Daya Puji Deskripsi Gaya Bahasa yang Berdaya Bahasa

Mengandung daya simbol karena menunjukkan lambang-lambang yang digunakan dalam upacara pernikahan adat Jawa.

b. Daya Puji

Puji adalah pernyataan rasa pengakuan dan penghargaan yang tulus akan kebaikan, keindahan KBBIoffline. Bentuk ungkapan pujian bisa ditunjukkan kepada sesama, alam, dan Tuhan. Berikut daya puji yang terungkap melalui pemakaian gaya bahasa. I.3 “Perawan terayu di seluruh negeri,” bisik Gede Mirah. 2 Konteks: Dituturkan oleh Gede Mirah ketika ia sedang merias Dedes. II.3 “Sudah lama aku timbang-timbang. Kau seorang muda yang cerdas, giat, gesit, ingatanmu sangat baik, berani, tabah menghadapi segalanya. 60 Konteks: Dituturkan oleh Lohgawe kepada Temu ketika semua murid sedang berkumpul. II.41 “… Dan kau, Temu, kau bisa jadi satria karena kemampuanmu. Tingkah lakumu bukan lazim pada seorang sudra, tetapi satria. Matamu bukan mata satria, tetapi brahmana…” 85 Konteks: Tantripala memuji kecerdasan Temu. III.19 “Mulialah Sri Erlangga Bathara Wisynu, dengan titahnya semua orang bisa jadi satria atau brahmana demi dharmanya.” 112 Konteks: Dituturkan Tunggul Ametung ketika ia berhasil membawa Dedes, tetapi ia meronta terus. III.45 “Bahkan rambutmu kurasai seperti belaian sorga.” 121 Konteks: Dituturkan oleh Tunggul Ametung kepada Dedes ketika dalam perjalanan menuju ke pekuwuan. IV.17 “… Garuda Untuk kau hanya korban terbaik, hidup terbaik, dan kalaupun punah, punah yang terbaik pula.” 176 Konteks: Dituturkan oleh Lohgawe yang menyuruh Arok untuk tidak berpendapat mengenai Maithuna upacara persetubuhan untuk memuja kesuburan. IV.57 “Bicara, kau, garuda kaum brahmana, dengan berat dan ketajaman parasyu Hyang Ganesya, dengan ketajaman kilat Sang Muncukunda ....“ 210 Konteks: Dituturkan oleh Lohgawe untuk menyuruh Arok melanjutkan kisah Salyaparwa dalam bahasa Sansekerta. VI.5 “Kau seorang anak pandai emas yang tajam hidung. Tahu saja kau di mana tempatnya.” 269 Konteks: Dituturkan oleh Arok kepada Hayam ketika ia sedang tertidur. Gaya bahasa hiperbola nampak pada tuturan I.3 karena mengandung suatu pernyataan yang melebih-lebihkan keadaan sebenarnya. Kata terayu memberi efek melebih-lebihkan kecantikan Dedes sehingga terkesan hanya Ken Dedeslah wanita yang paling cantik di seluruh Tumapel. Daya puji nampak pada kalimat “Perawan terayu…” Pujian yang diungkapkan Gede Mirah karena ia mengagumi kecantikan yang dimiliki oleh Dedes. Pada data II.3 menggunakan gaya bahasa asidenton yang ditunjukkan dengan kelompok kata cerdas, giat, gesit, ingatanmu sangat baik, berani, tabah menghadapi segalanya yang memiliki posisi sederajat yaitu menyatakan sifat baik yang dimiliki Arok. Makna yang terkandung dari data II.3 ialah Lohgawe memaparkan kebaikan yang dimiliki oleh Arok yang ia kenal selama ini. Model gaya bahasa ini dipilih penulis untuk mengatakan sesuatu maksud secara jelas, singkat, dan padat. Meskipun tidak dihubungkan dengan kata sambung, makna kalimat tersebut dapat diterima. Pada data II.3 mengandung daya puji dari kumpulan kata cerdas, giat, gesit, ingatanmu sangat baik, berani, tabah menghadapi segalanya sangat jelas mengandung pujian karena tidak mengandung celaan. Tuturan II.41 mengandung gaya bahasa klimaks karena urut- urutan pikiran yang semakin meningkat kepentingannya. Nampak pada kelompok kata “Kau bisa jadi satria karena kemampuanmu. Tingkah lakumu bukan lazim pada seorang sudra, tetapi satria. Matamu bukan mata satria, tetapi brahmana. ” Makna yang terkandung dari tuturan II.41 ialah Arok bisa naik kasta menjadi brahmana karena dharmanya. Daya puji nampak pada penggalan kalimat di atas. Pujian yang disampaikan kepada Arok sangatlah istimewa karena tidak semua orang memiliki kemampuan seperti Arok yaitu memiliki tingkah seorang satria, mata brahmana meskipun pada kenyataannya Arok hanyalah keturunan sudra. Data III.19 menggunakan gaya bahasa apostrof karena menghadirkan Sri Erlangga Bathara Wisynu dalam percakapan antara Tunggul Ametung dengan Dedes. Makna yang terkandung dalam tuturan III.19 yaitu Tunggul Ametung mengungkapkan rasa terima kasih kepada Sri Erlangga Bathara Wisynu karena titah yang diberikan olehnya bisa membuat orang naik kasta karena dharma yang diberikan. Daya yang dihasilkan pada tuturan III.19 ialah daya puji karena mengandung pujian kepada Sri Erlangga Bathara Wisynu yang terungkap dari kata “Mulialah Sri Erlangga Bathara Wisynu,…” Kata mulia merupakan salah satu bentuk ungkapan pujian. Pada data III.45 gaya bahasa simile digunakan untuk membandingkan dua hal yang berbeda. Yang dibandingkan pada tuturan III.45 ialah rambut Dedes dan belaian surga. Makna yang terkandung pada tuturan III.45 ialah rambut Dedes benar-benar halus sehingga jika ada orang yang menyentuhnya seperti merasakan belaian surga. Daya yang muncul yaitu daya puji. Pujian dituturkan oleh Tunggul Ametung saat membelai rambut Ken Dedes dan yang dirasakan Tunggul Ametung ialah rambut Dedes sangat halus dan wangi. Pada tuturan IV.17 menggunakan gaya bahasa epizeukis yaitu pengulangan pada kata terbaik. Maksud pada tuturan IV.17 semua yang terbaik selama hidup dan sampai punah pun yang terbaik diberikan kepada Arok. Data IV.17 Mengandung daya puji yang dituturkan oleh Lohgawe kepada Arok karena bagi Lohgawe, Arok adalah sosok yang sangat istimewa. Pada tuturan IV.57 menggunakan gaya bahasa epitet yang ditunjukkan dengan kalimat garuda kaum brahmana yang sudah jelas julukan itu diberikan kepada Arok. Maksud yang terkandung pada data IV.57 Arok sebagai wakil kaum brahmana mendapat berkat berlimpah dari Hyang Ganesha dengan kilat Muncukundra. Daya IV.57 mengandung daya puji karena Arok mendapat koehormatan menjadi bagian dari kaum brahmana meskipun ia sendiri berkasata sudra. Pada tuturan VI.5 menggunakan gaya bahasa metafora yang ditunjukkan kepada Hayam. Kalimat yang menunjukkan pemakaian gaya bahasa metafora ialah tajam hidung yang berarti memiliki penciuman yang kuat. Maksud yang terkandung pada tuturan VI.5 ialah Hayam memiliki indera penciuman yang kuat untuk mencari sumber emas karena jarang sekali orang yang memiliki kemampuan seperti Hayam. Tuturan VI.50 mengandung daya puji karena dalam pembicaraan, Arok memuji Hayam yang memiliki indera penciuman yang tajam. Daya puji seperti yang telah diuraikan di atas adalah kekuatan bahasa yang terungkap melalui gaya bahasa metafora yang mengandung pesan menunjukkan kesungguhan hati penutur untuk memuji mitra tutur. Perhatikan contoh tuturan “Kau seorang anak pandai emas yang tajam hidung. Tahu sa ja kau di mana tempatnya.” Tuturan tersebut secara langsung menunjukkan pujian Arok kepada Hayam atas kemampuan penciuman tajam yang dimiliki oleh Hayam.

c. Daya Optimis