h.  Perifrasis Perifrasis  adalah  sejenis  gaya  bahasa  yang  agak  mirip  dengan
pleonasme,  yaitu  mempergunakan  kata-kata  lebih  banyak daripada yang dibutuhkan. Misalnya:
Ia  sendiri  meningkat  ke  atas  melalui  cara  yang demikian juga. Arok Dedes, 2006: 41.
2. Gaya bahasa perulangan
Gaya  bahasa  perulangan  adalah  gaya  bahasa  yang mengandung perulangan bunyi,  suku  kata, kata, frase, atau bagian
kalimat yang dianggap penting untuk memberikan sebuah tekanan dalam  sebuah  konteks.  Berikut  beberapa  contoh  majas  yang
termasuk dalam gaya bahasa perulangan. a.  Asonansi
Asonansi  adalah  gaya  bahasa  yang  berwujud  pengulangan vokal yang sama. Contoh:
Dua orang  pengawal,  mendengar  gerincing  giring- giring, ... Arok Dedes, 2006:4.
b.  Antanaklasis Antanaklasis  adalah  gaya  bahasa  yang  mengandung  ulangan
kata yang sama tetapi berbeda makna. Contoh:
Buah  bajunya  terlepas  membuat  buah  dadanya hampir kelihatan Tarigan, 1985: 185.
c.  Tautotes Tautotes  adalah  gaya  bahasa  yang  berupa  perulangan  atas
sebuah kata berulang-ulang. Misalnya:
Kakanda  mencintai  adinda,  adinda  mencintai kakanda,  kakanda  dan  adinda  saling  mencintai
Tarigan, 1985: 190.
d.  Kiasmus Kiasmus  adalah  gaya  bahasa  yang  berisikan  perulangan.
Misalnya: Yang  kaya  merasa  dirinya  miskin,  yang  miskin
merasa dirinya kaya Tarigan, 1985: 187.
e.  Aliterasi Aliterasi  adalah  sejenis  gaya  bahasa  yang  memanfaatkan
purwakanti atau pemakaian kata-kata yang permulaannya sama bunyinya. Misalnya:
Dara  damba  daku,  datang  dari  danau.  Duga  dua duka, diam di diriku Tarigan, 1985: 181.
f.  Epizeukis Epizeukis  adalah  gaya  bahasa  perulangan  yang  bersifat
langsung, ,  yaitu kata  yang ditekankan atau  yang dipentingkan diulang beberapa kali berturut-turut. Misalnya:
“Seluas pandang ditebarkan, hanya sawah, sawah, dan sawah-sawah hanya untuk musim kering seperti
sekarang ini. ” Arok Dedes, 2006: 61.
g.  Anafora Anafora  adalah  gaya  bahasa  repetisi  yang  berupa  perulangan
kata pertama pada setiap baris atau setiap kalimat. Misalnya: Ia  mengherani  adanya  raksasa  dan  ia  tak  dapat
membayangkannya.  Ia  mengherani  adanya  satria yang  mendapatkan  kelebihan-kelebihan  dan  para
dewa Arok Dedes, 2006: 31.
h.  Epistrofa Epistrofa  adalah  semacam  gaya  bahasa  repetisi  yang  berupa
perulangan  kata  atau  frase  pada  akhir  baris  atau  kalimat berurutan. Misalnya:
Dedes  tak tahu  harus  berbuat apa. Melawan ia  tak mampu.  Lari  ia  pun  tak  mampu.  Arok  Dedes,
2006:13
i.  Simploke Simploke  adalah  sejenis  gaya  bahasa  repetisi  yang  berupa
perulangan  pada  awal  dan  akhir  beberapa  baris  atau  kalimat berturut-turut. Misalnya:
Ibu bilang saya pemalas. Saya bilang biar saja. Ibu bilang  saya  lamban.  Saya  bilang  biar  saja.  Ibu
bilang  saya  lengah.  Saya  bilang  biar  saja.  Ibu bilang saya manja. Saya bilang biar saja. Tarigan,
1985: 196.
j.  Mesodiplopsis Mesodiplopsis  adalah  sejenis  gaya  bahasa  repetisi  yang
berwujud perulangan kata atau frase di tengah-tengah baris atau beberapa kalimat berurutan. Misalnya:
Para  pendidik  harus  meningkatkan  kecerdasan bangsa. Para dokter harus meningkatkan kesehatan
masyarakat.  Para  petani  harus  meningkatkan  hasil sawah-ladang. Tarigan, 1985: 198
k.  Epanalepsis Epanalepsis adalah semacam gaya bahasa repetisi yang berupa
perulangan  kata  pertama  dari  baris,  klausa  atau  kali  menjadi kata yang terakhir. Misalnya:
“Mati,  Arok,  Sang  Akuwu  mati,”.  Arok  Dedes, 2006: 525
l.  Anadilopsis Anadilopsis  adalah  sejenis  gaya  bahasa  repetisi  di  mana  kata
atau frase terakhir dari suatu  klausa atau kalimat menjadi  kata atau  frase  pertama  dari  klausa  atau  kalimat  berikutnya.
Misalnya: “Tanpa  keberanian  hidup  adalah  tanpa  irama.
Hidup  tanpa  irama  adalah  samadhi  tanpa  pusat. ”
Arok Dedes, 2006: 63
3. Gaya bahasa pertautan