Metonimia Alusi Gaya bahasa pertautan

“Mati, Arok, Sang Akuwu mati,”. Arok Dedes, 2006: 525 l. Anadilopsis Anadilopsis adalah sejenis gaya bahasa repetisi di mana kata atau frase terakhir dari suatu klausa atau kalimat menjadi kata atau frase pertama dari klausa atau kalimat berikutnya. Misalnya: “Tanpa keberanian hidup adalah tanpa irama. Hidup tanpa irama adalah samadhi tanpa pusat. ” Arok Dedes, 2006: 63

3. Gaya bahasa pertautan

Beberapa contoh macam-macam majas yang terdapat dalam gaya bahasa pertautan adalah.

a. Metonimia

Metonimia adalah gaya bahasa yang memakai nama ciri yang ditautkan dengan nama orang, barang, benda. Misalnya: Orang itu datang dari Tuban, pergi ke Gresik, memudiki Brantas melalui porong Erlangga. Arok Dedes, 2006: 84

b. Alusi

Alusi adalah gaya bahasa yang menunjuk secara tidak langsung ke suatu peristiwa atau tokoh berdasarkan peranggapan adanya pengetahuan bersama yang dimiliki oleh pengarang dan pembaca. Misalnya: Saya ngeri membayangkan peristiwa meletusnya Merapi dua tahun lalu. Tarigan, 1985: 126 c. Gradasi Gradasi adalah gaya bahasa yang mengandung suatu rangkaian kata. Misalnya: Aku persembahkan cintaku padamu, cinta yang tulus, cinta yang berasal dari lubuk hatiku yang paling dalam. Tarigan, 1985: 140 d. Sinekdoke Sinekdoke adalah gaya bahasa yang menyebutkan nama sebagian sebagai pengganti keseluruhan atau sebaliknya. Misalnya: “Tolonglah leher sahaya ini, Yang Mulia Ratu.” Arok Dedes, 2006: 230 e. Ellipsis Ellipsis adalah gaya bahasa yang di dalamnya dilaksanakan penghilangan kata. Misalnya: Mereka ke Jakarta minggu lalu menghilangkan predikat pergi. Tarigan, 1985: 138 f. Metonimia Metonimia adalah sejenis gaya bahasa yang mempergunakan nama suatu barang bagi sesuatu yang lain berkaitan erat dengannya. Misalnya: Kelud meletus. Arok Dedes, 2006: 216 g. Eufemisme Eufemisme ialah ungkapan yang lebih halus sebagai ungkapan yang dirasakan kasar yang dianggap merugikan atau yang tidak menyenangkan. Misalnya: “Kepalamu akan jatuh karena peristiwa ini.” Arok Dedes, 2006: 133 h. Eponim Eponim adalah semacam gaya bahasa yang mengandung nama seseorang yang begitu sering dihubungkan dengan sifat tertentu sehingga nama itu dipakai untuk menyatakan sifat itu. Misalnya: Waktu Hyang Surya terbit, Yang Suci Belakangka di pendopo mengumumkan pada sekalian pembesar pekuwuan, bahwa Ken Dedes adalah seorang perawan suci yang mematuhi ajaran nenek moyang, para dewa, dan para guru. Pengumuman itu merembesi seluruh pekuwuan dan ibukota Tumapel. Arok Dedes, 2006: 25 i. Epitet Epitet adalah semacam gaya bahasa yang mengandung acuan yang menyatakan suatu sifat atau ciri khas dari seseorang atau sesuatu hal. Misalnya: “Bicara, kau, garuda kaum brahmana, dengan berat dan ketajaman parasyu Hyang Ganesya, dengan ketajaman kilat Sang Muncukunda ....“ Arok Dedes, 2006: 210 garuda kaum brahmana: Arok. j. Antonomasia Antonomasia adalah semacam gaya bahasa yang merupakan bentuk khusus dari sinekdoke yang berupa pemakaian sebuah epitet untuk menggantikan nama diri atau gelar resmi, atau jabatan untuk menggantikan nama diri. Misalnya: Pangeran menandatangani surat penghargaan tersebut. Tarigan, 1985: 132. k. Erotesis Erotesis adalah sejenis gaya bahasa yang berupa pertanyaan yang dipergunakan dalam tulisan atau pidato yang bertujuan untuk mencapai efek yang lebih mendalam dan penekanan yang wajar, dan sama sekali tidak menuntut jawaban. Misalnya: Jadi apakah aku ini, yang bernafsu untuk jadi pandita negeri, seorang brahmana pemuja Sang Hyang Mahadewa Syiwa, yang gagal melaksanakan keinginan untuk jadi pandita akuwu Wisynu? Sudah sedemikan hinakah arya Hindu di bawah Wisynu Jawa ini? Arok Dedes, 2006: 39 l. Paralelisme Paralelisme adalah semacam gaya bahasa yang berusaha mencapai kesejajaran dalam pemakaian kata-kata atau frase- frase yang menduduki fungsi yang sama dalam bentuk gramatikal yang sama. Misalnya: Bukan saja korupsi itu harus dikutuk, tetapi juga harus diberantas di Negara Pancasila ini. Tarigan, 1985: 136 m. Asidenton Asidenton adalah semacam gaya bahasa yang berupa acuan padat dan mampat di mana beberapa kata, frase atau klausa yang sederajat tidak dihubungkan dengan kata sambung. Misalnya: Dan Tunggul Ametung hanya seorang jantan yang tahu memaksa, merusak, memerintah, membinasakan, merampas. Arok Dedes, 2006: 13 n. Polisindenton Polisindenton adalah suatu gaya bahasa yang merupakan kebalikan dari asindenton. Misalnya: Hanya babi dan anjing dan kucing berkeliaran di jalan-jalan. Arok Dedes, 2006: 469

4. Gaya bahasa pertentangan