta Damai mengacu kurikulum 2013 untuk siswa kelas lima (V) SD.

(1)

viii ABSTRAK

PENGEMBANGAN LKS

MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH PADA SUBTEMA INDONESIAKU, BANGSA YANG CINTA DAMAI MENGACU KURIKULUM 2013 UNTUK SISWA KELAS LIMA (V) SD

Syaifullah Munawar Universitas Sanata Dharma 2016

Penelitian ini dilakukan karena masih banyak guru yang membutuhkan contoh LKS yang menggunakan Model Pembelajaran Berbasis Masalah mengacu kurikulum SD 2013. Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan suatu produk berupa Lembar Kerja Siswa (LKS) yang menggunakan Model Pembelajaran Berbasis Masalah mengacu kurikulum 2013 dengan pendekatan saintifik dan tematik integratif.

Penelitian ini merupakan jenis penelitian pengembangan. Pengembangan LKS ini menggunakan prosedur penelitian dan pengembangan yang merupakan teori dari Borg dan Gall dalam Sugiyono. Prosedur pengembangan tersebut dimodifikasi menjadi sebuah model pengembangan yang lebih sederhana, yang dijadikan landasan dalam penelitian. Prosedur pengembangan tersebut terdiri dari lima langkah yaitu: 1) potensi dan masalah, 2) pengumpulan data, 3) desain produk, 4) validasi ahli, 5) revisi desain, hingga menghasilkan desain produk akhir berupa LKS menggunakan Model Pembelajaran Berbasis Masalah yang mengacu pada kurikulum 2013 untuk siswa kelas lima (V) sekolah dasar. Instrumen dalam penelitian ini adalah daftar pertanyaan wawancara analisis kebutuhan dan kuesioner. Wawancara digunakan untuk analisis kebutuhan kepada guru kelas lima (V) SD N Kalasan 1, Sleman, sedangkan kuesioner digunakan untuk validasi kualitas produk LKS oleh dua orang pakar kurikulum 2013 dan dua orang guru kelas lima (V) sekolah dasar.

Berdasarkan hasil penilaian oleh dua pakar kurikulum 2013 menghasilkan skor 4,68 (Sangat Baik) dan 4,09 (Baik). Penilaian yang dilakukan oleh dua guru kelas lima V SD menghasilkan skor 4,13 (Baik) dan 3,68 (Baik). LKS tersebut memperoleh rata-rata skor 4,14 dengan kategori “Baik”. Hasil validasi tersebut berpedoman pada 12 aspek yaitu 1) judul, 2) kompetensi dasar, 3) waktu penyelesaian, 4) peralatan dan bahan yang dibutuhkan, 5) informasi singkat, 6) langkah kerja, 7) tugas yang harus dilakukan, 8) laporan yang harus dikerjakan, 9) masalah yang ditampilkan, 10) aspek yang dikembangkan, 11) penggunaan EYD, 12) tampilan LKS. Dengan demikian, LKS yang dikembangkan sudah layak digunakan dalam kegiatan pembelajaran yang telah menggunakan Kurikulum 2013 khususnya bagi kelas lima (V) sekolah dasar.

Kata kunci : Kurikulum SD 2013, Lembar Kerja Siswa, Model Pembelajaran Berbasis Masalah.


(2)

ix ABSTRACT

DEVELOPMENT OF STUDENT WORKSHEET

USING PROBLEM BASED LEARNING ON SUBTHEME INDONESIAKU, BANGSA YANG CINTA DAMAI BASED ON 2013 ELEMENTARY CURRICULUM FOR FIFTH GRADE (V) OF ELEMENTARY SCHOOL

Syaifullah Munawar Universitas Sanata Dharma

2016

This research was conducted because there were still many teachers who needed example of student worksheet using problem based learning referring to 2013 Elementary School Curriculum. The main objective of this research was to produce a product in the form student worksheets using problem based learning referring to 2013 Elementary School Curriculum with scaintific approach and integrative thematic approach.

This research was research and development. The development of student worksheets used a procedure of research and development that is the theory of the Borg and Gall in Sugiyono models.The development procedure is modified into a simpler development model, which is used as a basis in research. The development procedure used in this research covered five steps, they were (1) potentian and problem, (2) data gathering, (3) product design, (4) experts’ validation, (5) design revision, which finally produced final product design in the form of student worksheet using problem based learning referring to 2013 Elementary School Curriculum for fifth grade students of elementary school. The research instrument was need analysis interview and questionnaire. The interview was used for the need analysis of teachers of the fifth grade of SD Negeri Kalasan 1, Sleman, while the questionnaire was used to validate the quality of the student worksheets by two experts of 2013 curriculum and two teachers of the fifth grade of elementary school.

According to the validation, the two experts of 2013 curriculum showed result on the score of 4,68 (very good) and 4,09 (good). The validation of the two teachers of the fifth grade of elementary school showed result on the score of 4,13 (good) and 3,68 (good). The student worksheets got mean score 4,14 and it was categorized as “good”. The result of the validation was based on 12 aspects which were: (1) title, (2) basic competence, (3) the time of completion, (4) the equipment and materials required, (5) short information, (6) work step, (7) the task to be performed, (8) reports that must be done, (9) problems shown, (10) aspects that are developed, (11) using of EYD, and (12) the worksheet display. Therefore, the student worksheets which was developed has been approriate use in learning activities that have been using the 2013 curriculum, especially for the fifth grade of elementary school.

Key words: 2013 Elementary School Curriculum, Student Worksheets, Problem based learning.


(3)

PENGEMBANGAN LKS

MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH PADA SUBTEMA INDONESIAKU, BANGSA YANG CINTA DAMAI MENGACU KURIKULUM 2013 UNTUK SISWA KELAS LIMA (V) SD

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

Syaifullah Munawar NIM. 121134255

RINTISAN PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI GURU TERINTEGRASI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2016


(4)

PENGEMBANGAN LKS

MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH PADA SUBTEMA INDONESIAKU, BANGSA YANG CINTA DAMAI MENGACU KURIKULUM 2013 UNTUK SISWA KELAS LIMA (V) SD

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

Syaifullah Munawar NIM. 121134255

RINTISAN PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI GURU TERINTEGRASI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2016


(5)

(6)

(7)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Ucapan syukur dari hati yang paling dalam kepada ALLAH SWT. Para sahabat dan Sang Penolong Sejati yang senantiasa hadir dan memberkati seluruh rangkaian aktivitas penyusunan skripsi ini.

Karya ini juga saya persembahkan untuk:

Ayah dan Ibu tercinta Munawar H.M.S dan Sofia A. Gili

Yang telah mendoakan saya dan mengikhlaskan hati untuk menempuh pendidikan di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Adik-Adik Tersayang

Titin Sulastri Munawar, Faradila Munawar, Insyahria, dan Muhamad Salahudin

Yang telah memberikan senyuman ketika saya lelah dan letih

Secara khusus karya ini saya persembahkan untuk Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta


(8)

v MOTTO

Jadilah seperti padi yang semakin berisi semakin merunduk. Kerjakanlah hal yang bermanfaat untuk diri sendiri dan

orang lain.

Kegagalan hanya terjadi bila kita menyerah Sabar dan tabah yang selalu terbawa agar mencapai

kesuksesan

Jadikanlah shalat sebagai penolong, Ikhlas, dan Istiqomah dalam menjalankannya. Sesungguhnya Allah SWT maha


(9)

(10)

(11)

viii ABSTRAK

PENGEMBANGAN LKS

MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH PADA SUBTEMA INDONESIAKU, BANGSA YANG CINTA DAMAI MENGACU KURIKULUM 2013 UNTUK SISWA KELAS LIMA (V) SD

Syaifullah Munawar Universitas Sanata Dharma 2016

Penelitian ini dilakukan karena masih banyak guru yang membutuhkan contoh LKS yang menggunakan Model Pembelajaran Berbasis Masalah mengacu kurikulum SD 2013. Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan suatu produk berupa Lembar Kerja Siswa (LKS) yang menggunakan Model Pembelajaran Berbasis Masalah mengacu kurikulum 2013 dengan pendekatan saintifik dan tematik integratif.

Penelitian ini merupakan jenis penelitian pengembangan. Pengembangan LKS ini menggunakan prosedur penelitian dan pengembangan yang merupakan teori dari Borg dan Gall dalam Sugiyono. Prosedur pengembangan tersebut dimodifikasi menjadi sebuah model pengembangan yang lebih sederhana, yang dijadikan landasan dalam penelitian. Prosedur pengembangan tersebut terdiri dari lima langkah yaitu: 1) potensi dan masalah, 2) pengumpulan data, 3) desain produk, 4) validasi ahli, 5) revisi desain, hingga menghasilkan desain produk akhir berupa LKS menggunakan Model Pembelajaran Berbasis Masalah yang mengacu pada kurikulum 2013 untuk siswa kelas lima (V) sekolah dasar. Instrumen dalam penelitian ini adalah daftar pertanyaan wawancara analisis kebutuhan dan kuesioner. Wawancara digunakan untuk analisis kebutuhan kepada guru kelas lima (V) SD N Kalasan 1, Sleman, sedangkan kuesioner digunakan untuk validasi kualitas produk LKS oleh dua orang pakar kurikulum 2013 dan dua orang guru kelas lima (V) sekolah dasar.

Berdasarkan hasil penilaian oleh dua pakar kurikulum 2013 menghasilkan skor 4,68 (Sangat Baik) dan 4,09 (Baik). Penilaian yang dilakukan oleh dua guru kelas lima V SD menghasilkan skor 4,13 (Baik) dan 3,68 (Baik). LKS tersebut memperoleh rata-rata skor 4,14 dengan kategori “Baik”. Hasil validasi tersebut berpedoman pada 12 aspek yaitu 1) judul, 2) kompetensi dasar, 3) waktu penyelesaian, 4) peralatan dan bahan yang dibutuhkan, 5) informasi singkat, 6) langkah kerja, 7) tugas yang harus dilakukan, 8) laporan yang harus dikerjakan, 9) masalah yang ditampilkan, 10) aspek yang dikembangkan, 11) penggunaan EYD, 12) tampilan LKS. Dengan demikian, LKS yang dikembangkan sudah layak digunakan dalam kegiatan pembelajaran yang telah menggunakan Kurikulum 2013 khususnya bagi kelas lima (V) sekolah dasar.

Kata kunci : Kurikulum SD 2013, Lembar Kerja Siswa, Model Pembelajaran Berbasis Masalah.


(12)

ix ABSTRACT

DEVELOPMENT OF STUDENT WORKSHEET

USING PROBLEM BASED LEARNING ON SUBTHEME INDONESIAKU, BANGSA YANG CINTA DAMAI BASED ON 2013 ELEMENTARY CURRICULUM FOR FIFTH GRADE (V) OF ELEMENTARY SCHOOL

Syaifullah Munawar Universitas Sanata Dharma

2016

This research was conducted because there were still many teachers who needed example of student worksheet using problem based learning referring to 2013 Elementary School Curriculum. The main objective of this research was to produce a product in the form student worksheets using problem based learning referring to 2013 Elementary School Curriculum with scaintific approach and integrative thematic approach.

This research was research and development. The development of student worksheets used a procedure of research and development that is the theory of the Borg and Gall in Sugiyono models. The development procedure is modified into a simpler development model, which is used as a basis in research. The development procedure used in this research covered five steps, they were (1) potentian and problem, (2) data gathering, (3) product design, (4) experts’ validation, (5) design revision, which finally produced final product design in the form of student worksheet using problem based learning referring to 2013 Elementary School Curriculum for fifth grade students of elementary school. The research instrument was need analysis interview and questionnaire. The interview was used for the need analysis of teachers of the fifth grade of SD Negeri Kalasan 1, Sleman, while the questionnaire was used to validate the quality of the student worksheets by two experts of 2013 curriculum and two teachers of the fifth grade of elementary school.

According to the validation, the two experts of 2013 curriculum showed result on the score of 4,68 (very good) and 4,09 (good). The validation of the two teachers of the fifth grade of elementary school showed result on the score of 4,13 (good) and 3,68 (good). The student worksheets got mean score 4,14 and it was

categorized as “good”. The result of the validation was based on 12 aspects which were: (1) title, (2) basic competence, (3) the time of completion, (4) the equipment and materials required, (5) short information, (6) work step, (7) the task to be performed, (8) reports that must be done, (9) problems shown, (10) aspects that are developed, (11) using of EYD, and (12) the worksheet display. Therefore, the student worksheets which was developed has been approriate use in learning activities that have been using the 2013 curriculum, especially for the fifth grade of elementary school.

Key words: 2013 Elementary School Curriculum, Student Worksheets, Problem based learning.


(13)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur peneliti haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena rahmat dan bimbingan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengembangan LKS Menggunakan Model Pembelajaran Berbasis Masalah pada Subtema Indonesiaku, Bangsa yang Cinta Damai Mengacu

Kurikulum 2013 untuk Siswa Kelas Lima (V) SD”. Skripsi ini disusun sebagai

salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan pada program studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

Penyusunan skripsi ini melibatkan banyak pihak. Kerjasama dan dukungan yang diberikan kepada peneliti sungguh-sungguh menjadi kekuatan terbesar yang membantu terselesaikannya skripsi ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini peneliti menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

2. Christiyanti Aprinastuti, S. Si., M.Pd. selaku Ketua Program Studi PGSD. 3. Drs. Puji Purnomo, M.Si. selaku Dosen pengelola PPGT-PGSD

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

4. Drs. Paulus Wahana, M.Hum. selaku Dosen Pembimbing dan validator Pakar Kurikulum 2013 yang selalu memberikan masukan yang positif dalam bimbingan dan motivasi selama penyusunan skripsi ini serta memberikan bantuan dalam penelitian ini dengan melakukan validasi produk penelitian.

5. Laurensia Aptik Evanjeli, S.Psi., M.A. selaku validator Pakar Kurikulum SD 2013 yang telah memberikan bantuan dalam penelitian ini dengan melakukan validasi produk penelitian

6. Semua dosen dan Staf PGSD yang telah melayani peneliti selama ini. 7. Sarjono, S.Pd., SD. selaku Kepala SD Negeri Kalasan 1 yang telah

memberikan bantuan selama peneliti melakukan penelitian di sekolah. 8. Uswatun Khasanah, S.Pd. selaku guru kelas V SD Negeri Kalasan 1 yang


(14)

xi

9. Elviana Pramitasari, S.Pd. selaku guru kelas V SD Negeri Kalasan 1yang telah membantu peneliti dalam melakukan validasi produk penelitian. 10.Bapak dan Ibu tercinta, Bapak Munawar H.M.S dan Ibu Sofia. A. Gili

yang telah memberikan kepercayaan dan senantiasa mendoakan peneliti selama penelitian dan penyusunan skripsi.

11.Keempat adikku, Titin Sulastri Munawar, Faradila Munawar, Insyahria, dan Muhamad Salahudin yang selalu menyemangati peneliti dalam menyusun skripsi.

12.Teman-teman mahasiswa PPGT angkatan 2012 sebanyak 35 orang yang telah berjuang bersama-sama dengan peneliti selama kurang lebih tiga setengah tahun di Universitas Sanata Dharma.

13.Semua pamong di Sanata Dharma Student Residence yang telah menjaga dan menguatkan peneliti sejak perkuliahan semester awal sampai pada penyusunan skripsi ini.

14.Segenap pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu oleh peneliti; pihak-pihak yang telah membantu dan mendukung secara tidak langsung melalui doa.

Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih belum sempurna. Oleh Karena itu, peneliti mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak untuk melengkapi skripsi ini. Peneliti juga berharap agar skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.


(15)

xii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO.... ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA.... ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN...xvii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 4

E. Batasan Istilah ... 6

F. Spesifikasi Produk yang Dikembangkan ... 7

BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Pustaka ... 9

1. Kurikulum SD 2013 ... 9

a. Pengertian Kurikulum SD 2013 ... 9


(16)

xiii

c. Alasan Perubahan Kurikulum 2013 ... 14

d. Elemen Perubahan Kurikulum 2013 ... 18

e. Pendekatan Saintifik dan Tematik Integratif ... 19

f. Penilaian Otentik ... 27

g. Perangkat Pembelajaran dalam Kurikulum 2013 ... 30

h. Kelebihan dan Kelemahan Kurikulum 2013 ... 37

2. Model Pembelajaran Berbasis Masalah ... 40

a. Hakikat Model Pembelajaran Berbasis Masalah ... 41

b. Karakteristik Model Pembelajaran Berbasis Masalah ... 43

c. Langkah-langkah Model Pembelajaran Berbasis Masalah ... 47

d. Manfaat Model Pembelajaran Berbasis Masalah ... 51

e. Kelebihan Model Pembelajaran Berbasis Masalah ... 53

f. Kekurangan Model Pembelajaran Berbasis Masalah ... 55

3. Lembar Kerja Siswa ... 57

a. Pengertian Lembar Kerja Siswa ... 57

b. Fungsi, Tujuan dan Manfaat Lembar Kerja Siswa ... 58

c. Jenis-jenis Lembar Kerja Siswa ... 59

d. Unsur-unsur Lembar Kerja Siswa ... 60

e. Langkah-langkah Lembar Kerja Siswa ... 61

B. Penelitian yang Relevan ... 63

C. Kerangka Pikir ... 66

D. Pertanyaan Penelitian... 67

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 68

B. Prosedur Penelitian ... 72

1. Potensi dan Masalah ... 74

2. Pengumpulan Data ... 74

3. Desain Produk ... 75

4. Validasi Ahli ... 76

5. Revisi Desain ... 76


(17)

xiv

D. Instrumen Penelitian ... 78

1. Wawancara ... 78

2. Kuesioner ... 80

E. Teknik Analisis Data ... 84

1. Data Kualitatif ... 84

2. Data Kuantitatif ... 84

F. Jadwal Kegiatan Penelitian ... 88

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Analisis Kebutuhan ... 89

1. Hasil Wawancara Analisis Kebutuhan... 90

2. Pembahasan Hasil Wawancara Analisis Kebutuhan ... 95

B. Deskripsi Produk Awal ... 95

1. Lembar Kerja Siswa Model PBM ... 95

C. Data Hasil Validasi Pakar Kurikulum SD 2013 ... 99

D. Data Hasil Validasi Guru SD Kelas V Pelaksana Kurikulum SD 2013...102

E. Kajian Produk Akhir dan Pembahasan... ... 107

1. Kajian Produk Akhir...107

2. Pembahasan...109

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan... 113

B. Keterbatasan Pengembangan... ... 114

C. Saran... ... 115

DAFTAR PUSTAKA... ... 116


(18)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Sintaks Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah ... 50

Tabel 2. Daftar Pertanyaan Wawancara ... 78

Tabel 3. Kuesioner Validasi LKS ... 81

Tabel 4. Konversi Nilai Skala Lima ... 85

Tabel 5. Kriteria Skor Skala Lima... ... 87

Tabel 6. Jadwal Kegiatan Penelitian... ... 88

Tabel 7. Kesamaan Langkah-langkah Pendekatan Saintifik & Model PBM...97

Tabel 8. Saran Pakar Kurikulum SD 2013 dan Revisi... ... 101

Tabel 9. Saran Guru SD Kelas V Pelaksana Kurikulum 2013 dan Revisi...104

Tabel 10. Data Mentah Hasil Validasi ... 105

Tabel 11. Rekapitulasi Skor Validasi Pakar Kurikulum SD 2013 dan Guru SD Kelas V Pelaksana Kurikulum SD 2013 ... 110


(19)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Kerangka Pikir Pengembangan LKS Model PBM... . 66 Gambar 2. Langkah-langkah Pengembangan Borg dan Gall ... 68 Gambar 3. Prosedur Pengembangan LKS Menggunakan Model PBM ... 73


(20)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Silabus ... 118

Lampiran 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Tematik Harian...178

Lampiran 3. Surat Izin Penelitian...307

Lampiran 4. Surat Keterangan Penelitian ... 308

Lampiran 5. Rangkuman Wawancara Analisis Kebutuhan... ... 309

Lampiran 6. Surat Izin Validasi Produk... ... 311

Lampiran 7. Data Mentah Skor Validasi Ahli Kurikulum SD 2013 ... 312

Lampiran 8. Data Mentah Skor Validasi Guru Kelas V SD Pelaksana Kurikulum SD 2013 ... 318

Lampiran 9. Biodata Penulis ... 324 Lampiran 10. Lembar Kerja Siswa (Dicetak Terpisah)


(21)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Proses perubahan pendidikan saat ini dilakukan untuk mengubah pembelajaran di Sekolah. Kurikulum yang sudah dirancang untuk memberikan keleluasan pendidikan agar pendidik dapat memberikan inovasi pembelajaran yang semakin baik dan terarah. Inovasi pendidikan saat ini adalah kurikulum yang mengacu pada kurikulum 2013 dan akan diterapkan dengan pendekatan tematik untuk seluruh sekolah dasar yang ada di Indonesia, yang memberikan perubahan dalam pengajaran di kelas, dan memberikan pengembangan proses belajar anak demi tercapainya kualitas pendidikan yang semakin bermutu.

Dalam Kurikulum 2013, pemerintah menekankan pada dimensi pedagogik modern dalam pembelajaran, yaitu menggunakan pendekatan ilmiah atau pendekatan saintifik (scientific appoach). Pendekatan saintifik mengasah keterampilan siswa dalam mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan membentuk jejaring atau dapat menghubungkan keterkaitan pada semua mata pelajaran. Melalui pendekatan ini, diharapkan siswa dapat meningkatkan atau menyeimbangkan antara kemampuan dalam berinteraksi sosial (soft skill), dan manusia yang memiliki kecakapan intelektual atau pengetahuan (hard skill), yang meliputi aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan.


(22)

Berdasarkan hasil survei kebutuhan guru terkait implementasi kurikulum 2013 dan pengembangan Lembar Kerja Siswa menggunakan model pembelajaran berbasis masalah pada tanggal 30 Juni pukul 10.30 di SDN Kalasan 1 ruangan kelas V dengan Ibu U, Guru sudah memahami tujuan untuk menggantikan kurikulum KTSP dengan kurikulum 2013. Guru juga sudah memahami terkait dengan model pembelajaran yang dilaksanakan pada kurikulum SD 2013 yaitu model pembelajaran yang berpusat pada siswa. Guru juga mengatakan adanya model pembelajaran yang membantu siswa untuk menghadapi dan menyelesaikan masalah hidup sehari-hari dengan menggunakan pendekatan saintifik, pembelajaran berbasis masalah, dan pembelajaran berbasis lingkungan agar proses pembelajaran berjalan dengan baik.

Guru juga memahami pentingnya memberikan Lembar Kerja Siswa yang menggunakan model pembelajaran berbasis masalah dalam kurikulum 2013, lembar kerja tersebut disesuaikan dengan lingkungan dan kondisi lokal yang ada di sekitar. Beberapa permasalahan di atas guru mendapat kesulitan dalam berbagai hal antara lain, mengaplikasikan langkah-langkah pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis masalah, pelaksanaan penilaian otentik yang masih sulit terutama pada aplikasi penilaian yang memudahkan untuk merekap menjadi nilai rapor, serta kurangnya pemahaman guru terkait penggunaan lembar kerja siswa dalam pembelajaran, karena kurangnya pemahaman guru dengan model yang dikembangkan dalam Kurikulum SD 2013 di sekolah.


(23)

Pada saat melakukan wawancara dengan Ibu U, Ibu juga mengatakan ada beberapa masalah pada saat proses pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis masalah, antara lain terdapat pada aspek mengeksplorasi, aspek tersebut sulit dikembangkan karena keterbatasan pemahaman guru. Guru kerap memberikan lembar kerja siswa pada akhir pembalajaran tidak pada setiap pembelajaran yang sedang berlangsung. Guru juga mengatakan kesulitan dalam menyusun dan mengembangkan Lembar Kerja Siswa menggunakan Model Pembelajaran Berbasis Masalah dalam kurikulum 2013, karena membutuhkan waktu yang relatif lama. Kesulitan itu terjadi disebabkan oleh adanya target pokok bahasan perhari.

Oleh karena itu, guru sangat memerlukan contoh-contoh perangkat pembelajaran yang sesuai tuntutan Kurikulum SD 2013 seperti Lembar Kerja Siswa guna untuk mengembangkan pembelajaran berbasis masalah di kelas dan tercapainya tujuan implemetasi Kurikulum 2013 di sekolah dasar. Dengan adanya kesulitan tersebut dan pentingnya diadakan contoh-contoh perangkat pembelajaran Kurikulum SD 2013, maka peneliti mencoba memberi solusi untuk mengatasi masalah tersebut dengan mengembangkan Lembar Kerja Siswa menggunakan Model Pembelajaran Berbasis Masalah pada Subtema Indonesiaku, Bangsa yang Cinta Damai mengacu kurikulum 2013 untuk siswa kelas lima (V) sekolah dasar.


(24)

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dari penelitian ini sebagai berikut:

1. Bagaimana langkah-langkah mengembangkan LKS menggunakan Model Pembelajaran Berbasis Masalah pada Subtema Indonesiaku, Bangsa yang Cinta Damai mengacu Kurikulum 2013 untuk siswa kelas V SD?

2. Bagaimana kualitas produk LKS menggunakan Model Pembelajaran Berbasis Masalah pada Subtema Indonesiaku, Bangsa yang Cinta Damai mengacu Kurikulum 2013 untuk siswa kelas V SD?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini sebagai berikut:

1. Mengembangkan produk LKS menggunakan Model Pembelajaran Berbasis Masalah pada Subtema Indonesiaku, Bangsa yang Cinta Damai mengacu Kurikulum 2013 untuk siswa kelas V SD.

2. Mendeskripsikan kualitas produk LKS menggunakan Model Pembelajaran Berbasis Masalah pada Subtema Indonesiaku, Bangsa yang Cinta Damai mengacu Kurikulum 2013 untuk siswa kelas V SD. D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini sebagai berikut: 1. Bagi mahasiswa

Bagi peneliti dapat memperoleh pengalaman melakukan penelitian

Research and Development (R&D) khususnya penggunaan model


(25)

Lembar Kerja Siswa pada Subtema Indonesiaku, bangsa yang cinta damai mengacu kurikulum 2013 untuk siswa kelas V SD.

2. Bagi guru

Bagi guru dapat memperoleh inspirasi terkait dengan penelitian

Research and Development (R&D), dan memperoleh contoh Lembar

Kerja Siswa dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah pada Subtema Indonesiaku, bangsa yang cinta damai mengacu kurikulum 2013 untuk siswa kelas V SD.

3. Bagi siswa

Bagi siswa dapat memperoleh pembelajaran yang lebih baik dan bermakna sehingga dapat memperoleh prestasi belajar yang memuaskan khususnya dengan penggunaan model pembelajaran berbasis masalah dalam upaya untuk mengembangkan Lembar Kerja Siswa pada Subtema Indonesiaku, bangsa yang cinta damai mengacu kurikulum 2013 untuk siswa kelas V SD.

4. Bagi sekolah

Bagi sekolah, dapat memperoleh contoh Lembar Kerja Siswa dan bahan bacaan tambahan terkait dengan penelitian Research and

Development (R&D) khususnya penggunaan model pembelajaran

berbasis masalah dalam upaya untuk mengembangkan Lembar Kerja Siswa pada Subtema Indonesiaku, bangsa yang cinta damai mengacu kurikulum 2013 untuk siswa kelas V SD.


(26)

5. Bagi Prodi PGSD

Bagi prodi PGSD dapat memperoleh bahan bacaan tambahan perpustakan terkait dengan penelitian Research and Development (R&D) khususnya penggunaan model pembelajaran berbasis masalah dalam upaya untuk mengembangkan Lembar Kerja Siswa pada Subtema Indonesiaku, bangsa yang cinta damai mengacu kurikulum 2013 untuk siswa kelas V SD.

E. Batasan Istilah

Batasan istilah dari penelitian ini sebagai berikut:

1. Kurikulum SD 2013 adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan di sekolah dasar dengan menerapkan pembelajaran tematik integratif, pendekatan saintifik, dan penguatan pendidikan karakter serta mengunakan penilaian otentik.

2. LKS adalah lembar kerja siswa yang diberikan oleh guru untuk mungukur pemahaman siswa terkait materi pelajaran yang telah diberikan pada saat itu bukan diberikan pada waktu akhir pelajaran, namun diberikan pada setiap pembelajaran berlangsung.

3. Pembelajaran berbasis masalah adalah suatu model pembelajaran yang melibatkan siswa untuk memecahkan suatu masalah melalui tahap-tahap metode ilmiah sehingga siswa dapat mempelajari pengetahuan


(27)

yang berhubungan dengan masalah tersebut dan sekaligus memiliki keterampilan untuk memecahkan masalah

F. Spesifikasi Produk yang Dikembangkan

Spesifikasi produk yang akan dikembangkan dari penelitian ini sebagai berikut:

1. Komponen LKS yang disusun lengkap, terdiri dari: a) Identitas LKS yang meliputi:

1) Judul LKS 2) Nama siswa 3) Nomor urut siswa b) Kompetensi Inti c) Kompetensi Dasar d) Indikator

e) Petunjuk atau Langkah Kerja f) Soal

2. LKS dilengkapi dengan RPPTH (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Tematik Harian). Jumlah RPPTH sebanyak 6 buah sesuai dengan jumlah pembelajaran dalam Subtema Indonesiaku, Bangsa yang Cinta Damai.

3. RPPTH memuat langkah-langkah Model Pembelajaran Berbasis Masalah dengan tidak menghilangkan langkah-langkah Pendekatan Saintifik. Kegiatan mengamati, menanya, dan menalar tetap dimunculkan dalam kegiatan inti pembelajaran pada RPPTH.


(28)

4. Petunjuk kerja pada LKS memuat langkah-langkah Model Pembelajaran Berbasis Masalah secara detail dan jelas dan dipadukan dengan langkah-langkah Pendekatan Saintifik.

5. LKS menampilkan masalah nyata yang sering dihadapi oleh siswa dalam kesehariannya sehingga memudahkan siswa dalam menganalisis dan menemukan solusi pemecahannya.

6. LKS menekankan partisipasi aktif siswa dalam menganalisis masalah dan menemukan solusi pemecahannya (siswa beraktivitas secara penuh dalam mengerjakan LKS).

7. LKS terdiri dari dua jenis yaitu LKS yang menuntut siswa untuk bekerja secara individual dan LKS yang menghendaki siswa untuk bekerja secara berkelompok.

8. LKS tidak hanya difokuskan pada pengembangan kemampuan berpikir (kognitif) tetapi juga mencakup aspek afektif (sikap) dan psikomotor (keterampilan).

9. LKS disusun dengan memperhatikan ketentuan penggunaan EYD (Ejaan Yang Disempurnakan), yaitu penulisan huruf kapital dan huruf kecil dalam kata maupun kalimat dan penulisan tanda baca.


(29)

9 BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kajian Pustaka

1. Kurikulum SD 2013

a. Pengertian Kurikulum SD 2013

Berdasarkan undang-undang Nomor 20 tahun 2003; PP Nomor 19 tahun 2005 tentang sistem pendidikan nasional, kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu (Daryanto, 2014: 14). Istilah kurikulum digunakan pertama kali pada dunia olahraga zaman yunani kuno yang berasal dari kata curut dan curere. Kurikulum diartikan sebagai jarak yang harus ditempuh oleh seorang pelari atau mengistilahkannya dengan tempat berpacu atau tempat berlari dari mulai start sampai finish (Sanjaya, 2008: 3).

Secara filosofi pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan dan membentuk peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Berdasarkan pada fungsi dan tujuan pendidikan tersebut maka perubahan atau pengembangan kurikulum haruslah berakar pada budaya bangsa, kehidupan bangsa masa kini, dan masa yang akan datang (Daryanto, 2014: 11). Kunandar (2014:15) menjelaskan bahwa Indonesia sebagai bangsa dan negara akan


(30)

terus menjalani sejarahnya. Ibarat sebuah organisme, negara Indonesia lahir, tumbuh, berkembang, dan mempertahankan kehidupannya untuk mencapai apa yang dicita-citakan di awal kelahirannya. Cita-cita luhur tersebut tercantum dalam UUD 1945 alinea ke empat, yakni melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.

Kurikulum merupakan suatu rencana yang memberi pedoman atau pegangan dalam proses kegiatan belajar (Sukmadinata, 2007: 5). Orientasi kurikulum 2013 akan ada terjadinya peningkatan dan keseimbangan antara kompetensi sikap (attitude), keterampilan (skill), dan pengetahuan (knowledge). Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa, kurikulum 2013 merupakan suatu pegangan atau pedoman yang berisikan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan.

b. Karakteristik dan Implementasi Kurikulum 2013

Kurikulum 2013 memiliki beberapa ciri yang paling mendasar (Kurinasih dan Sani, 2013: 22) menyatakan sebagai berikut:

1) Menuntut kemampuan guru dalam berpengetahuan dan mencari tahu pengetahuan sebanyak-banyaknya karena siswa zaman


(31)

sekarang telah mudah mencari informasi dengan bebas melalui perkembangan teknologi dan informasi.

2) Siswa lebih didorong untuk memiliki tanggung jawab kepada lingkungan, kemampuan interpersonal, antarpersonal, maupun memiliki kemampuan berpikir kritis.

3) Memiliki tujuan agar terbentuknya generasi produktif, kreatif, inovatif, dan efektif.

4) Khusus untuk tingkat sekolah dasar, pendekatakan tematik

integrative memberi kesempatan siswa untuk mengenal dan

memahami suatu tema dalam berbagai mata pelajaran.

5) Pelajaran IPA dan IPS diajarkan dalam berbagai mata pelajaran Bahasa Indonesia.

Pemerintah melalui kementrian pendidikan dan kebudayaan pada tahun 2013 mengimplementasikan kurikulum baru sebagai penyempurnaan kurikulum sebelumnya (KTSP) yang diberi nama kurikulum 2013. Latar belakang lahirnya kurikulum 2013 menurut Kunandar (2014: 21-22) adalah sebagai berikut:

a) Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2010 – 2014, diamanatkan penerapan metodologi pendidikan yang tidak lagi berupa pengajaran demi kelulusan ujian (teaching to the test), tetapi pendidikan menyeluruh yang memerhatikan kemampuan sosial, watak, budi pekerti, kecintaan terhadap budaya bahasa Indonesia


(32)

melalui penyesuaian sistem Ujian Akhir Nasional (UAN) pada 2011 dan penyempurnaan kurikulum SD dan menengah sebelum tahun 2011 yang diterapkan 25% sekolah pada 2012 dan 100% pada 2014.

b) Ada beberapa hal yang perlu dilakukan penyempurnaan dalam kurikulum sebelumnya (KTSP 2006), yakni (1) konten kurikulum masih terlalu padat yang ditunjukkan dengan banyaknya mata pelajaran dan banyak materi yang keluasan dan tingkat kesukarannya melampaui tingkat perkembangan usia anak, (2) kurikulum belum sepenuhnya berbasis kompetensi sesuai dengan tuntutan fungsi dan tujuan pendidikan nasional, (3) kompetensi belum menggambarkan secara holistik domain sikap, keterampilan, dan pengetahuan, (4) kompetensi yang dibutuhkan sesuai dengan perkembangan kebutuhan belum terakomodasi secara eksplisit di dalam kurikulum, (5) kurikulum belum peka dan tanggap terhadap perubahan sosial yang terjadi pada tingkat lokal, nasional, maupun global, (6) standar proses pembelajaran belum menggambarkan urutan pembelajaran yang rinci sehingga membuka peluang penafsiran yang beraneka ragam dan berujung pada pembelajaran yang berpusat pada guru, (7) standar penilaian belum mengarah pada penilaian berbasis


(33)

kompetensi (proses dan hasil) dan belum tegas menuntut adanya remidiasi secara berkala.

Kurikulum 2013 tetap berbasis kompetensi. Kurikulum berbasis

kompetensi adalah “outcomes-based curriculum” dan oleh karena itu, pengembangan kurikulum diarahkan pada pencapaian kompetensi yang dirumuskan dari standar kompetensi lulusan (SKL). Demikian juga penilaian hasil belajar dan hasil kurikulum diukur dari pencapaian kompetensi. Menurut Kunandar (2014: 24-25) adalah sebagai berikut:

(a) Mengembangkan keseimbangan antara pengembangan sikap spiritual dan sosial, rasa ingin tahu, kreativitas, kerja sama dengan kemampuan intelektual, dan psikomotorik

(b) Sekolah merupakan bagian dari masyarakat yang memberikan pengalaman belajar terencana dimana peserta didik menerapkan apa yang dipelajari di sekolah ke masyarakat dan memanfaatkan masyarakat sebagai sumber belajar

(c) Mengembangkan sikap, pengetahuan, dan keterampilan serta menerapkannya dalam berbagai situasi di sekolah dan masyarakat

(d) Memberi waktu yang cukup leluasa untuk mengembangkan berbagai sikap, pengetahuan, dan keterampilan

(e) Kompetensi dinyatakan dalam bentuk kompetensi inti kelas yang dirinci lebih lanjut dalam kompetensi dasar mata pelajaran


(34)

(f) Kompetensi inti kelas menjadi unsur pengorganisasian (organizing elements) kompetensi dasar, dimana semua kompetensi dasar dan proses pembelajaran yang dikembangkan untuk mencapai kompetensi yang dinyatakan dalam kompetensi inti

(g) Kompetensi dasar dikembangkan didasarkan pada prinsip akumulatif, saling memperkuat (reinforced), dan memperkaya (enriched) antarmata pelajaran dan jenjang pendidikan (organisasi horisontal dan vertikal)

Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kurikulum 2013, kompetensi yang harus dicapai pada tiap akhir jenjang kelas dinamakan kompetensi inti. Kompetensi inti bukan untuk diajarkan melainkan untuk dibentuk melalui pembelajaran berbagai kompetensi dasar dari sejumlah mata pelajaran yang relevan. Kompetensi inti menyatakan kebutuhan kompetensi peserta didik, sedangkan mata pelajaran adalah pasokan kompetensi. Dengan demikaian, kompetensi inti berfungsi sebagai unsur pengorganisasi (organisasi elemen) kompetensi dasar.

c. Alasan Perubahan Kurikulum 2013

Menurut Ladjid (2005: 7) mengatakan bahwa ada beberapa faktor penyebab terjadinya perubahan kurikulum antara lain: Perluasan dan pemerataan kesempatan belajar, peningkatan mutu pendidikan, relevansi pendidikan dan efektivitas serta efisiensi pendidikan. Berdasarkan


(35)

Kemdikbud (2013) dalam Kunandar (2014: 27-29) mengatakan pengembangan kurikulum didasarkan pada prinsip-prinsip sebagai berikut: 1) Kurikulum satuan pendidikan atau jenjang pendidikan bukan merupakan daftar mata pelajaran. Atas dasar prinsip tersebut maka kurikulum sebagai rencana adalah rancangan untuk konten pendidikan yang harus dimiliki oleh seluruh peserta didik setelah menyelesaikan pendidikannya disatu satuan atau jenjang pendidikan tertentu.

2) Standar kompetensi kelulusan ditetapkan untuk satu satuan pendidikan, jenjang pendidikan, dan program pendidikan. Sesuai dengan fungsi dan tujuan jenjang pendidikan dasar dan pendidikan menengah serta fungsi dan tujuan dari masing-masing satuan pendidikan pada setiap jenjang pendidikan maka pengembangan kurikulum didasarkan pula atas standar kompetensi lulusan pendidikan dasar dan pendidikan menengah serta standar kompetensi satuan pendidikan.

3) Model kurikulum berbasis kompetensi ditandai oleh pengembangan kompetensi berupa sikap, pengetahuan, keterampilan berpikir, dan keterampilan psikomotorik yang dikemas dalam berbagai mata pelajaran.

4) Kurikulum didasarkan pada prinsip bahwa setiap sikap, keterampilan dan pengetahuan yang dirumuskan dalam


(36)

kurikulum berbentuk kemampuan dasar dapat dipelajari dan dikuasai setiap peserta didik (mastery learning) sesuai dengan kaidah kurikulum berbasis kompetensi.

5) Kurikulum dikembangkan dengan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan perbedaan dalam kemampuan dan minat. Atas dasar prinsip perbedaan kemampuan individual perserta didik untuk memiliki tingkat penguasaan diaas standar yang telah ditentukan. Oleh karena itu, beragam program dan pengalaman belajar disediakan sesuai dengan minat dan kemampuan awal peserta didik 6) Kurikulum berpusat pada potensi, perkembangan,

kebutuhan, dan kepentingan peserta didik serta lingkungannya. Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa peserta didik berada pada posisi sentral dan aktif dalam belajar.

7) Kurikulum harus tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan budaya, teknologi, dan seni. Kurikulum dikembangkan atas dasar kesadaran bahwa ilmu pengetahuan, budaya, teknologi, dan seni berkembang secara dinamis. Oleh karena itu, konten kurikulum harus selalu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan, buadaya, dan seni; membangun rasa ingin tahu dan kemampuan bagi


(37)

peserta didik untuk mengikuti dan memanfaatkan secara tepat hasil-hasil ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. 8) Kurikulum harus relevan dengan kebutuhan kehidupan.

Pendidikan tidak boleh memisahkan peserta didik dari lingkungannya dan pengembangan kurikulum didasarkan kepada prinsip relevansi pendidikan dengan kebutuhan dan lingkungan hidup.

9) Kurikulum diarahkan kepada proses pengembangan, pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlansung sepanjang hayat. Pemberdayaan peserta didik untuk belajar sepanjang hayat dirumuskan dalam sikap, keterampilan, dan pengetahuan dasar yang dapat digunakan untuk mengembangkan budaya belajar.

10)Kurikulum dikembangkan dengan memerhatikan kepentingan nasional dan kepentingan daerah untuk membangun kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Kepentingan nasional dikembangkan melalui penentuan struktur kurikulum, standar kemampuan/SK, dan kemampuan dasar/KD serta silabus.

11)Penilaian hasil belajar ditujukan untuk mengetahui dan memperbaiki pencapaian kompetensi. Instrumen penilaian hasil belajar adalah alat untuk mengetahui kekuarangan yang dimiliki setiap peserta didik atau sekelompok peserta didik.


(38)

d. Elemen Perubahan Kurikulum 2013

Inovasi pendidikan dalam bidang kurikulum dari KTSP menuju Kurikulum 2013 tentunya tidak serta merta dilakukan pemerintah tanpa alasan tertentu yang memberi dampak perubahan positif ke arah yang lebih baik. Kurikulum 2013 yang dirancangkan pemerintah saat ini memilik rasional dan elemen perubahan dari kurikulum sebelumnya. Dalam suatu sistem pendidikan, kurikulum itu sifatnya dinamis serta selalu dilakukan perubahan dan pengembangan, agar dapat mengikuti perkembangan dan tantangan zaman. Perlunya perubahan kurikulum 2013 disorong oleh beberapa hasil studi Internasional tentang kemampuan peserta didik Indonesia dalam kancah Internasional. Perubahan kurikulum, karena adanya beberapa kelemahan yang ditemukan dalam KTSP 2006 menurut yang di ungkapkan Mulyasa (2013: 60) ialah antara lain:

1) Isi dan pesan-pesan kurikulum masih terlalu padat, yang ditunjukan dengan banyaknya mata pelajaran dan banyak materi yang keluasan dan kesukarannya meliputi tingkat perkembangan usia anak.

2) Kurikulum belum mengembangakan kompetensi secara utuh sesuai dengan visi, misi, dan tujuan pendidikan nasional. 3) Kompetensi yang dikembangkan lebih didominasi oleh aspek

pengetahuan, belum sepenuhnya menggambarkan pribadi peserta didik (pengetahuan, keterampilan, dan sikap).


(39)

4) Berbagai kompetensi yang diperlukan sesuai dengan perkembangan masyarakat, seperti pendidikan karakter, kesadaran lingkungan, pendekatan dan metode pembelajaran lonstruktifisitik, keseimbangan soft skills and hard skills, serta jiwa kewirausahaan, belum terakomodasi di dalam kurikulum.

5) Kurikulum belum peka dan tanggap terhadap berbagai perubahan sosial yang terjadi pada tingkat lokal, nasional maupun global.

6) Standar proses pembelajaran belum menggambarkan urutan pembelajaran yang rinci sehingga membuka peluang penafsiran yang beraneka ragam dan berujung pada pembelajaran yang berpusat pada guru.

7) Penilaian belum menggunakan standar penilaian berbasis kompetensi, serta belum tegas memberikan layanan remediasi dan pengayaan secara berkala.

e. Pendekatan Saintifik dan Tematik Integratif

Pendekatan saintifik atau pendekatan ilmiah adalah sebuah pendekatan yang berbasis ilmiah dengan merujuk pada kegiatan menginvestigasi atas sesuatu atau beberapa fenomena, gejala dengan tujuan memperoleh pengetahuan baru, atau mengoreksi dan memadukan pengetahuan sebelumnya. Dalam pendekatan saintifik menekankan kegiatan berbasis metode ilmiah yang meliputi mengamati, menanya,


(40)

menalar, mencoba, dan membentuk jejaring untuk semua mata pelajaran. Pendekatan ilmiah ini mempunyai ciri tertentu yang terdiri dari dimensi pengamatan, penalaran, penemuan, pengasahan, dan penjelasan tentang suatu kebenaran. Proses pembelajaran dalam pendekatan saintifik harus dilaksanakan dengan menggunakan nilai-nilai, prinsip-prinsip, atau kriteria.

Pada Kurikulum 2013 pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran yaitu pendekatan tematik integratif. Pendekatan tematik integratif menurut Daryanto (2014: 45-46) menjelaskan bahwa tematik integratif adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan tema sentral untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran ke dalam topik-topik tertentu, sehingga topik tersebut dapat dikembangkan ke dalam konsep-konsep yang sesuai dengan tema sentralnya.

Kurikulum 2013 SD/MI menggunakan pendekatan pembelajaran tematik integratif dari kelas I sampai kelas IV. Pembelajaran tematik integratif merupakan pendekatan pembelajaran yang mengintegrasikan berbagai kompetensi dari berbagai mata pelajaran ke dalam berbagai tema (Majid, 2014: 86). Beberapa prinsip yang berkenaan dengan pembelajaran tematik integratif menurut Majid (2014: 89) adalah sebagai berikut.

1) Pembelajaran tematik integratif memiliki satu tema yang aktual, dekat dengan dunia siswa dan ada dalam kehidupan sehari-hari. Tema ini menjadi alat pemersatu materi yang beragam dari beberapa mata pelajaran.


(41)

2) Pembelajaran tematik integratif perlu memilih materi beberapa mata pelajaran yang mungkin saling terkait.

3) Pembelajaran tematik integratif tidak boleh bertentangan dengan tujuan kurikulum yang berlaku, tetapi sebaliknya pembelajaran tematik integratif harus mendukung pencapaian tujuan utuh kegiatan pembelajaran yang termuat di dalam kurikulum.

4) Materi pembelajaran yang dapat dipadukan dalam satu tema selalu mempertimbangkan karakteristik siswa seperti minat, kemampuan, kebutuhan, dan pengetahuan awal.

5) Materi pelajaran yang dipadukan tidak terlalu dipaksakan, artinya materi yang tidak mungkin dipadukan tidak usah dipadukan.

Selain itu, Majid (2014: 89-90) menjelaskan bahwa pembelajaran tematik di sekolah dasar memiliki karakteristik, sebagai berikut.

a) Berpusat pada siswa

Pembelajaran tematik berpusat pada siswa. Hal ini sesuai dengan pendekatan belajar modern yang lebih banyak menempatkan siswa sebagai subjek belajar, sedangkan guru lebih banyak berperan sebagai fasilitator.

b) Memberikan pengalaman langsung

Pembelajaran tematik dapat memberikan pengalaman langsung kepada siswa. Dengan pengalaman langsung, siswa dihadapkan pada sesuatu yang nyata sebagai dasar untuk memahami hal-hal yang lebih abstrak


(42)

c) Pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas

Dalam pembelajaran tematik, pemisahan antar mata pelajaran menjadi tidak begitu jelas. Fokus pembelajaran diarahkan kepada pembahasan tema-tema paling dekat berkaitan dengan kehidupan siswa.

d) Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran.

Pembelajaran tematik menyajikan konsep-konsep dari berbagai mata pelajaran dalam suatu proses pembelajaran. Dengan demikian, siswa mampu memahami konsep tersebut secara utuh. Hal ini diperlukan untuk membantu siswa dalam memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari.

e) Bersifat fleksibel

Pembelajaran tematik bersifat luwes (fleksibel) dimana guru dapat mengaitkan bahan ajar dari satu mata pelajaran dengan mata pelajaran yang lainnya, bahkan mengaitkannya dengan kehidupan siswa dan keadaan lingkungan dimana sekolah dan siswa berada.

f) Menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan.

Barringer (dalam Abidin, 2014: 125) mengemukakan bahwa

“pembelajaran saintifik merupakan pembelajaran yang menuntut siswa

berpikir secara sistematis dan kritis dalam upaya memecahkan masalah yang penyelesaiannya tidak mudah dilihat. Abidin (2014: 127) juga


(43)

menjelaskan “pendekatan saintifik pada dasarnya adalah model

pembelajaran yang dilandasi pendekatan ilmiah dalam pembelajaran yang diorientasikan guna membina kemampuan siswa memecahkan masalah melalui serangkaian aktivitas inkuiri yang menuntut kemampuan berpikir kritis, berpikir kreatif, dan berkomunikasi dalam upaya meningkatkan pemahaman siswa.

Hosnan (2014: 34) menjelaskan pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengonstruk konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati, merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan, dan mengomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang ditemukan. Menurut Kemendikbud 2013 kriteria pembelajaran dengan pendekatan saintifik antara lain:

(1) Materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu, bukan sebatas kira-kira, khayalan, legenda, atau dongeng semata.

(2) Penjelasan guru, respon siswa, dan interaksi edukatif guru-siswa terbebas dari prasangka yang serta merta, pemikiran subjektif, atau penalaran menyimpang dari alur berpikir logis.


(44)

(3) Mendorong dan menginspirasi siswa berpikir secara kritis, analitis, dan tepat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan mengaplikasikan materi pembelajaran.

(4) Mendorong dan menginspirasi siswa mampu berpikir hipotetik dalam melihat perbedaan, kesamaan, dan tautan satu sama lain dari materi pembelajaran.

(5) Mendorong dan menginspirasi siswa mampu memahami, menerapkan, dan mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif dalam merespon materi pembelajaran. (6) Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat

dipertanggungjawabkan.

Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana dan jelas, namun menarik sistem penyajiannya. Selain merujuk pada kriteria pendekatan saintifik yang telah dipaparkan di atas, pembelajaran dengan pendekatan saintifik mempunyai langkah-langkah pembelajaran dengan mengacu pada tiga ranah pengembangan yaitu, sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Ranah sikap menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik tahu tentang “Mengapa”. Ranah pengetahuan menggamit tranformasi subtansi atau materi ajar agar peserta didik tahu

tentang “Apa”. Ranah keterampilan menggamit tranformasi subtansi atau materi ajar agar peserta didik tahu tentang “Bagaimana”. Hasil akhirnya adalah peningkatan dan kesimbangan antara kemampuan untuk menjadi


(45)

manusia yang baik (soft skill) dan manusia yang memiliki kecakapan dan pengetahuan untuk hidup secara layak (hard skill) dari peserta didik yang meliputi kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Adapun langkah-langkah pembelajaran dalam pendekatan saintifik antara lain:

(a) Mengamati

Menemukan fakta bahwa ada hubungan antara obyek yang dianalisis dengan materi pembelajaran yang digunakan oleh guru.

(b) Menanya

Pada saat kegiatan menanya guru dapat membimbing atau memandu peserta didiknya belajar dengan baik. Ketika guru menjawab pertanyaan, guru sebenarnya sedang menanamkan sikap kepada siswa agar menjadi penyimak dan pembelajar yang baik.

(c) Menalar

Penalaran yaitu proses berpikir yang logis dan sistematis atas fakta-fakta empiris yang dapat diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan. Dalam kegiatan ini peserta didik mencoba mengkoneksikan antara pengetahuan baru yang didapat dengan pengetahuan sebelumnya untuk menjadi sebuah temuan pengetahuan, baik untuk mengoreksi atau pun memperoleh pelajaran baru.


(46)

(d) Mencoba

Dalam kegiatan ini peserta didik mencoba melakukan eksperimen terkait materi pembelajaran untuk menemukan kesimpulan dan mengetahui secara langsung apa yang sedang mereka pelajari. Selama proses ini berlangsung guru ikut membimbing peserta didik yang bertujuan untuk mengatasi dan memecahkan masalah-masalah yang akan menghambat kegiatan pembelajaran.

(e) Membentuk Jejaring atau Mengkomunikasikan

Membentuk jejaring merupakan filsafat interaksi dan gaya hidup manusia yang menempatkan dan memaknai kerjasama untuk memudahkan suatu usaha demi mencapai tujuan bersama.

Kurniasi dan Sani (2014: 53) juga menjelaskan bahwa pendekatan saintifik (sientifik approach) dalam pembelajaran yang memiliki komponen proses pembelajaran yang meliputi kegiatan mengamati, menanya, mencoba atau mengumpulkan informasi, menalar atau asosiasi, dan membentuk jejaring atau melakukan komunikasi.

Berdasarkan berbagai uraian dan penjelasan para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa pendekatan saintifik ialah kegiatan pembelajaran yang dapat membantu atau melatih siswa dalam mengembangkan kemampuan mengamati, mananya, menalar dan mencoba serta mengkomunikasikan hasil pembelajarannya. Melalui langkah-langkah dalam pendekatan


(47)

saintifik, kegiatan pembelajaran lebih terstrukur dan terarah, serta membantu meningkatkan kemampuan akademik siswa dalam belajar. f. Penilaian Otentik

Penilaian merupakan proses penafsiran atas berbagai data tentang hasil belajar siswa. Tujuan penilaian adalah untuk mengetahui tingkat penguasaan atau pencapaian tujuan atau indikator pelajaran, dan menentukan tindak lanjut berikutnya yang mungkin diberikan atas tingkat pencapaian tujuan pelajaran (Kosasi, 2014: 133). Penilaian adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar siswa (Kunandar, 2013: 35).

Penilaian secara menyeluruh meliputi penilaian dalam tiga aspek, yaitu sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Aspek sikap dinilai sesuai dengan rumusan Kompetensi Dasar yang terdapat di dalam Kompetensi Inti 1 dan Kompetensi Inti 2. Kompetensi Inti 1 mencakup sikap spiritual, sedangkan Kompetensi Inti 2 mencakup sikap sosial. Aspek pengetahuan dinilai berdasarkan rumusan Kompetensi Dasar yang terdapat di dalam Kompetensi Inti 3. Aspek keterampilan dinilai sesuai dengan Kompetensi Dasar yang terdapat di dalam Kompetensi Inti 4.

Penilaian pada setiap aspek dapat dilakukan melalui teknik yang bermacam-macam. Permendikbud dalam Kosasih (2014: 134) menyebutkan beberapa teknik penilaian sikap, yaitu: observasi, penilaian diri, penilaian antar siswa, dan penilaian dengan jurnal. Penilaian pengetahuan dapat dilakukan melalui tes lisan, tes tertulis, dan penugasan,


(48)

sedangkan penilaian keterampilan dilakukan melalui penilaian praktik, penilaian proyek, dan penilaian portofolio.

Kurniasih dan Sani (2013: 61) juga mengajukan pendapat yang sama tentang teknik penilaian dalam Kurikulum 2013. Namun pada aspek pengetahuan, teknik penilaian hanya berupa tes tulis dan tes lisan, sedangkan aspek keterampilan terdiri dari penilaian performace atau kinerja, penilaian produk, penilaian proyek, dan portofolio. Di bawah ini adalah penjelasan tentang teknik-teknik penilaian dalam setiap aspek.

1) Sikap a) Observasi

Observasi merupakan teknik penilaian yang dilakukan secara berkesinambungan dengan menggunakan indra, baik secara langsung maupun tidak langsung dengan menggunakan format observasi yang berisi sejumlah indikator perilaku yang diamati. b) Penilaian diri

Penilaian diri merupakan teknik penilaian dengan cara meminta peserta didik untuk mengemukakan kelebihan dan kekurangan dirinya terkait kompetensi yang hendak dicapai. Instrumen yang digunakan adalah lembar penilaian diri.

c) Penilaian antar teman

Penilaian antar teman merupakan teknik penilaian dengan cara meminta peserta didik untuk saling menilai terkait kompetensi


(49)

yang hendak dicapai. Instrumen yang digunakan adalah lembar penilaian teman sejawat.

d) Jurnal

Jurnal merupakan catatan pendidik di dalam dan di luar kelas yang berisi informasi hasil pengamatan tentang kekuatan dan kelemahan peserta didik yang berkaitan dengan sikap dan perilaku.

2) Pengetahuan

a) Tes tulis adalah tes yang soal dan jawabannya tertulis. Bentuk-bentuk tes tulis antara lain: pilihan ganda, isian, benar-salah, menjodohkan, dan uraian.

b) Tes lisan

Tes lisan adalah tes yang diberikan oleh guru kepada peserta didik secara lisan (diucapkan) sehingga peserta didik menjawab pertanyaan tersebut.

c) Penugasan

Penugasan diberikan oleh guru untuk mengukur sejumlah kompetensi siswa yang kompleks sehingga tidak memungkinkan siswa untuk mengerjakannya di dalam kelas. 3) Keterampilan

a) Performance atau kinerja

Penilaian performance atau kinerja adalah penilaian yang meminta siswa untuk melakukan suatu tugas pada situasi yang


(50)

sesungguhnya dengan menerapkan pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan.

b) Produk

Penilaian produk adalah penilaian terhadap kemampuan peserta didik dalam membuat produk teknologi dan seni tiga dimensi. Guru tidak hanya menilai hasil akhir dari pekerjaan siswa namun juga prosesnya.

c) Proyek

Penilaian proyek adalah penilaian terhadap tugas yang mengandung investigasi dan harus diselesaikan dengan periode atau waktu tertentu. Proyek dilakukan melalui tiga tahap yaitu: perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan.

d) Portofolio

Penilaian portofolio adalah penilaian melalui sekumpulan karya peserta didik yang tersusun secara sistematis dan terorganisasi. Penilaian portofolio dilakukan selama kurun waktu tertentu. Penilaian portofolio memberikan gambaran secara menyeluruh tentang proses dan pencapaian hasil belajar peserta didik. g. Perangkat Pembelajaran dalam Kurikulum 2013

1) Silabus

Silabus merupakan salah satu produk nyata yang dapat diamati sebagai hasil dari aktivitas pengembangan kurikulum. Silabus adalah rencana pembelajaran pada satu atau kelompok mata pelajaran atau tema


(51)

tertentu yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar (Departemen Pendidikan Nasional dalam Akbar (2013: 7). Silabus disusun berdasarkan sistem pendidikan nasional yang berlaku. Penyusunan silabus dalam Kurikulum 2013 dilakukan oleh pihak pemerintah pusat khususnya Departemen Pendidikan Nasional. Meskipun demikian, silabus tersebut dapat dikembangkan oleh para guru sesuai dengan kondisi lingkungan belajar di daerah setempat.

Silabus merupakan acuan dalam pengembangan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Pernyataan tersebut sejalan dengan pendapat Kosasih (2014: 144) bahwa silabus adalah pedoman rencana pembelajaran yang fungsinya sebagai acuan pengembangan RPP. Menurut Akbar (2013: 8) ada beberapa komponen yang terdapat dalam silabus yaitu:

a) Identitas mata pelajaran

Identitas mata pelajaran berisi nama sekolah, mata pelajaran/tema, dan kelas/semester.

b) Standar kompetensi

Standar kompetensi sebagai kualifikasi kemampuan minimal peserta didik yang menggambarkan penguasaan sikap, pengetahuan, dan keterampilan sesuai sikap dan atau semester. Standar kompetensi dalam silabus diambil dari standar isi yang


(52)

telah ditentukan oleh Kementerian Pendidikan Nasional (Chamsiatin dalam Akbar (2013: 8).

c) Kompetensi dasar

Kompetensi dasar adalah sejumlah kemampuan atau kompetensi yang harus dimiliki oleh peserta didik pada mata pelajaran tertentu. Kompetensi dasar disusun berdasarkan standar kompetensi yang sudah ada.

d) Materi pokok

Materi pokok adalah inti pelajaran yang harus dipelajari dan dikuasai oleh peserta didik sebagai sarana untuk mencapai kompetensi dasar yang sudah ditentukan.

e) Kegiatan Belajar Mengajar (KBM)

Inti Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) adalah pengalaman belajar peserta didik. Pengalaman belajar melibatkan proses mental dan fisik peserta didik dengan teman-temannya, para guru, media, dan sumber pembelajaran, serta lingkungan belajar yang menunjang pencapaian kompetensi. Kegiatan Belajar Mengajar harus memperhatikan urutan rangkaian kegiatan belajar, hirarki dalam penyajian materi pelajaran, dan kemampuannya untuk terwujud atau tercermin dalam kegiatan belajar peserta didik.


(53)

f) Indikator pencapaian kompetensi

Indikator merupakan penanda perubahan nilai, pengetahuan, sikap, keterampilan, dan perilaku yang dapat diukur. Indikator menjadi acuan dalam penyusunan tujuan pembelajaran. Penyusunan indikator harus memperhatikan penggunaan kata kerja operasional berdasarkan Taksonomi Bloom. Taksonomi Bloom menyajikan berbagai kata kerja operasional secara bertingkat-tingkat dalam tiga aspek pendidikan yaitu aspek kognitif, afektif, dan psikomotor.

g) Penilaian

Penilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis, dan menafsirkan data dari peserta didik yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan (Chamsiatin dalam Akbar, 2013: 27). Penilaian dilakukan dalam tiga aspek (kognitif, afektif, dan psikomotor) dengan teknik dan bentuk yang berbeda-beda.

h) Alokasi waktu

Alokasi waktu disusun berdasarkan jumlah minggu efektif dan jumlah jam pelajaran untuk setiap mata pelajaran dalam setiap minggu. Penentuan alokasi waktu perlu juga mempertimbangkan jumlah kompetensi dasar, keluasan dan


(54)

kedalaman kompetensi dasar, tingkat kesulitan dan kepentingan kompetensi dasar, dan keberagaman peserta didik.

i) Sumber, bahan, dan alat belajar

Sumber belajar dapat berupa media cetak dan elektronik, narasumber, kejadian atau peristiwa, dan lingkungan. Bahan dan alat belajar dapat berupa benda-benda yang dapat digunakan untuk menunjang proses pembelajaran, misalnya kapur dan papan tulis.

Selain komponen silabus, terdapat juga prosedur pengembangan silabus. Silabus yang baik harus memuat beberapa komponen di atas. Agar sebuah silabus memenuhi kelayakan maka guru perlu memperhatikan beberapa prosedur dalam menyusun dan silabus. (Chamsiatin dalam Akbar, 2013: 28) mengatakan dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

(1) Mengisi kolom identitas silabus (2) Mengkaji standar kompetensi (3) Mengkaji kompetensi dasar (4) Mengidentifikasi materi pokok (5) Mengembangkan pengelaman belajar (6) Merumuskan indikator

(7) Menentukan jenis penilaian (8) Menentukan alokasi waktu (9) Menentukan sumber belajar.


(55)

2) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Tematik Harian

RPP adalah rencana pelaksanaan pembelajaran yang pengembangannya mengacu pada suatu KD tertentu di dalam kurikulum atau silabus. RPP dibuat sebagai pedoman bagi guru dalam mengajar, sehingga pelaksanaannya bisa terarah, sesuai dengan KD yang telah ditetapkan (Kosasi, 2014: 144).

Dalam istilah RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) dalam Kurikulum 2013 lebih dikenal dengan RPPTH (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Tematik Harian). Hal ini karena dalam Kurikulum 2013, RPP disusun untuk setiap tema pembelajaran. Satu tema terdiri dari beberapa subtema. Setiap subtema dijabarkan ke dalam enam pembelajaran dalam satu minggu. Dengan demikian, guru menyusun enam buah RPPTH dalam satu minggu. Satu RPPTH digunakan dalam satu hari atau dalam satu kali pembelajaran.

Secara umum komponen RPP sama dengan komponen silabus yaitu: tujuan, materi, metode, media dan alat serta penilaian. Namun, dalam silabus cakupan setiap komponennya masih umum dan luas, sedangkan dalam RPP uraian setiap komponennya sudah khusus dan terbatas.

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa RPPTH adalah rencana pelaksanaan pembelajaran harian yang dirancang oleh guru berdasarkan komponen-komponennya dalam mempersiapkan kegiatan pembelajaran di kelas agar lebih terarah selama satu hari.


(56)

3) Lembar Kerja Siswa

Lembar Kerja Siswa (LKS) adalah suatu bahan ajar cetak yang berupa lembar-lembar kertas yang berisi materi, ringkasan, dan petunjuk pelaksanaan tugas pembelajaran yang harus dikerjakan siswa, baik bersifat teoretis dan atau praktis, yang mengacu kepada kompetensi dasar yang harus dicapai siswa; dan penggunaannya tergantung dengan bahan ajar lain (Prastowo, 2014: 269). Lembar kerja siswa (student work sheet) adalah lembaran-lembaran berisi tugas yang harus dikerjakan oleh siswa (Panduan pengembangan bahan ajar). LKS merupakan materi ajar yang sudah dikemas sedemikian rupa sehingga siswa diharapkan dapat mempelajari materi ajar tersebut secara mandiri.

LKS merupakan salah satu perangkat pembelajaran wajib yang harus digunakan oleh para guru selama proses pembelajaran. LKS yang disusun oleh guru bertujuan untuk menyajikan bahan ajar yang memudahkan siswa untuk berinteraksi dengan materi yang diberikan, menyajikan tugas-tugas yang meningkatkan penguasaan siswa terhadap materi yang diberikan, melatih kemandirian siswa dalam belajar, dan memudahkan pendidik dalam memberikan tugas kepada siswa. LKS yang baik dan lengkap harus memuat beberapa komponen. Prastowo (2014: 273) menyebutkan delapan unsur LKS secara spesifik antara lain:

a) Judul

b) Kompetensi Dasar yang akan dicapai c) Waktu penyelesaian


(57)

d) Peralatan atau bahan yang dibutuhkan e) Informasi singkat

f) Langkah kerja

g) Tugas yang harus dilakukan h) Laporan yang harus dikerjakan. 4) Instrumen Penilaian

Penilaian dilakukan oleh para guru dalam tiga aspek, yaitu kognitif (pengetahuan), afektif (sikap), dan psikomotor (keterampilan). Setiap aspek yang dinilai harus menggunakan instrumen yang jelas dan detail. Instrumen yang digunakan untuk observasi, penilaian diri, dan penilaian antarsiswa adalah daftar cek atau skala penilaian (rating scale) yang disertai rubrik, sedangkan pada jurnal berupa catatan pendidik (Kosasih, 2014: 134).

h. Kelebihan dan Kelemahan Kurikulum 2013

Ada beberapa hal yang penting dari perubahan atau penyempurnaan kurikulum 2013 ini. kurikulum 2013 ini diterapkan di negara Indonesia sejak tahun 2013 pada sekolah-sekolah yang ditunjuk oleh pemerintah setempat. Meskipun menerapkan kurikulum 2013 ini sekolah-sekolah masih mengalami banyak kekurangan. Menurut Kurniasih dan Sani (2013: 40) mengatakan bahwa terdapat keunggulan dan kekurangan pada kurikulum 2013 sebagai berikut:


(58)

1) Kelebihan Kurikulum 2013

a) Siswa lebih dituntut untuk aktif, kreatif, dan inovatif dalam setiap pemecahan masalah yang mereka hadapi di sekolah.

b) Adanya penilaian dari semua aspek.

c) Munculnya pendidikan karakter dan pendidikan budi pekerti yang telah diintegrasikan ke dalam semua program studi.

d) Adanya kompetensi yang sesuai dengan tuntutan fungsi dan tujuan pendidikan nasional.

e) Kompetensi yang dimaksud menggambarkan secara holistic domain sikap, keterampilan, dan pengetahuan. f) Banyak sekali kompetensi yang dibutuhkan sesuai dengan

perkembangan kebutuhan seperti pendidikan karakter, metodologi pembelajaran aktif, keseimbangan soft skills,

hard skills, dan kewirausahaan.

g) Sangat tanggap terhadap fenomena dan perubahan sosial baik pada tingkat lokal, nasional, maupun global.

h) Standar penilaian mengarahkan pada penilaian berbasis kompetensi seperti sikap, keterampilan, dan pengetahuan secara proporsional.


(59)

j) Tidak lagi memerlukan dokumen kurikulum yang lebih rinci karena pemerintah menyiapkan semua komponen kurikulum sampai buku teks dan pedoman pembahasan. k) Sifat pembelajaran sangat kontekstual.

l) Meningkatkan motivasi mengajar dengan meningkatkan kompetensi profesi, pedagogi, sosial, dan personal.

m) Buku dan kelengkapan dokumen disiapkan secara lengkap sehingga memicu dan memacu guru untuk membaca dan menerapkan budaya literasi dan membuat guru memiliki keterampilan membuat RPP serta menerapkan pendekatan

scientific secara benar.

2) Kelemahan Kurikulum 2013

a) Guru banyak salah kaprah karena beranggapan bahwa dengan Kurikulum 2013 guru tidak perlu menjelaskan materi kepada siswa di kelas.

b) Banyak guru yang belum siap secara mental dengan adanya Kurikulum 2013 ini.

c) Kurangnya pemahaman guru dengan konsep pendekatan

scientific.

d) Kurangnya keterampilan guru dalam merancang RPP. e) Guru tidak banyak yang menguasai penilaian otentik.


(60)

f) Tugas menganalisis SKL, KI, KD, buku siswa, dan buku guru belum sepenuhnya dikerjakan oleh guru dan banyaknya guru yang hanya menjadi plagiat.

g) Guru tidak pernah dilibatkan langsung dalam proses pengembangan Kurikulum 2013 karena pemerintah cenderung melihat guru dan siswa mempunyai kapasitas yang sama.

h) Tidak adanya keseimbangan antara orientasi proses pembelajaran dan hasil dalam Kurikulum 2013 karena Ujian Nasional masih menjadi faktor penghambat.

i) Terlalu banyaknya materi yang harus dikuasai siswa sehingga tidak setiap materi bisa tersampaikan dengan baik, ditambah persoalan guru yang kurang berdedikasi terhadap mata pelajaran yang diampu.

j) Beban belajar siswa dan guru terlalu berat sehingga waktu belajar di sekolah terlalu lama.

2. Model Pembelajaran Berbasis Masalah

Model pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar (Nurulwati dalam Trianto, 2009: 22).


(61)

Model pembelajaran merupakan kerangka konseptual berupa pola prosedur sistematik yang dikembangkan berdasarkan teori dan digunakan dalam mengorganisasi proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan belajar (Sani, 2013: 89). Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa, model pembelajaran merupakan suatu rancangan yang dibuat dalam proses belajar mengajar, yang bertujuan agar kegiatan pembelajaran dapat terorganisasi dan dapat berjalan sesuai dengan apa yang direncanakan.

a. Hakikat Model Pembelajaran Berbasis Masalah

Model pembelajaran berbasis masalah dalam bahasa inggris dikenal dengan problem based learning dapat diartikan berbagai rangkaian aktivitas pembelajaran yang menekankan para proses penyelesaian masalah yang dihadapai secara ilmiah (Hamdatama, 2014: 209). Ia juga mengatakan terdapat tiga ciri utama model pembelajaran berbasis masalah, yaitu sebagai berikut:

1) Model pembelajaran berbasis masalah merupakan rangkaian aktivitas pembelajaran, artinya implemetasi MPBM ada sejumlah kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa. MPBM tidak mengharapkan siswa hanya mendengar, mencatat kemudian menghafal materi pembelajaran, tetapi melalui MPBM siswa aktif berpikir, berkomunikasi, mencari dan mengolah data, dan akhirnya menyimpulkan.


(62)

2) Aktivitas pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan masalah. MPBM menempatkan masalah sebagai kata kunci dari proses pembelajaran. Artinya, tanpa masalah maka tidak mungkin ada proses pembelajaran.

3) Pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan metode ilmiah adalah proses berpikir deduktif dan induktif. Proses berpikir ini dilakukan secara sistematis dan empiris. Sistematis artinya berpikir ilmiah dilakukan melalui tahapan-tahapan tertentu, sedangkan empiris artinya proses penyelesaian masalah didasarkan pada data dan fakta yang jelas.

Pembelajaran berbasis masalah (Problem based learning) merupakan salah satu model pembelajaran inovatif yang dapat memberikan kondisi belajar aktif kepada siswa. PBM adalah suatu model pembelajaran yang melibatkan siswa untuk memecahkan suatu masalah melalui tahap-tahap metode ilmiah, sehingga siswa dapat mempelajari pengetahuan yang berhubungan dengan masalah tersebut, sekaligus memiliki keterampilan untuk memecahkan masalah (Ward dalam Ngalimun, 2012: 89).

Pendapat lain yang juga dikemukakan oleh Tan (dalam Rusman 2013: 232) bahwa pembelajaran berbasis masalah sebagai penggunaan berbagai macam kecerdasan yang diperlukan untuk melakukan konfrontasi terhadap tantangan dunia nyata, kemampaun untuk menghadapi segala sesuatu yang baru dan kompleksitas yang ada. Pengertian yang hampir


(63)

sama tentang model pembelajaran berbasis masalah juga diajukan oleh Duch (dalam Shoimin 2014: 130) bahwa Problem Based Learning (PBL) atau Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) adalah model pengajaran yang bercirikan adanya permasalahan nyata sebagai konteks untuk para peserta didik belajar berpikir kritis dan keterampilan memecahkan masalah serta memperoleh pengetahuan.

Dari beberapa pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran berbasis masalah merupakan model pembelajaran yang melibatkan siswa untuk memecahkan suatu masalah agar siswa dapat berpikir kritis dan keterampilan memecahkan masalah serta memperoleh pengetahuan.

b. Karakteristik Model Pembelajaran Berbasis Masalah

Tiap-tiap model pembelajaran memiliki karakteristik yang berbeda agar membedakannya dengan model pembelajaran yang lainnya. Menurut Hamdatama (2014: 209-210) mengatakan model pembelajaran berbasis masalah memiliki karakteristik sebagai berikut:

1) Belajar dimulai dengan satu masalah

2) Memastikan bahwa masalah tersebut berhubungan dengan dunia nyata siswa

3) Mengorganisasikan pembelajaran seputar masalah, bukan seputar disiplin ilmu


(64)

4) Memberikan tanggung jawab yang besar kepada siswa dalam membentuk dan menjalankan secara langsung proses belajar mereka sendiri

5) Menggunakan kelompok kecil

6) Menuntut siswa untuk mendemonstrasikan yang telah mereka pelajari dalam bentuk produk atau kinerja.

Menurut Rusman (2013: 232), Model Pembelajaran Berbasis Masalah memiliki karakteristik sebagai berikut.

a) Permasalahan menjadi starting point dalam belajar.

b) Permasalahan yang diangkat adalah permasalahan yang ada di dunia nyata yang tidak terstruktur.

c) Permasalahan membutuhkan perspektif ganda (multiple

perspective).

d) Permasalahan menantang pengetahuan yang dimiliki oleh siswa, sikap, dan kompetensi yang kemudian membutuhkan identifikasi kebutuhan belajar dan bidang baru dalam belajar. e) Belajar pengarahan diri menjadi hal yang utama.

f) Pemanfaatan sumber pengetahuan yang beragam, penggunaannya, dan evaluasi sumber informasi merupakan proses yang esensial dalam Pembelajaran Berbasis Masalah. g) Belajar adalah kolaboratif, komunikasi, dan kooperatif.


(65)

h) Pengembangan keterampilan inquiry dan pemecahan masalah sama pentingnya dengan penguasaan isi pengetahuan untuk mencari solusi dari sebuah permasalahan.

i) Keterbukaan proses dalam Pembelajaran Berbasis Masalah meliputi sintesis dan integrasi dari sebuah proses belajar.

j) Pembelajaran Berbasis Masalah melibatkan evaluasi dan

review pengalaman siswa dan proses belajar.

Berdasarkan teori yang dikembangkan Barrow, Min Liu (dalam Shoimin, 2014: 130) menjelaskan karakteristik dari model pembelajaran berbasis masalah antara lain:

(1) Learning is student-centered

Proses pembelajaran berbasis masalah lebih menitikberatkan kepada siswa sebagai orang belajar. Oleh karena itu, pembelajaran berbasis masalah didukung juga oleh teori konstruktivisme dimana siswa didorong untuk dapat mengembangkan pengetahuannya sendiri.

(2) Authentic problems form the organizing through self-directed

learning.

Masalah yang disajikan kepada siswa adalah masalah yang otentik sehingga siswa mampu dengan mudah memahami masalah tersebut serta dapat menerapkannya dalam kehidupan profesionalnya nanti.


(66)

(3) New information is acquired through self-directed learning.

Dalam proses pemecahan masalah mungkin saja siswa belum mengetahui dan memahami semua pengetahuan prasyaratnya sehingga siswa berusaha untuk mencari sendiri melalui sumbernya, baik dari buku atau informasi lainnya.

(4) Learning accurs in small groups.

Agar terjadi interaksi ilmiah dan tukar pemikiran dalam usaha membangun pengetahuan secara kolaboratif, pembelajaran berbasis masalah dilaksanakan dalam kelompok kecil. Kelompok yang dibuat menuntut pembagian tugas yang jelas dan penetapan tujuan yang jelas.

(5) Teachers act as facilitators.

Pada pelaksanaan model pembelajaran berbasis masalah ini, guru hanya berperan sebagai fasilitator. Meskipun begitu guru harus selalu memantau perkembangan aktivitas siswa dan mendorong mereka agar mencapai target yang hendak dicapai. Berdasarkan uraian di atas, tampak jelas bahwa pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis masalah dimulai oleh adanya masalah yang dalam hal ini dapat dimunculkan oleh siswa dan guru, kemudian siswa memperdalam pengetahuannya tentang apa yang mereka belum ketahui untuk memecahkan masalah tersebut. Siswa dapat memilih masalah yang dianggap menarik untuk dipecahkan sehingga siswa terdorong untuk berperan aktif dalam belajar.


(67)

c. Langkah-langkah Model Pembelajaran Berbasis Masalah (MPBM) Banyak ahli yang menjelaskan bentuk penerapan model pembelajaran berbasis masalah ini. John Dewey seorang ahli pendidikan berkebangsaan Amerika menjelaskan 6 langkah MPBM yang kemudian dia namakan metode pemecahan masalah (problem based Learning) ini dikemukakan dalam Hamdatama (2014: 211-212) sebagai berikut:

1) Merumuskan masalah, yaitu langkah siswa menentukan masalah yang akan dipecahkan.

2) Menganalisis masalah, yaitu langkah siswa meninjau masalah dari berbagai sudut pandang.

3) Merumuskan hipotesis, yaitu langkah siswa merumuskan berbagai kemungkinan pemecahan masalah sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya.

4) Mengumpulkan data, yaitu langkah siswa mencari informasi yang diperlukan untuk pemecahan masalah.

5) Pengujian hipotesis, yaitu langkah siswa mengambil atau merumuskan kesimpulan sesuai dengan penerimaan dan penolakan hipotesis yang diajukan.

6) Merumuskan rekomendasi pemecahan masalah, yaitu langkah siswa menggambarkan rekomendasi yang dapat dilakukan sesuai rumusan hasil pengajuan hipotesis dan rumusan kesimpulan.


(68)

Adapun yang dikemukakan oleh Amir (2009: 24) terdapat tujuh langkah-langkah model pembelajaran berbasis masalah itu antara lain:

a) Mengklarifikasi istilah dan konsep yang belum jelas

Pada tahap pertama ini setiap anggota kelompok harus memastikan bahwa semua anggotanya telah memiliki pemahaman terhadap berbagai istilah atau konsep yang terdapat di dalam masalah.

b) Merumuskan masalah

Pada tahap kedua ini, kelompok harus mampu menjelaskan hubungan yang lebih nyata antara setiap fenomena atau kejadian.

c) Menganalisis masalah

Tahap ketiga ini setiap anggota kelompok menyampaikan pengetahuan yang sudah dimiliki terkait masalah. Setiap kelompok berdiskusi untuk membahas informasi faktual yang tercantum pada masalah dan juga informasi yang ada dalam pikiran anggota.

d) Menata gagasan dan secara sistematis menganalisisnya dengan dalam

Pada tahap ini setiap kelompok melihat keterkaitan dari bagian-bagian dari masalah yang telah dianalisis sebelumnya kemudian mengelompokkannya; mana yang saling menunjang, mana yang saling bertentangan, dan sebagainya.


(69)

e) Memformulasikan tujuan pembelajaran

Tahap ini dinamakan sebagai tahap perumusan tujuan. Setiap kelompok merumuskan tujuan pembelajaran karena kelompok sudah mengetahui bagian-bagian pengetahuan yang masih belum jelas dan kurang dipahami. Tujuan pembelajaran dikaitan dengan analisis masalah yang dibuat.

f) Mencari informasi tambahan dari sumber yang lain

Pada tahap ini, setiap anggota kelompok harus mencari informasi tambahan dari sumber yang berbeda. Setiap anggota kelompok belajar sendiri dengan efektif pada tahap ini agar mendapatkan informasi yang relevan, misalnya menentukan kata kunci dalam pemilihan, memperkirakan topik, penulis, dan publikasi dari sumber pembelajaran.

g) Mensintesa (menggabungkan) dan menguji informasi baru, dan membuat laporan untuk dosen atau kelas

Pada tahap terakhir ini, setiap anggota kelompok mempresentasikan laporannya di hadapan anggota kelompok lain. Anggota kelompok yang lain memberikan kritikan terhadap laporan tersebut sehingga menghasilkan pertanyaan-pertanyaan baru yang perlu dijawab dan dicarikan solusinya. Setelah itu, kelompok menggabungkan informasi-informasi yang penting dari hasil laporan setiap anggotanya. Gabungan


(70)

informasi tersebut akan disajikan dalam bentuk paper atau makalah untuk diserahkan kepada guru.

Model pembelajaran berbasis masalah ini tidak dirancang untuk membantu guru memberikan informasi sebanyak-banyaknya kepada siswa. model ini dikembangkan untuk membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir, pemecahan masalah, keterampilan intelektual, belajar berperan berbagai orang dewasa melalui pelibatan siswa dalam pengalaman nyata atau simulasi dan menjadi Self-regulated Learner. Dalam menerapkan model ini, terdapat sintaks model pembelajaran berdasarkan masalah yang dikemukakan oleh Hamdatama (2014: 212) ialah sebagai berikut:

Tabel 1. Sintaks Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah

Fase Peran Guru

1. Orientasi siswa kepada Masalah

Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan segala hal yang akan dibutuhkan, memotivasi siswa terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah yang dipilihnya.

2. Mengorganisasi siswa untuk belajar

Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah.

3. Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok

Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen atau pengamatan untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah.


(1)

320 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(2)

(3)

322 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(4)

(5)

LAMPIRAN 9

Biodata Penulis


(6)

324

BIODATA PENULIS

Syaifullah Munawar lahir di Ende, Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT), 17 Mei 1994. Sekolah Dasar di peroleh di SD Inpres Numba 2, Sekolah Menengah Pertama di Madrasah Tsanawiyah (MTs) Rea Rendu Anaraja, Sekolah Menengah Atas di peroleh di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Ende. Pada tahun 2012, melanjutkan studi ke Perguruan Tinggi di

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta sebagai Mahasiswa PPGT (Pendidikan Profesi Guru Terintegrasi) pada Falkutas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar.


Dokumen yang terkait

Pengembangan perangkat pembelajaran mengacu kurikulum 2013 pada subtema gemar membaca untuk siswa kelas 1 SD.

0 0 2

Pengembangan LKS menggunakan model pembelajaran berbasis masalah pada subtema perubahan wujud benda mengacu kurikulum 2013 untuk siswa kelas lima (V) Sekolah Dasar.

0 2 393

Pengembangan LKS menggunakan model pembelajaran berbasis masalah pada subtema manusia dan lingkungan mengacu kurikulum 2013 untuk siswa kelas lima (V) sekolah dasar.

0 3 348

Pengembangan LKS berbasis kecerdasan ganda pada subtema kebersamaan dalam keberagaman mengacu kurikulum sd 2013 untuk siswa kelas empat (IV) Sekolah Dasar.

0 0 256

Pengembangan lembar kerja siswa dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah mengacu kurikulum 2013 pada subtema cara menjaga kerukunan untuk kelas V Sekolah Dasar.

0 5 310

Pengembangan LKS menggunakan model pembelajaran berbasis masalah pada subtema pola hidup sehat mengacu kurikulum 2013 untuk siswa kelas lima (V) Sekolah Dasar.

0 5 438

Pengembangan Lks menggunakan model pembelajaran berbasis masalah mengacu kurikulum 2013 pada subtema Indonesiaku bangsa yang berbudaya untuk siswa kelas V Sekolah Dasar.

0 3 412

Pengembangan LKS menggunakan model pembelajaran berbasis masalah mengacu kurikulum 2013 pada subtema manusia dan peristiwa alam untuk siswa kelas V sekolah dasar.

0 0 325

Pengembangan perangkat pembelajaran mengacu kurikulum 2013 pada subtema gemar berolahraga untuk siswa kelas 1 SD.

0 0 156

Pengembangan perangkat pembelajaran mengacu kurikulum SD 2013 pada subtema jenis-jenis pekerjaan untuk siswa kelas IV SD.

0 0 150