Daya Perintah Deskripsi Gaya Bahasa yang Berdaya Bahasa

Daya harap seperti yang sudah diuraikan di atas adalah kekuatan bahasa yang terungkap melalui gaya bahasa epizeukis seperti pada data “Dirgahayu, dirgahayu, dirgahayu, ya Mahaguru.” 182 yang mengandung pesan menunjukkan sebuah harapan kepada seluruh kaum brahamana kepada Lohgawe saat menyambutnya datang yang sudah lama ditunggu kehadirannya. Tuturan tersebut secara langsung menyampaikan harapan penutur kepada mitra tutur.

o. Daya Perintah

Perintah merupakan salah satu perkataan yang mempunyai tujuan supaya seseorang yang diperintah melakukan sesuatu. Kalimat perintah adalah kalimat yang mengandung perintah atau permintaan agar orang lain melakukan suatu hal yang diinginkan oleh orang yang memerintah. Oleh karena itu, perintah meliputi suruhan yang keras hingga ke permintaan yang sangat halus. Di bawah ini, contoh cuplikan data dalam novel Arok Dedes yang menggunakan gaya bahasa yang berdaya perintah. I.57 ”… Demi Hyang Wisynu, angkut semua upeti ke Kediri. ...” 22 Konteks: Dituturkan oleh Borang kepada seluruh penduduk desa Bantar dan mengumpulkan mereka ke tengah lapangan Bantar. II.23 “… Kumpulkan semua brahmana di atas bumi ini. …” 113 Konteks: Dituturkan Tunggul Ametung ketika ia berhasil membawa Dedes, tetapi ia meronta, mengumpat terus. VI.43 “Inilah Ki Bango Samparan, bapakku. Hormati dia seperti kalian menghormati aku,…” 302 Konteks: Dituturkan oleh Arok ketika ia mengumpulkan seluruh budak di ladang batu. VII.22 “Kalau berhasil, kau akan lanjutkan pekerjaan ke barat daya, Kawi dan Kelud.” 333 Konteks: Dituturkan oleh Tunggul Ametung ketika Arok menghadapnya. VII.27 Binasakan semua prajurit Tumapel yang tidak takluk padamu. 338 Konteks: Dituturkan oleh Arok kepada pasukannya X.16 “Yang keras Keras Lebih keras” pekiknya. 502 Konteks: Dituturkan oleh Tunggul Ametung ketpada Ken Dedes yang meminta dipijit kepalanya. Gaya bahasa apostrof ada pada data I.57 karena menghadirkan Hyang Wisynu. Maksud yang terkandung pada data I.57 ialah perintah yang diperintahkan Borang kepada penduduk Bantar seolah-olah perintah dari Hyang Wisynu sendiri. Mengadung daya perintah karena meminta penduduk Bantar mengakut upeti ke Kediri. Gaya bahasa hiperbola ada pada data II.23 yang ditunjukkan pada cuplikan kalimat “…di atas bumi ini…” seolah-olah bumi itu sempit dan bisa mengumpulkan semua brahamana. Mengandung daya perintah karena Tunggul Ametung memberi perintah untuk mengumpulkan semua brahmana yang ada di bumi ini. Pada data VI.43 menggunakan gaya bahasa simile yang ditunjukkan dengan cuplikan kalimat “…hormati dia seperti kalian menghormati aku…” Makna yang terkandung di dalam tuturan VI.43 ialah Arok meminta seluruh budak untuk menghormati ayahnya sama seperti mereka menghormati Arok sebagai pemimpin mereka. Daya perintah yang muncul dituturkan oleh Arok kepada seluruh budak yang berada di daerah pendulangan supaya menghormati bapaknya Arok sama seperti mereka menghormati Arok. Gaya bahasa metonimia ada pada data VII.22 yaitu dengan penggunaan kata Kawi dan Kelud. Yang dimaksudkan yaitu melanjutkan perjalanan menuju ke Gunung Kawi dan Gunung Kelud. Mengandung daya perintah karena memerintahkan Arok jika ia telah selesai menyelesaikan pekerjaannya, ia akan menuju ke arah Gunung Kawi dan Gunung Kelud untuk melaksanakan hal yang sama. Gaya bahasa sarkasme ada pada data VII.27 tampak pada kata binasakan. Maksud yang tekandung pada tuturan VII.27 ialah perintah Arok kepada seluruh anak buahnya untuk membunuh tanpa ampun semua prajurit Tumapel. Daya yang muncul yaitu daya perintah karena mengandung perintah untuk melakukan sesuatu yaitu menumpas seluruh prajurit Tumapel. Gaya bahasa epizeupkis terungkap melalui data X.16 dengan pengulangan kata keras yang memberi penegasan. Maksud yang dikandung dari tuturan X.16 ialah supaya Ken Dedes lebih keras lagi untuk memijit kepada Tunggul Ametung. Efek dari tuturan X.16 ialah Ken Dedes memijat kepala Tunggul Ametung lebih keras daripada sebelumnya. Pada tuturan X.16 daya perintah muncul dengan penggunaan kalimat Yang keras Keras Lebih keras dengan harapan Ken Dedes memijati kepala Tunggul Ametung lebih keras lagi. Daya perintah seperti yang telah diuraikan di atas adalah kekuatan bahasa yang terungkap melalui gaya bahasa epizeukis yang nampak pada data X. 16 “Yang keras Keras Lebih keras” Dalam tuturan tersebut mengandung daya perintah karena penutur meminta mitra tutur untuk melakukan apa yang dikendakinya. Tuturan tersebut secara langsung memberi perintah kepada mitra tutur.

p. Daya Dogma