kepada  mereka  entah  apapun  itu.  Daya  pinta  muncul  karena  pasukan Arok memintanya untuk berbicara.
Daya  pinta  seperti  yang  sudah  diuraikan  di  atas  adalah kekuatan  bahasa  yang  terungkap  melalui  penggunaan  gaya  bahasa
litotes,  yang  mengandung  pesan  supaya  lawan  tutur  melakukan sesuatu  yang  dikehendaki  mitra  tutur.  Perhatikan  contoh  VII.23
“Coba katakan padaku yang masih bodoh ini”. Tuturan tersebut secara langsung meminta mitra tutur agar menjelaskan padanya mengenai hal
yang belum diketahui oleh penutur.
n. Daya Harap
Dalam  novel  Arok  Dedes  karya  Pramoedya  Ananta  Toer, peneliti  menemukan  beberapa  tuturan  baik  lisan  maupun  tulis  yang
mengandung  daya  bahasa  harapan.  Menurut  KBBIoffline,  harap adalah sesuatu yang yang diharapkan, suatu keinginan supaya menjadi
kenyataan. III.83
“Anak  desa  yang  nakal  itu,  sebentar  lagi  akan  lenyap bersama dengan debu
Kelud. ..”159
Konteks: Dituturkan oleh Tunggul Ametung ketika istrinya menanyakan
soal perusuh.
IV.1 “Dengan namamu yang baru, Arok, Sang Pembangun, kau
adalah garuda harapan kaum brahmana.” 165
Konteks: Dituturkan oleh Lohgawe saat upacara pemberian nama.
IV.33 “Dirgahayu, dirgahayu, dirgahayu, ya Mahaguru.” 182
Konteks:
Dituturkan  oleh  berpuluh-puluh  orang  para  brahmana  yang menyambut kedatangan Lohgawe.
VII.17 “Kau tidak akan sedungu ayahmu. Kau takkan bikin malu
ibumu. Kalau kau wanita, kau adalah dewi, kalau kau pria kau adalah dewa. Dengar, kau jabang bayi? Kau berdarah Hindu,
ayahmu sudra hina.” 32919
Konteks: Dituturkan oleh Ken Dedes kepada anak dalam kandungannya.
VIII.3 “Semoga  para  dewa  melimpahkan  kemurahan  tiada
terhingga pada Yang Mulia Paramesywari.” 38218 Konteks:
Dituturkan  oleh  Empu  Gandring  ketika  dipanggil  oleh    Ken Dedes untuk ke pendopo.
Gaya  bahasa  sinisme  ada  pada  data  III.83  yang  ditunjukkan dengan  kalimat  anak  desa  yang  nakal.  Maksud  yang  terkadung
meremehkan seorang anak desa yang identik dengan anak desa nakal. Daya  harap  muncul  pada  data  VIII.3  karena  Tunggul  Ametung
mengharapkan si anak desa itu lenyap bersama debu Kelud. Gaya  bahasa  epitet  ada  pada  data  IV.1  yang  ditunjukkan
dengan kalimat  “…Arok,  Sang  Pembangun…”  Maksud  dari  data
IV.1 ialah Arok menjadi mendapat kepercayaan dari kaum brahmana untuk menjadi pelengkap pembangun kaum brahmana yang telah lama
terpuruk. Data IV.1 mengandung daya harap karena kaum brahmana menaruh  harapan  besar  kepada  Arok  yang  akan  memperbaiki  nasib
seluruh kaum brahmana yang terpuruk salama duaratus tahun ini. Pada  tuturan  IV.33  menggunakan  gaya  bahasa  epizeukis
yang  ditunjukkan  dengan  pengulangan  kata  dirgahayu.  Dirgahayu sendiri  memiliki  arti  semoga  panjang  umur.  Maksud  yang  tekandung
pada  tuturan  IV.33  ialah  semoga  Lohgawe  selalu  panjang  umur. Mengandung  daya  harap  karena  berisi  harapan  kepada  Lohgawe
supaya panjang umur, sehat selalu seperti saat orang merayakan ulang tahun.
Pada  tuturan  VII.17  memiliki  gaya  bahasa  hiperbola  karena melebih-
lebih  suatu  objek  yang  ditunjukkan  dengan  kalimat  “…kau wanita, kau adalah dewi, kalau kau pria kau adalah dewa
…” maksud yang  terkandung  dari  data  VII.17  yakni  ketika  anak  Dedes  lahir,  ia
seperti  seorang  dewi,  jika  laki-laki  ia  seperti  seorang  dewa.  Daya harap muncul pada data VIII.17 karena mengandung harapan supaya
anak yang dilahirkannya kelak memiliki sifat seperti dewa atau dewi. Kutipan tuturan VIII.3 memiliki gaya bahasa apostrof karena
menghadirkan sesuatu  yang tidak ada menjadi ada terwakilkan dalam kata dewa. Dewa adalah roh yang diangan-angankan sebagai manusia
halus  yang  berkuasa  atas  alam  dan  manusia  KBBIoffline.  Dewa sosok yang kasat mata tapi bisa dirasakan kehadirannya. Pada tuturan
di atas, Empu Grandring berharap supaya Ken Dedes selalu mendapat kemurahan  yang  tak  terhingga  dari  para  dewa.  Pramoedya
menggunakan istilah dewa karena pada saat itu masa kerajaan Kediri agama  Hindu  yang  menjadi  kepercayaan  penduduk  Tumapel.  Daya
ilokusi  yang  terkandung  yaitu  supaya  Ken  Dedes  mendapat  banyak berkat dari para dewa. Efek yang dihasilkan dari ujaran di atas adalah
ucapan terimakasih yang dituturkan oleh Ken Dedes.
Daya  harap  seperti  yang  sudah  diuraikan  di  atas  adalah kekuatan bahasa yang terungkap melalui gaya bahasa epizeukis seperti
pada  data “Dirgahayu,  dirgahayu,  dirgahayu,  ya  Mahaguru.”  182
yang mengandung pesan menunjukkan sebuah harapan kepada seluruh kaum  brahamana  kepada  Lohgawe  saat  menyambutnya  datang  yang
sudah  lama  ditunggu  kehadirannya.  Tuturan  tersebut  secara  langsung menyampaikan harapan penutur kepada mitra tutur.
o. Daya Perintah