BAB VII AROK DAN DEDES
No. Data
Konteks Gaya Bahasa
Daya Bahasa
1 Kadang  ia  merasa  takut,  kadang  kuatir,
kadang  mengalami  kegembiraan  batin, kadang sendu. 323
Suasana  hati  Ken  Dedes  yang  tidak menentu  terhadap  suaminya  Tunggul
Ametung. Asidenton
‘Jelas’ informasi
2 Suasana  hati  tidak  tetap,  naik-turun  biarpun
tanpa sebab yang nyata. 323 Suasana  hati  Ken  Dedes  yang  tidak
menentu  terhadap  suaminya  Tunggul Ametung.
Zeugma ‘Jelas’
informasi 3
Dengan diam-diam ia amati wajah suaminya yang
jelas tak
mengandung seujung
jarumpun darah hindu, … 323 Suasana  hati  Ken  Dedes  yang  tidak
menentu  terhadap  suaminya  Tunggul Ametung.
Hiperbola ‘Jelas’
informasi 4
....,  dan  beginilah  daunnya;  bunganya  putih berkembang datar seperti payung,... 323
Suasana  hati  Ken  Dedes  yang  tidak menentu  terhadap  suaminya  Tunggul
Ametung. Simile
‘Jelas’ informasi
5 Yang  Mulia  cukup  minum  air  seduhan
bunganya,  dan  anak  itu  akan  larut meninggalkan kandungan. 324
Dedes menyadari
dirinya mulai
mengandung. Eufemisme
‘Jelas’ informasi
6 Haruskah  anak  ini  anak  yang  makin  sedikit
darah  Hindu  dalam  dirinya  dibiarkan  hidup dan  dengan  demikian  memberikan  pada
Tunggul Ametung seorang pewaris Tumapel? 324
Dedes menyadari
dirinya mulai
mengandung. Erotesis
‘Jelas’ informasi
7 “Yang  Suci  Dang  Hyang  Lohgawe  berlidah
dan bermata dewa, ia tidak mungkin keliru.” 324
Dituturkan  oleh  Ken  Dedes  ketika Tunggul
Ametung meminta
nasihat tentang  Arok  utusan  Lohgawe  yang
membantu  meredakan  pemberontakan  di Simile
Klaim
Tumapel. 8
Untuk  pertama  kali  ia  lihat  suaminya memejamkan  tapuk  matanya  yang  mulai
menggelambir  karena  usia,  memejamkan keras-keras sehingga cakar ayam pada sudut
luar matanya menjadi nyata, … 324 Ken  Dedes  sedang  berbincang  dengan
Tunggul Ametung. Klimaks
‘Jelas’ informasi
9 ...  pada  Dang  Hyang  Lohgawe  dan
menyapukan pandang pada Arok yang duduk di tanah. 325
Ken  Dedes  sedang  berbincang  dengan Tunggul Ametung.
Personifikasi ‘Jelas’
informasi 10
Sekaligus  ia  melihat  jago  Lohgawe  mentah- mentah berdarah sudra. 325
Ken  Dedes  sedang  berbincang  dengan Tunggul Ametung.
Hiperbola ‘Jelas’
informasi 11
“... Adakah seorang sudra tanpa sedikit pun darah Hindu bisa melakukan hal-
hal besar?” 325
Ken  Dedes  sedang  berbincang  dengan Tunggul Ametung.
Erotesis Protes
12 “....  Hanya  matanya,  matanya  Dedes,  entah
mata  hantu  ataukah  dubriksa,  apakah gandarwa.” 326
Dituturkan oleh Tunggul Ametung kepada Dedes ketika bertemu pertama kali dengan
Arok. Epizeukis
Protes
13 Dan ia merasa senang karena tidak termasuk
sudra berdarah Hindu dan juga tidak senang karena  akan  melahirkan  seorang  bayi
dengan  semakin  kurang  darah  mulia  itu dalam tubuhnya. 327
Ken    Dedes  berusaha  menghibur  dirinya sendiri.
Oksimoron ‘Jelas’
informasi
14 “Wanita  itu  Dewa,  Wanita  itu  Kehidupan,
Wanita itu Perhiasan ….” 327 Dituturkan
oleh Kramasara
dalam rontalnya yang dibaca oleh Ken Dedes.
Asidenton Puji
15 “Sama  dengan  semua  anak  buahnya:  gesit,
kurus, dengan mata menyala-nyala seperti si kelaparan melihat makanan.”
Dituturkan  oleh  Tunggul  Ametung  ketika Ken  Dedes  meminta  izin  untuk  bertemu
dengan jago Dang Hyang Lohgawe. Simile
Cemooh
16 “Ada diajarkan oleh kaum Brahmana: orang  Dituturkan  oleh  Ken  Dedes  ketika
Kiasmus Cemooh
kaya  terkesan  pongah  di  mata  si  miskin, orang bijaksana terkesan angkuh di  mata si
dungu, orang gagah berani terkesan dewa di mata si pengecut, juga sebaliknya, Kakanda:
orang  miskin  tak  berkesan  apa-apa  pada  si kaya,  orang  dungu  terkesan  mengibakan
pada  si  bijaksana,  orang  pengecut  terkesan
hina pada si gagah berani. …” 328 suaminya bertanya apa itu kesan.
17 “Kau  tidak  akan  sedungu  ayahmu.  Kau
takkan bikin malu ibumu. Kalau  kau wanita, kau  adalah  dewi,  kalau  kau  pria  kau  adalah
dewa. Dengar, kau jabang bayi?” 329 Dituturkan  oleh  Ken  Dedes  kepada  anak
dalam kandungannya. Hiperbola
Harap
18 “…  Kau  berdarah  Hindu,  ayahmu  sudra
hina.” 329 Dituturkan  oleh  Ken  Dedes  kepada  anak
dalam kandungannya. Sarkasme
Cemooh 19
Angin  meniup  dan  kainnya  tersingkap memperlihatkan
pahanya yang
seperti pualam. 330
Ketika  Ken  Dedes  turun  dari  tandu  dan bertemu dengan Arok.
Simile Rangsang
20 “Makhluk
kahyangan, Arok,”
bisik prajuritnya. 331
Dituturkan  oleh  Prajurit  Arok  saat bertemu Paramesywari.
Apostrof Puji
21 “Beribu terimakasih, Yang Mulia.” 331
Dituturkan  oleh  Arok  kepada  Ken  Dedes setelah membantu membukakan pintu.
Hiperbola Hormat
22 “Kalau  berhasil,  kau  akan  lanjutkan
pekerjaan ke barat daya, Kawi dan Kelud.” 333
Dituturkan  oleh  Tunggul  Ametung  ketika Arok menghadapnya.
Metonimia Perintah
23 “Coba  katakan  padaku  yang  masih  bodoh
ini. ” 334
Dituturkan  oleh  Ken  Dedes  ketika  diberi kesempatan  dari  Tunggul  Ametung  untuk
berbincang dengan Arok. Litotes
Pinta
24 Arok  mengangkat  muka  dan  pandang,  Arok
sedang menghadap
Tunggul Simile
Rangsang
memancarkan  sinar  ekagrata,  berkilauan menelan semua yang dilihatnya. 334
Ametung dan Ken Dedes. 25
Arok  mengangkat  sembah,  berdiri,  melalui pintu
gerbang belakang
pekuwuan, meninggalkan Taman Larangan. 335
Arok menghadap Paramesywari. Klimaks
Jelas
26 Mayat bergelimpangan sepenuh jalan. 336
Ketika  terjadi  pertempuran  semu  antara pasukan  perusuh  pasukan  Arok  dan
pasukan Tumapel. Hiperbola
Jelas
27 Binasakan  semua  prajurit  Tumapel  yang
tidak takluk padamu. 338 Dituturkan oleh Arok kepada pasukannya
Sarkasme Perintah
28 Ia
tahu: hari
ini adalah
awal kemenangannya
dan awal
keruntuhan Tunggul Ametung. 339
Arok  sedang  menghadap  Ken  Dedes untuk memberi laporan pertempuran.
Zeugma Jelas
29 Dalam  hati  ia  membenarkan  Tunggul
Ametung mendudukkannya
pada tahta
Tumapel.  Ia  adalah  mahkota  untuk  kerajaan manapun  karena  kecantikannya,  karena
pengetahuannya,  karena  kebrahmanaannya, karena
ketangkasannya, karena
keinginannya  untuk  mengetahui  urusan negeri. 340
Ketika  Ken  Dedes  memerintahkan  Arok untuk
menceritakan jalannya
pertempuran. Asidenton
Jelas
30 Dengan jujur ia mengakui pada dirinya telah
jatuh  cinta  pada  pemuda  sudra  tanpa  darah hindu
setetespun itu,
demikian fasih
berbahasa ilmu para dewa dan mahir dalam yuddhagama. 340
Ketika  Ken  Dedes  memerintahkan  Arok untuk
menceritakan jalannya
pertempuran. Hiperbola
Jelas
31 Ia  mengerti  pramesywari  sedang  menantang
maut  dan  menawar  maut  untuk  dirinya Arok  dan  pasukannya  mengambil  alih
tugas  kemit.  kemit:  tugas  berjaga  di Silepsis
Jelas
dengan undangan malam itu. 341 dalam pekuwuan. Pada saat itu juga, Ken
Dedes  menyuruhnya  untuk  menemuinya di Taman Larangan.
32 “Kembali  kau,  Cucu,  kembali,  mahkota
kerajaan mana pun yang kau inginkan sudah ada pada kepalamu.” 342
Dituturkan  oleh  seorang  tua  buncit berjenggot putih panjang sampai ke pusar,
telanjang  dada,  dan  bertongkat  kepada Ken  Dedes  ketika  sedang  sembayang  di
dalam pura. Sinekdok
Deklarasi
33 “Sahaya  serahkan  suami  sahaya,  hidup  dan
matinya pada kakanda.” 344 Dituturkan  oleh  Ken  Dedes  ketika  Arok
menemuinya di Taman Larangan. Zeugma
Emosi 34
“Sahaya  serahkan  diri  dan  hidup  sahaya kepada  kakanda,  demi  Hyang  Mahadewa.”
344 Dituturkan  oleh  Ken  Dedes  ketika  Arok
menemuinya di Taman Larangan. Apostrof
Sumpah
35 “Duh,  anakku,  jangan  kaget  telah  aku
serahkan  hidup  dan  mati  ayahmu  pada musuh-
musuhnya.” 345 Dituturkan  kepada  Ken  Dedes  kepada
anak di dalam rahimnya sesampainya tiba di Bilik Agung.
Zeugma Pinta
36 “Kalau  kelak  kau  tinggalkan  Rahim  ibumu,
kau akan tiba di dunia yang tidak seperti ini; dunia yang dikendaki para dewa.” 345
Dituturkan  kepada  Ken  Dedes  kepada anak di dalam rahimnya sesampainya tiba
di Bilik Agung. Apostrof
Harap
37 “Kau  memang  putra  Hyang  Brahma
sendiri.” 348 Dituturkan  oleh  Lohgawe  ketika  Arok
menemuinya disela-sela
pasukannya sedang beristirahat.
Apostrof Klaim
38 “Inilah  jaminan  kami.  Terserah  padamu
hendak  kau  apakan  binatang- binatang  ini.”
350 Dituturkan  oleh  Bana  ketika  menghadap
Arok meminta bergabung dengan pasukan Arok.
Sarkasme Cemooh
39 “Apakah  tamtama  tadi  bukan  anak  tani?
Anak  tani  pun  bisa  jadi  sampar  untuk  bekas tetangga  dan  teman  sepermainan  sendiri  di
Dituturkan  oleh  Arok  ketika  Bana menghadap  meminta  bergabung  dengan
pasukan Arok. Sinisme
Cemooh
desanya  yang  dulu.  Juga  kau  bisa  jadi sampar.” 351
40 “Dia  memerlukan  keadilan,  dia  harus
belajar  mengenalnya  dengan  seluruh  tubuh dan  jiwanya,  bukan  hanya  suara  hampa
untuk  bunga  bibir  dan  bunga  hati  juga
untukmu sendiri. …” 352 Dituturkan
oleh Arok
kepada pengawalnya
yang bertanya
tentang keputusan Arok kepada Bana.
Metafora Nasihat
41 Ia  merasa  menemukan  diri  sendiri,  tidak
dibiarkan  tersasar  seorang  diri  di  tengah rimba belantara kedunguan. 353
Dedes  merasa  berbahagia  terbebas  dari tingkah  laku  pura-pura  selama  kepergian
Ametung. Hiperbola
‘Jelas’ informasi
42 Mereka  adalah  bunga  kecantikan  seluruh
Tumapel. 357 Paramesywari  sedang  berjalan-jalan  ke
keputrian, tempat para selir tinggal. Metafora
‘Jelas’ informasi
43 Dan  Arok  mencegahnya,  bahwa  obor  damar
itu memanggil kebinasaan. 361 Ketika  pasukan  Arok  dan  Tunggul
Ametung beristirahat di sebuah desa. Personifikasi
‘Jelas’ informasi
44 Kutaraja
berkabung karena
gugurnya Kidang
Handayani. Seperti
ikut berbelasungkawa  seluruh  Tumapel  dalam
keadaan damai. 362 Setelah  meninggalnya  Kidang  Handayani
dalam pertempuran. Sinekdok
‘Jelas’ informasi
45 Seperti
ikut berbelasungkawa
seluruh Tumapel dalam keadaan damai. 362
Setelah  meninggalnya  Kidang  Handayani dalam pertempuran.
Simile ‘Jelas’
informasi 46
“Ampun, Yang
Mulia Ayahanda,
sejengkalpun  dari  Tumapel  tidak  seyogianya gum
pil.” 365 Dituturkan  oleh  Putra  termuda  Tunggul
Ametung ketika dipanggil menghadap dan membahas  tentang  wilayah  kekuasaan
Tumapel. Hiperbola
Sesal
47 Ia  bercerita  tentang  peristiwa  meletusnya
Kelud. 369 Dadung  Sungging  bertemu  Arok  untuk
menyampaikan pesan dari paramesywari. Metonimia
‘Jelas’ informasi
48 Suara  sorak  dan  aba-aba  bergema-gema
seakan  ada  serbuan  sesungguhnya  sedang Anak buah Arok sedang berlatih perang.
Simile ‘Jelas’
informasi
terjadi. 371 49
“Mereka  sepenuhnya  belum  tumpas  dari mu
ka bumi.” 373 Dituturkan  oleh  Arok  saat  menghadap
Tunggul  Ametung  untuk  menanyakan apakah
kerusuhan telah
berhasil dipadamkan atau belum.
Hiperbola Klaim
50 “Diam,  kau  sudra  hina.  Telah  aku  angkat
kau  dari  orang  gelandangan  bercawat menjadi prajurit Tu
mapel. …” 374 Dituturkan  oleh  Tunggul  Ametung  saat
Arok  menghadap  untuk  menanyakan apakah
kerusuhan telah
berhasil dipadamkan atau belum.
Sarkasme Cemooh
51 “Pembohong.  Sudah  sejak  semula  datang
mukamu  menunjukkan  hati  yang  tidak  bisa dipercaya.” 374
Dituturkan  oleh  Tunggul  Ametung  saat Arok  menghadap  untuk  menanyakan
apakah kerusuhan
telah berhasil
dipadamkan atau belum. Sarkasme
Cemooh
52 Dengan muka merah terbakar ia masuk Bilik
Agung. 375 Tunggul Ametung marah dengan jawaban
yang diberikan Arok. Hiperbola
‘Jelas’ informasi
53 “Kuda  liar  yang  sulit  ditertibkan.”
Dengusnya. 375 Dituturkan  oleh  Akuwu  ketika  menemui
istrinya  yang  sedang  memainkan  kalung di dalam Bilik Agung.
Sarkasme Cemooh
54 “Aku  telah  keliru  menempatkan  durjana  di
bawah  atapku,  mungkin  juga  dalam  bilikku sendiri. 375
Dituturkan  oleh  Akuwu  ketika  ia  sedang bercerita kepada istrinya tentang Arok.
Sinisme Sesal
55 “Orang  yang  mengajar  mulutmu  begini
tajam,  patut  dibelah  empat  dengan  kapak, tepat pada mulutnya.” 377
Dituturkan  oleh  Akuwu  ketika  ia  sedang bercerita kepada istrinya tentang Arok.
Sarkasme Cemooh
231
BAB VIII PEMBERSIHAN DI SELATAN