231
BAB VIII PEMBERSIHAN DI SELATAN
No. Data
Konteks Gaya Bahasa
Daya Bahasa
1 Hujan yang jatuh tak henti-hentinya itu
memudahkan Arok mengirimkan beberapa orang bergantian untuk berteduh di pabrik
senjata Hyang Pancagina, juga di rumah pribadi Empu Gandring di pinggiran
Kutaraja. 379 Menceritakan suasana di rumah Empu
Gandring. Eponim
‘Jelas’ informasi
2 Suara keruhnya berderai-derai berpantulan
dari dinding ke dinding. 380 Arok menyusup memasuki Bilik Agung.
Hiperbola ‘Jelas’
informasi 3
“Semoga para
dewa melimpahkan
kemurahan tiada terhingga pada Yang Mulia Paramesywari.” 382
Dituturkan oleh Empu Gandring ketika dipanggil oleh Ken Dedes ke pendopo
untuk menemuinya. Apostrof
Harap
4 “Ampun, yang Mulia, demikianlah sudah
kehendak para
dewa, hanya
untuk membunuhlah
gunanya senjata.
Waktu Hyang pancagina turun dari Gunung Hyang
berjalan ke barat selama sehari dan semalam, sampailah ia di kaki gunung
Semeru. Di situlah ia melihat dua orang kakak-beradik sedang berkelahi. Si abang
terbanting ke tanah, lehernya digigit sampai putus, dan matilah ia. Hyang Pancagina
bertanya kepada pemenang itu: Telah aku ajarkan pada kalian berbagai kepandaian.
Sekarang kau berkelahi dan membunuh Dituturkan oleh Empu Gandring saat
dipanggil Ken Dedes untuk ke pendopo membahas keselamatan paramesywari.
Alegori ‘Jelas’
informasi
abangmu sendiri dengan gigi dan jari- jarimu. Mari ikuti aku, akan kuajari kau
membikin senjata. …” 384 5
“Biadab Hanya sudra yang bisa punya cerita begitu hina..” 385
Dituturkan oleh paramesywari ketika Empu Gandring dipanggil ke pendopo.
Sarkasme Cemooh
6 “Ampun, Yang Mulia, sahaya hanyalah
sudra hina.” 385 Dituturkan oleh Empu Gandring saat
dipanggil Ken Dedes untuk ke pendopo membahas keselamatan paramesywari.
Litotes Klaim
7 Bagi mereka hidup atau matinya para
Kidang bukanlah urusan mereka. 389 Sikap para prajurit yang tidak merespon
terhadap desas-desus yang disebarkan oleh Belakangka
Zeugma ‘Jelas’
informasi 8
Para perusuh itu takut atau sebaliknya patuh padanya. 389
Hadirnya Arok menjadi masalah bagi Belakangka untuk menguasai Tumapel.
Oksimoron ‘Jelas’
informasi 9
Seperti sewaktu masih jadi gerombolan liar yang
menindas desa
demi desa,
ia menganggap semua anakbuahnya patuh
pada dirinya, hanya karena pribadinya. 390
Hadirnya Arok menjadi masalah bagi Belakangka untuk menguasai Tumapel.
Simile ‘Jelas’
informasi
10 Kadang ia ragu pada pikirannya sendiri.
Dan ke manakah para jajaro yang terkenal buas dan tak pernah gentar pada mati itu?
Adakah mereka bisa menyerah dengan mudah untuk ditumpas begitu saja? 391
Hadirnya Arok menjadi masalah bagi Belakangka untuk menguasai Tumapel.
Erotesis ‘Jelas’
informasi
11 Apakah
itu cukup
menjadi bukti,
pertempuran tidak pernah ada? 391 Belakangka mendapat laporan jika tidak
ada mayat
orang ditemukan
di pendulangan dan padang batu.
Erotesis ‘Jelas’
informasi 12
Pasukan Tumapel itu berbaris laju ke selatan seakan hendak menggempur Kediri. 391
Seluruh pasukan
Tumapel bersiap
bertempur ke selatan. Simile
‘Jelas’ informasi
13 Waktu pasukan Kidang Telarung membelok
ke kanan mengikuti tikungan sungai, dan kantongnya ia keluarkan sumpitan kecil dan
melepaskan anak sumpit beracun pada pemimpinnya. Telarung memekik kemudian
roboh tanpa bersuara lagi. 391 Kebo Ijo tidak mendapat tempat di
belakang barisan dan ia berada di bawah pimpinan Kidang Telarung.
Klimaks ‘Jelas’
informasi
14 Dalam sebentar waktu pedangnya telah
bermandi darah para prajurit yang tersekat oleh ranjau dan tak dapat membela diri.
393 Oti memimpin regunya dan melanggar
daerah ranjau untuk membunuh prajurit Tumapel yang didendaminya.
Hiperbola ‘Jelas’
informasi
15 Melalui jalur-jalur bebas ranjau ia lari
menikam dan menebang, memekikkan kata- kata yang tak ada seorang pun mengerti
artinya. Melalui jalur bebas itu juga ia menembusi daerah ranjau, membelok ke kiri,
menerobosi
hutan belantara
dan menggabungkan diri dengan buntut pasukan
Umang. Oti memimpin regunya dan melanggar
daerah ranjau untuk membunuh prajurit Tumapel yang didendaminya.
Anafora ‘Jelas’
informasi
16 “Dengan satu gelombang serangan kalian
akan hancur- binasa. …” 394
Dituturkan oleh Arok saat mengepung perkubuan Hayam.
Hiperbola Ancam
17 “… Tangkap oleh kalian musang berbulu
macan itu” 395 Dituturkan oleh Arya Artya kepada Arok
waktu ia keluar untuk menghadapi Arok. Sarkasme
Perintah 18
“… setidak-tidaknya belum pernah Arya Artya membantu, biar pun hanya dengan
sebutir beras. …” 397 Dituturkan oleh Arok saat mengepung
perkubuan Hayam. Hiperbola
Klaim
19 Arya Artya duduk pada sebongkah batu
besar, kehilangan lidahnya. 399 Arya Artya lemas mengetahui jumlah
emas yang sebenarnya. Metafora
‘Jelas’ informasi
20 “Rampok-rampok yang rampok-merampok” Dituturkan oleh Arya Artya kepada Arok
Epizeukis Cemooh
Pekik Arya Artya. 399 saat ia mengetahui jumlah emas yang
sebenarnya. 21
“Brahmana yang karena emas telah lupa daratan lupa lautan, menyarangkan diri di
tengah-tengah anak-anak muda yang punya perkara
sendiri. Cih” 399 Dituturkan oleh Arok untuk menyindir
Arya Artya. Metafora
Cemooh
22 Arya Artya terjungkal di tanah bermandi
darah. 400 Sepucuk tombak melayang ke Arya Artya.
Hiperbola ‘Jelas’
informasi 23
“Terkutuk, kau, Arok, sudra pembunuh bra
hmana” 400 Dituturkan oleh Arya Artya sebelum
tewas. Sarkasme
Ancam 24
Matanya menyala-nyala
menyemburkan dendam. 401
Hayam bebas
dari kepungan anak
buahnya. Hiperbola
‘Jelas’ informasi
25 Ia berhenti di hadapan Arok dengan dendam
menyala-nyala pada matanya. 401 Hayam
bebas dari
kepungan anak buahnya.
Hiperbola ‘Jelas’
informasi 26
“Sambar Geledek” maki Kebo Ijo. 403 Dituturkan
oleh Kebo
Ijo ketika
mendapati rumah Gusti Putra kosong. Sarkasme
Cemooh 27
Yang ditemukan hanya batu dan batu dan batu. 403
Kebo Ijo dan pasukannya serta jajaro memeriksa daerah pendulangan emas.
Epizeukis ‘Jelas’
informasi 28
“Terkutuk kau Empu Gandring.” 404 Dituturkan
oleh Kebo
Ijo ketika
mendapati rumah Gusti Putra kosong. Sarkasme
Ancam 29
Dasar sudra berkepala anjing ” 404
Dituturkan oleh
Kebo Ijo
ketika mendapati rumah Gusti Putra kosong.
Sarkasme Cemooh
30 Malah menyobeki pakaian mayat sehingga
Kidang itu telanjang bulat seperti bayi besar dalam gendongan induknya. 404
Mayat Kidang Telarung dibawa oleh seekor orang utan betina.
Simile Rangsang
31 Dalam keadaan demikian para prajurit
seperti juga kanak-kanak sedang menumpas orangutan selama mi mereka melingkar ke
Prajurit Kebo Ijo berusaha mengambil mayat Kidang Telarung yang dibawa oleh
orang utan betina. Simile
‘Jelas’ informasi
belakang hewan itu dan menghantami tubuh belakangnya dengan senjata. 404
32 Kebo Ijo gemetar. Ia merasa kepalanya
seakan kini berisi angin dan hatinya penuh padat oleh maut yang mengancam-ngancam
dengan seratus cara. 411 Kebo Ijo merasa sedang bersama Ken
Dedes di dalam pura, menjaga mayat Kidang Telarung.
Simile Rangsang
33 Kastanya akan membikin ia berapi-api
menghadapi si
sudra Langi
Tunggul Ametung. 417
Belakangka sudah merencanakan untuk menguasai
Tumapel dengan
memanfaatkan Kebo Ijo. Hiperbola
‘Jelas’ informasi
34 Hujan jatuh dengan derasnya, dan keadaan
dalam hutan semakin muram. 423 Menggambarkan keadaan hutan saat
terjadi perang. Personifikasi
‘Jelas’ informasi
35 Pasukan itu seakan bukan meninggalkan
perkelahian yang habis dimenangkan, tapi dari asrama untuk berparade, dengan setiap
prajurit berseri —seri penuh kepercayaan diri
dan kepercayaan pada pimpinannya. 427 Pasukan Arok menuju ke jalanan negeri
setelah menangkap Kidang Gumelar. Simile
‘Jelas’ informasi
36 Arok memacu kudanya seakan hendak
menyerbu memasuki medan pertempuran. 427
Ketika terjadi pertempuran di dalam hutan.
Simile ‘Jelas’
informasi 37
“… Bukan lagi persoalan sabar Yang Mulia, tetapi hidup dan mati. …” 429
Dituturkan Arok di hadapan Tunggul Ametung yang menanyakan kewajiban
Arok kepada Akuwu. Zeugma
Protes
38 Ia merasa sangat, sangat lemah, tanpa
penunjang begini. 436 Tunggul Ametung merasa seorang diri
setelah mengetahui keadaan yang terjadi di Tumapel.
Epizeukis ‘Jelas’
informasi
BAB IX RAHASIA EMPU GANDRING