Perhatikan  tuturan  I.92 “Tak ada brahmana seperti itu. Dia hanya
penipu,  Yang  Mulia,  sepatutnya  dihancurkan  badannya  dengan garukan  kerang”.    Tuturan  tersebut  secara  langsung  memprovokasi
mitra  tutur  agar  melakukan  yang  diminta  penutur  dan  itu  perbuatan buruk.
s. Daya Persuasi
Menurut  KBBIoffline,  persuasi  ialah  ajakan  dengan  cara memberikan alasan dan prospek baik yang meyakinkan. Daya persuasi
muncul dari novel Arok Dedes ialah sebagai berikut ini. III.12
“... Nanti sebentar lagi kalau Hyang Surya telah terbenam, sahaya akan iringkan Yang Mulia ke pura.” 103
Konteks:
Dituturkan oleh
Rimang kepada
Ken Dedes
untuk menghiburnya.
X.45 “Bahwa  kemenangan  bukan  satu-satunya  buah  usaha.
Maka  jangan  ulangi  kejahatan  Tunggul  Ametung  dan balatentaranya.  Jangan  ada  seorangpun  yang  merampok,
mencuri, merampas, menganiaya, memperkosa seperti mereka. Dalam  hal  ini  aturan  dari  Sri  Baginda  Erlangga  masih  tetap
berlaku: hukuman mati terhadap mereka itu. …” 546
Konteks: Dituturkan  Arok  setelah  diangkat  menjadi  orang  pertama  di
Tumapel di hadapan seluruh rakyatnya.
Gaya  bahasa  eponim  ada  pada  data  III.12  ditunjukkan dengan kata Hyang Surya. Hyang Surya memiliki arti dewa matahari.
Maksud dari tuturan tersebut ialah setelah senja atau setelah matahari tenggelam, Rimang akan mengajak Ken Dedes menuju ke pura. Daya
persuasi  muncul  pada  tuturan  III.12  dengan  kata  iringkan  yang berarti Rimang mengajak Ken Dedes menuju ke pura.
Gaya bahasa klimaks ada pada data X.45 ditunjukkan dengan kelompok  kalimat  merampok,  mencuri,  merampas,  menganiaya,
memperkosa.  Daya  klimaks  muncul  karena  kepentingannya  makin meningkat.  Maksud  yang  terkandung  pada  tuturan  X.45  yaitu
menjelaskan  tingkat  kejahatan  yang  makin  lama  makin  meningkat. Daya persuasi muncul karena Arok mengajak seluruh rakyat Tumapel
untuk  tidak  melakukan  hal  buruk  yang  dilakukan  oleh  Tunggul Ametung.
Daya  persuasi  seperti  yang  sudah  diuaraikan  di  atas  adalah kekuatan bahasa  yang terungkap melalui gaya bahasa klimaks seperti
pada  data “Bahwa  kemenangan  bukan  satu-satunya  buah  usaha.
Maka jangan ulangi kejahatan Tunggul Ametung dan balatentaranya. Jangan  ada  seorangpun  yang  merampok,  mencuri,  merampas,
menganiaya, memperkosa seperti mereka.  Dalam hal ini aturan dari Sri  Baginda  Erlangga  masih  tetap  berlaku:  hukuman  mati  terhadap
mereka itu. …”. Tuturan tersebut secara langsung penutur mengajak mitra tutur untuk merubah kebiasaan lama yang buruk.
t. Daya Sumpah