153
BAB I TUMAPEL
No. Data
Konteks Gaya Bahasa
Daya Bahasa
1 Tubuhnya dibopong diturunkan dari kuda,
dibawa masuk ke ruangan besar ini juga. 1 Ken Dedes sadar dari pingsan.
Klimaks ‘Jelas’
Informasi 2
Gede Mirah menyediakan untuknya air, tempat membuang kotoran dan makanan. 1
Ken Dedes berada di dalam bilik besar. Eufemisme
‘Jelas’ informasi
3 “Perawan terayu di seluruh negeri,” bisik
Gede Mirah. 2 Dituturkan oleh Gede Mirah ketika ia
sedang merias Ken Dedes. Hiperbola
Puji 4
“Jangan menangis. Berterima kasihlah kepada para dewa. …” 2
Dituturkan oleh Gede Mirah ketika itu ia sedang merias, mengagumi kecantikan
Ken Dedes, dan memberinya nasihat. Saat itu
Ken Dedes
tertekan dengan
pernikahannya dan tidak menyetujui pernikahannya dengan Tunggul Ametung.
Apostrof Nasihat
5 Dedes masih juga belum membuka mulut
dalam empatpuluh hari ini. 3 Ken Dedes tidak berbicara selama empat
puluh hari setelah ia diculik dan dibawa ke pekuwuan.
Perifrasis ‘Jelas’
informasi 6
Dan sebagai gadis yang terdidik untuk menjadi brahmani, ia tahu Tunggul Ametung
hanya seorang penjahat dan pendekar yang diangkat untuk jabatan itu oleh Sri Kretajaya
untuk menjamin arus upeti ke Kediri. 3 Ken Dedes terkenang pada ayahnya.
Zeugma ‘Jelas’
informasi
7 Dua puluh tahun sebagai Tunggul Ametung
pekerjaan pokoknya adalah melakukan perampasan terhadap semua yang terbaik
milik rakyat Tumapel: kuda terbaik, burung terbaik, perawan tercantik. 3
Ken Dedes terkenang pada ayahnya. Asidenton
‘Jelas’ informasi
8 Dada telanjangnya mulai ditutup dengan
sutera terawang tenunan Mesir tipis laksana selaput kabut menyapu gunung kembar. 3
Ken Dedes sedang dirias oleh Gede Mirah.
Simile Rangsang
9 “Mari, Dara,” katanya lagi dan dipimpinnya
Dedes sang cantik, sang ayu, sang segala pujian itu hendak meninggalkan bilik. 4
Dituturkan oleh Tunggul Ametung ketika akan meninggalkan bilik bersama Ken
Dedes. Asidenton
Simbol
10 Kini gedung-gedung bermunculan seperti
dari perut bumi. 4 Keadaan Tumapel yang dipimpin oleh
Tunggul Ametung selama dua puluh tahun.
Simile ‘Jelas’
informasi 11
Dua orang pengawal, mendengar gerincing giring-giring, ...4
Prosesi perarakan iringan pengantin. Asonansi
Rangsang 12
Dua orang pengawal, mendengar gerincing giring-giring, membuka tabir berat dan
potongan ranting
bambu petung,
menghentakkan pangkal tangkai tombak sebagai penghormatan, membungkuk tanpa
memandang pada Dedes. 4 Prosesi perarakan iringan pengantin.
Klimaks ‘Jelas’
informasi
13 Kulit tubuhnya yang dimangir kuning muncul
dari balik terawang sutera Mesir dengan Menceritakan kecantikan Ken Dedes
ketika diarak dalam iringan pengantin. Simile
Rangsang
sepasang buah
dada seperti
hendak bertanding dengan matari. 5
14 Semua berkilat-kilat memuntahkan pantulan
api dari dalamnya. 5 Mendeskripsikan
pakaian Belakangka
yang mengenakan jubah hitam, berkalung lempengan emas dengan lambang Hyang
Wisynu, dan diberati patung garuda dari emas.
Personifikasi Simbol
15 Iringan itu berjalan selangkah dan selangkah
seperti takut bumi jadi rengkah terinjak. 5 Rombongan pengantin wanita keluar dari
keputrian menuju ke pendopo istana. Simile
Seremoni 16
Sangkakala berhenti berseru-seru. Akuwu Tumapel turun dan pendopo menyambut
pengantinnya, menggandengnya. 5 Pengantin wanita tiba di pendopo.
Klimaks Seremoni
17 Janur kuning dan daun beringin menyambut
kedatangan mereka. 6 Rombongan pengantin baru menuju ke
alun-alun. Personifikasi
Simbol 18
Berpuluh pandita dan seluruh negeri Tumapel, yang didatangkan dari kota dan
desa dan diturunkan dari gunung-gunung Arjuna, Welirang, Kawi dan Hanung,
berbaris seorang-seorang dengan jubah aneka warna dan destar sesuai dengan
warna jubahnya. 6 Seluruh pandita dari Tumapel datang dari
berbagai penjuru
Tumapel sambil
membawa umbul-umbul,
semuanya berjumlah empat puluh.
Antiklimaks Seremoni
19 Semua berjumlah empatpuluh, empatpuluh
pandita, empatpuluh hari pengantin telah Seluruh pandita dari Tumapel datang dari
berbagai penjuru
Tumapel sambil
Epizeukis Seremoni
mematuhi wadad perkawinan agung tatacara para raja dari jauh di masa silam yang
sudah tak dapat diingat lagi kapan. 7 membawa
umbul-umbul, semuanya
berjumlah empat puluh. 20
Tunggul Ametung berdiri, menggandeng pengantinnya, dan memimpinnya berlutut,
kemudian mengangkat sembah. 7 Rombongan pengantin tiba di depan
panggung. Klimaks
Seremoni
21 “Dewa Sang Akuwu sekarang juga
dewamu.” 8 Dituturkan oleh Yang Suci Belakangka
ketika memimpin upacara pernikahan. Epanalepsis
Deklarasi 22
Angin pancaroba meniup keras, berpusing di tengah
lapangan, membawa
debu, membumbung tinggi, kemudian membuyar,
melarut, dalam udara sore. 8 Suasana di alun-alun ketika Yang Suci
Belakangka memimpin upacara. Personifikasi
‘Jelas’ informasi
23 Angin pancaroba meniup keras, berpusing di
tengah lapangan,
membawa debu,
membumbung tinggi, kemudian membuyar, melarut, dalam udara sore. 8
Suasana di alun-alun ketika Yang Suci Belakangka memimpin upacara
Klimaks ‘Jelas’
informasi
24 “Demi Hyang Wisynu, pada hari penutupan
brahmacarya ini, kami umumkan pada semua yang mendengar, pengantin kami ini, Dedes,
kami angkat jadi Paramesywari, untuk menurunkan anak yang kelak menggantikan
kami.” 9 Dituturkan oleh Tunggul Ametung di
hadapan seluruh rakyatnya. Apostrof
Dogma
25 Dedes tak juga bangkit dan berlutut. Kembali
Yang Suci juga yang memimpinnya berdiri, Setelah Ken Dedes mencuci kaki Tunggul
Ametung. Klimaks
Seremoni
membisikkan pada
ubun-ubunnya, memberkahinya dengan restu kebahagiaan
serta seorang
putra calon
pemangku Tumapel hendaknya segera dilahirkannya.
10 26
Tapi dalam hatinya masih juga mengucur tiada henti. 10
Ken Dedes berlutut di dalam Bilik Agung menghadapi peraduan.
Hiperbola ‘Jelas’
informasi 27
1 “Pada suatu kali di tahun 1107 Saka Sri Ratu Srengga Jayabasa dari Kediri mangkat.
Pertentangan dalam istana siapa yang harus dinobatkan.
Raden Dandang
Gendis melarikan diri dari istana ke Gunung Wilis.
… Di istana Amisani, si anak desa, tidak disukai oleh para putri istana. Orang pun
memasang racun untuk membunuhnya. Amisani akhirnya mati termakan racun itu.
.... ” 12 Ken
Dedes teringat
dulu ayahnya
menceritakan suatu cerita pokok tentang perkawinan antara wanita kasta brahmana
dengan seorang pria kasta satria dalam suatu
pelajaran tentang
tata tertib
triwangsa. Alegori
‘Jelas’ informasi
29 Ia mengerti di Tumapel tersedia banyak
racun untuk melenyapkannya dari muka bumi. 13
Ken Dedes terbangun dari renungannya dan menyadari sedang mengulangi kisah
hidup Dewi Amisani. Hiperbola
‘Jelas’ informasi
30 Hatinya sendiri semakin sempit terhimpit.
13 Suasana hati Ken Dedes semakin tak
menentu. Hiperbola
‘Jelas’ informasi
31 “... Agunglah kau, puncak Triwangsa, kaum
brahmana. Agunglah Hyang Mahadewa Dituturkan oleh Ken Dedes kepada
dirinya sendiri. Ia berjanji dalam hati Apostrof
Puji
Syiwa”13 untuk
menebus kesalahannya
pada ayahnya.
32 Dan Tunggul Ametung hanya seorang jantan
yang tahu memaksa, merusak, memerintah, membinasakan, merampas. 13
Pemaparan sifat Tunggul Ametung. Asidenton
‘Jelas’ informasi
33 Melawan ia tak mampu. Lari ia pun tak
mampu. 13 Ketidakberdayaan Ken Dedes.
Epistofora ‘Jelas’
informasi 34
“… Para dewa membenarkan. ...” 14 Dituturkan
oleh Belakangka
kepada Ametung ketika itu memasuki upacara
menaiki peraduan
pengantin yang
dipimpin oleh Yang Suci Belakangka. Apostrof
Dogma
35 ”Keayuan yang keramat ini para dewa
semoga takkan merusaknya. Jangan jadi susut keayuan ini.” 16
Pujian yang dituturkan oleh Tunggul Ametung Ken Dedes kepada yang memuji
kecantikan Ken Dedes saat di dalam peraduan, meluluhkan hati Ken Dedes,
serta pemberian gelar Ken. Apostrof
Harap
36 “Dengar, Dedes, aku panggilkan keabadian
untuk kecantikanmu demi Wisynu Sang Pemelihara aku patriakan keayuanmu dalam
keabadian dalam sebutan Ken.” 16 Pujian yang dituturkan oleh Tunggul
Ametung Ken Dedes kepada yang memuji kecantikan Ken Dedes saat di dalam
peraduan, meluluhkan hati Ken Dedes, serta pemberian gelar Ken.
Apostrof Deklarasi
37 Tanpa menunggu perintah Gede Mirah
membuka ikat pinggang emas Ken Dedes, meletakkan dengan rapi pada bagian kaki
Ketika mendengar
denting binggal
bersentuhan tak wajar, Gede Mirah masuk ke peraduan dan membantu melepas
Simile Rangsang
peraduan, kemudian menarik tali pinggang, lolos semua pakaian pengantin itu, telanjang
bulat seperti boneka. 16 pakaian Ken Dedes.
38 Ken Dedes menutup matanya dengan tangan
dan menangis tersenggal-senggal, laksana boneka emas di atas lembaran perak. 16
Ken Dedes berada di peraduan dengan keadaan telanjang.
Simile ‘Jelas’
informasi 39
“Bila Hyang Surya besok mengirimkan restunya, tubuh dan jiwa pengantin ini sudah
jadi sepenuh wanita.”16 Dituturkan Gede Mirah dengan berbisik
ketika memindahkan tangan penutup mata itu ke samping dan memperbaiki rias,
mengeringkan air mata Ken Dedes. Apostrof
Harap
40 Tunggul Ametung memperhatikan tubuh
istrinya yang indah telentang seperti kala dilahirkan. 17
Tunggul Ametung memperhatikan tubuh indah Ken Dedes.
Simile Rangsang
41 Kutaraja, ibukota Tumapel, tenggelam dalam
dingin pancaroba. 17 Menggambarkan
suasana ibukota
Tumapel saat musim pancaroba. Personifikasi
‘Jelas’ informasi
42 Bukankah di Kutaraja sendiri banyak gadis
cantik yang patut diparamesywarikan? 17 Barang siapa pada malam itu belum tidur,
dia bertanya-tanya,
apa sebabnya
perkawinan itu dirahasiakan dan mengapa Tunggul
Ametung justru
hanya mengambil gadis desa.
Erotesis ‘Jelas’
informasi
43 Berita itu adalah tentang Borang, seorang
pemuda berperawakan kukuh, berani atau nekad, tanpa kegentaran. 17
Tersebarnya berita hebat di seluruh Kutaraja tentang Borang.
Asidenton ‘Jelas’
informasi
44 “Apakah kalian kurang menyembah dan
berkorban pada Hyang Wisynu, maka kurang keberanian dalam hati kali
an?” 18 Dituturkan oleh Borang kepada seluruh
penduduk desa Bantar dan mengumpulkan mereka ke tengah lapangan Bantar.
Apostrof Keluh
45 “Pemujaan dan korban kalian tiada arti bila
kalian tak dapatkan keberanian itu dari Hyang Wisynu.” 19
Dituturkan oleh Borang kepada seluruh penduduk desa Bantar dan mengumpulkan
mereka ke tengah lapangan Bantar. Apostrof
Dogma
46 ”Barangkali kau hanya seorang pemuja
Hyang Syiwa, Borang.” 19 Dituturkan oleh salah satu penduduk
Bantar kepada
Borang ketika
mengumpulkan mereka
ke tengah
lapangan Bantar. Apostrof
Protes
47 ” Tumapel terus-menerus menyalahkan
kami.” 19 Dituturkan oleh salah satu penduduk
Bantar kepada
Borang ketika
mengumpulkan mereka
ke tengah
lapangan Bantar. Sinekdok
Keluh
48 “Kekuasaan Akuwu Tumapel yang diberkahi
oleh Hyang Wisynu telah membikin kalian mengidap kemiskinan tidak terkira.” 19
Dituturkan oleh Borang kepada seluruh penduduk desa Bantar dan mengumpulkan
mereka ke tengah lapangan Bantar. Antitesis
Klaim
49 “Dengan segala yang diambil dari kalian
Akuwu Tumapel mendapat biaya untuk bercumbu dengan perawan-perawan kalian
sampai lupa pada Hyang Wisynu.” 19 Dituturkan oleh Borang kepada seluruh
penduduk desa Bantar dan mengumpulkan mereka ke tengah lapangan Bantar.
Apostrof Klaim
50 Angin pancaroba yang dingin itu meniup
tanpa mengindahkan puncak pepohonan yang membangkang. 19
Suasana di tengah tanah lapang Bantar saat Borang dan penduduk berkumpul.
Personifikasi ‘Jelas’
informasi
51 “… Maka itu, dengar, hanya mereka yang
tidak mengenal Hyang Mahadewa Syiwa selalu dalam cengkeraman kebodohan dan
ketidaktahuan. …” 20 Dituturkan oleh Borang kepada seluruh
penduduk desa Bantar dan mengumpulkan mereka ke tengah lapangan Bantar.
Apostrof Dogma
52 “… Hyang Bathara Guru tahu segalanya.
Hyang Mahadewa, juga Hyang Bathara Guru, Maha Pencipta. …”20
Dituturkan oleh Borang kepada seluruh penduduk desa Bantar dan mengumpulkan
mereka ke tengah lapangan Bantar. Apostrof
Puji
53 ”Tidak. Kalian membutuhkan pancaran
Hyang Mahadewa u ntuk dapat mengerti…”
21 Dituturkan oleh Borang kepada seluruh
penduduk desa Bantar dan mengumpulkan mereka ke tengah lapangan Bantar.
Apostrof Dogma
54 “Masih bocah tahu apa kau tentang urusan
dewa?” 21 Dituturkan oleh salah satu penduduk
Bantar kepada
Borang ketika
mengumpulkan mereka
ke tengah
lapangan Bantar. Sinisme
Cemooh
55 ”Setidak-tidaknya dari Hyang Bathara Guru
aku tahu, dua hari lagi kalian akan mendapat perintah untuk mengangkut upeti ke Kediri.
Dari Hyang Wisynu aku tahu, kalian akan l
akukan itu dengan patuh.” 21 Dituturkan oleh Borang kepada seluruh
penduduk desa
Bantar ketika
mengumpulkan mereka
ke tengah
lapangan Bantar. Apostrof
Magi
56 “ Dengarkan bisikan Hyang Syiwa.” 22
Adu mulut antara Borang dan Si tinggi- besar
semakin memanas.
Borang menyuruh
penduduk desa
untuk mengangkut semua upeti ke Kediri.
Apostrof Nasihat
57 ”… Demi Hyang Wisynu, angkut semua upeti Dituturkan oleh Borang kepada seluruh
Apostrof Perintah
ke Kediri. ...” 22 penduduk desa Bantar dan mengumpulkan
mereka ke tengah lapangan Bantar. 58
“…Demi Hyang Durga, hancur kau bila tak mundur lima langkah …. Hancur kalian,
bukan karena narapraja Tumapel, tapi demi Hyang Durga sendiri
” 22 Dituturkan oleh Borang kepada seluruh
penduduk desa Bantar dan mengumpulkan mereka ke tengah lapangan Bantar.
Apostrof Ancam
59 “Kalian penyembah Hyang Wisynu yang
kurang baik.
Kesetiaan telah
kalian persembahkan pada Tunggul Ametung,
bukan pada Hyang Wisynu. Yang kalian sembah bukan dewa cinta-kasih, bukan Sri
Dewi, bukan Hyang Wisynu, tapi gandarwa ketakutan…” 23
Dituturkan oleh Borang kepada seluruh penduduk desa Bantar dan mengumpulkan
mereka ke tengah lapangan Bantar. Apostrof
Klaim
60 Matanya menyala seperti menyemburkan api
menandingi unggun. 24 Seorang kakek yang telah bongkok dan
bertongkat meminta
Borang untuk
menunjukkan dirinya. Simile
‘Jelas’ informasi
61 Waktu Gede Mirah memasuki Bilik Agung,
Akuwu dan Ken Dedes sudah tiada. Kapas itu digulungnya setelah ditaburinya dengan
daun bunga, diletakkan di atas talam, dan dengan iringan Rimang dibawa pergi ke Bilik
Larangan untuk disimpan. 25 Setelah darah perawan Ken Dedes
menetes pada lembaran kapas. Klimaks
‘Jelas’ informasi
62 Waktu Hyang Surya terbit, Yang Suci
Belakangka di pendopo mengumumkan pada Yang Suci mengumumkan jika Ken Dedes
adalah seorang
perawan suci
dan Eponim
‘Jelas’ informasi
sekalian pembesar pekuwuan, bahwa Ken Dedes adalah seorang perawan suci yang
mematuhi ajaran nenek moyang, para dewa, dan para guru. 25
mengirimkan berita ke seluruh Kutaraja agar bersama memanjatkan terima kasih
dan puja.
63 “Tentu, karena kau sendiri tak pernah suci
sejak bayi.” 26 Dituturkan
oleh teman
Oti ketika
berbincang tentang darah perawan Ken Dedes.
Sinisme Cemooh
64 Para dewa tak membenarkan lahirnya bocah
dengan terlalu banyak bapak, pernah seorang
wanita senasib
sependeritaan mengatakan kepadanya, juga para leluhur
tidak; kalau tidak, anak dengan terlalu banyak bapak akan lahir seperti lipan,
dengan kaki seratus. 27 Menceritakan kisah hidup Oti sebelum
sampai di pekuwuan. Dahulu Oti seorang budak yang diperjual-belikan.
Simile ‘Jelas’
informasi
65 “Kau perlu pengampunan, Oti, demi Hyang
Wisynu,” bisik temannya. 27 Dituturkan
oleh teman
Oti ketika
berbincang tentang darah perawan Ken Dedes.
Apostrof Nasihat
66 “Tak ada yang lebih ayu daripada Ken
Dedes. …” 28 Pujian yang diberikan kepada Lurah
dapur, Sina ketika Oti dan temannya meninta izin untuk melihat Ken Dedes.
Hiperbola Puji
67 Semua pekerja dapur keluar, bermandi sinar
matari pagi yang sedang mengusir kabut. Puncak pegunungan di kejauhan pun mulai
berjengukan berebut dulu untuk melihat Semua pekerja dapur keluar untuk
menyaksikan pengantin baru penguasa Tumapel.
Personifikasi ‘Jelas’
informasi
pengantin yang baru keluar dari pura. 29 68
Mereka berjalan lambat seakan takut membangunkan cengkerik tidur. 29
Menceritakan Tunggul Ametung dan Ken Dedes sebagai pengantin baru keluar dari
pura. Simile
Seremoni
69 Dari bawah keningnya Oti dapat melihat
kesuraman yang meliputi wajah Ken Dedes dan kebahagiaan yang terpancar pada mata
Sang Akuwu. 29 Ketika Oti menyaksikan pengantin baru
itu keluar dari pura, ia memiliki pendapat sendiri mengenai Tunggul Ametung dan
Ken Dedes. Antitesis
‘Jelas’ informasi
70 Dedes menunduk sedang Tunggul Ametung
mengangkat dagu seperti sedang memimpin perang. 30
Ketika Oti menyaksikan pengantin baru itu keluar dari pura, ia memiliki pendapat
sendiri mengenai Tunggul Ametung dan Ken Dedes.
Simile ‘Jelas’
informasi
71 Ia mengherani adanya raksasa dan ia tak
dapat membayangkannya. Ia mengherani adanya satria yang mendapatkan kelebihan-
kelebihan dan para dewa. 31 Oti teringat beberapa tahun yang lalu ia
belajar membaca rontal Arjuna Wiwaha karya Mpu Parwa dari temannya si
Polang. Anafora
‘Jelas’ informasi
72 Ia merindukan karang batu bata dan di
pembelahan batu. Ia merindukan salah seorang di antara mereka bakal melamarnya.
Ia merindukan seorang bayi yang dapat digendong dan ditimangnya. 32
Setelah menyaksikan Tunggul Ametung dan Ken Dedes, tiba-tiba Oti merindukan
sesuatu. Anafora
‘Jelas’ informasi
73 Ia akan nyanyikan untuknya lagu-lagu dan
kampungnya dulu
di muara
sungai. Mungkinkah itu? Maukah dan mampukah
Setelah menyaksikan Tunggul Ametung dan Ken Dedes, tiba-tiba Oti merindukan
sesuatu. Erotesis
‘Jelas’ informasi
orang itu menebusnya dan pekuwuan ini sedang mereka tak mampu menebus dirinya
sendiri? 32
74 Badan mereka kukuh seperti lelaki, mengkilat
karena panas dan keringat. 32 Menggambarkan para budak wanita yang
memikul belanga berisi air panas. Simile
‘Jelas’ informasi
75 Jalur
merah segera
melintang pada
mukanya. 33 Tapas di kepala Oti jatuh tepat di bawah
kaki Lurah Sina dan pukulan rotan menghantam pipinya.
Metafora Rangsang
76 Lurah Sina duduk lagi di ambin, membantu
merajang bawang merah, seakan tiada terjadi suatu atas diri siapa pun. 33
Setelah memukul
Oti, Lurah
Sina melanjutkan pekerjaannya.
Simile ‘Jelas’
informasi 77
Seperti kaum brahmana lain selama duaratus tahun belakangan ini ia pun menyesali
Erlangga, orang yang serba bisa itu juga bisa membikin terdesaknya kaum brahmana.
34 Arya Artya sedang duduk merenung di
tepian kolam pemandian. Simile
‘Jelas’ informasi
78 Untuk mengambil hati kaum brahmana Sri
Baginda Kretajaya menghidupkan kembali perbudakan
untuk merawat
bangunan- bangunan suci. 34
Ketika sedang duduk di pinggir kolam pemandian, Arya Artya ingat zaman
pemerintahan Erlangga. Metafora
‘Jelas’ informasi
79 “Sekumpulan orang bermuka dua,” sebut
Arya Artya. 35 Dituturkan
oleh Arya
Artya yang
mengumpat karena tidak suka kepada pemerintahan Sri Baginda Kretajaya dan
wakil Tumapel Yang Suci Belakangka. Sarkasme
Cemooh
80 Orang sebodoh itu, tapi gesit, tangkas, dan
cerdik seperti tikus pada umumnya. 36 Arya Artya sudah tak punya jalan lagi
untuk bercengkerama dengan penguasa Tumapel.
Simile ‘Jelas’
informasi 81
Sebentar ia berhenti mengawasi bambu pancuran
yang tak
henti-hentinya memuntahkan air segar, tepat seperti
pancuran candi Belahan. 36 Arya Artya berusaha memusatkan pikiran
dan berjalan
mengelilingi kolam
pemandian. Personifikasi
‘Jelas’ informasi
82 Dan patung potret itu tidak berhidung bangir
seperti dirinya, bukan hidung warisan Hindu, hanya warisan sudra terkutuk. 38
Arya Artya teringat saat ikut rombongan pengiring Tunggul Ametung ke candi
Belahan. Ia tidak dapat menghapus gambar Erlangga sebagai dewa Wisynu
dan ia membandingkan dengan dirinya. Simile
Simbol
83 “Kalau aku tak berhasil menundukkan
cakrawati Hyang
Syiwa di
Tumapel, terkutuklah
kalian Wangsa
Erlangga Terkutuk Juga seluruh adipati, bupati, dan
akuwunya Terkutuk” 39 Dituturkan oleh Arya Arta karena tidak
dapat menanggung cemburunya kepada Wangsa
Erlangga yang
tidak mengindahkan Syiwa.
Apostrof Ancam
84 Ia turun ke pemandian dan mulai berenang-
renang dalam air hangat itu, mondar-mandir beberapa kali, kembali duduk di atas batu di
pinggir kolam dan menggosok badan. Turun lagi ke air kemudian ia berendam. 39
Setelah Arya Artya selesai merenung. Klimaks
‘Jelas’ informasi
85 Jadi apakah aku ini, yang bernafsu untuk
jadi pandita negeri, seorang brahmana Ketika Arya Artya sampai di rumah, ia
bertanya pada dirinya sendiri untuk Erotesis
‘Jelas’ informasi
pemuja Sang Hyang Mahadewa Syiwa, yang gagal melaksanakan keinginan untuk jadi
pandita akuwu Wisynu? Sudah sedemikian hinakah arya Hindu di bawah Wisynu Jawa
ini? 39 kesekian kalinya.
86 “Siapkan pasukan kuda, aku sendiri yang
akan tangkap bajingan muda itu.” 41 Dituturkan oleh Tunggul Ametung ketika
memerintahkan kepada pasukannya untuk menangkap perusuh setelah mendapat
laporan dari salah seorang kepala desa. Sarkasme
Cemooh
87 Ia sendiri meningkat ke atas melalui cara
yang demikian juga. 41 Cara yang digunakan oleh Tunggul
Ametung untuk mendapatkan kedudukan di Tumapel.
Perifrasis ‘Jelas’
informasi 88
Soalnya bagaimana cara ia mempertahankan kedudukannya dan bagaimana ia mengadu-
domba antara gerombolan pemuda yang satu dengan yang lain. 41
Cara yang digunakan oleh Tunggul Ametung untuk mendapatkan kedudukan
di Tumapel. Metafora
‘Jelas’ informasi
89 “... Sekali aku angkat kilat Sang Mahakala
akan sambar
kalian dengan
seratus limapuluh mata tombak.” 45
Dituturkan oleh sosok berkumis sekepal, berdesar dan berpenutup dada hitam yang
mengaku sebagai brahmana dari utara yang
memberi peringatan
kepada rombongan prajurit Tunggul Ametung.
Apostrof Ancam
90 “... Dengarkan nasehatku sebelum murka
Hyang Mahadewa jatuh di atas kepalamu.” 45
Dituturkan oleh brahmana dari utara yang memberi peringatan kepada rombongan
prajurit Tunggul Ametung. Apostrof
Ancam
91 Ia turunkan lengannya, memalingkan muka,
menarik kendali kuda dan berjalan lambat- lambat meninggalkan tempat itu. 46
Rombongan pasukan Tunggul Ametung meninggalkan lereng terjal.
Klimaks ‘Jelas’
informasi 92
“Tak ada brahmana seperti itu. Dia hanya penipu, Yang Mulia, sepatutnya dihancurkan
badannya dengan garukan kerang.” 47 Dituturkan oleh Arya Artya ketika
Tunggul Ametung meminta keterangan tentang Brahmana dari utara itu.
Sarkasme Provokasi
93 “Patut disobek-sobek kulitnya diumpankan
pada anjing hutan, peni pu itu,” Arya Artya
membenarkan. 48 Dituturkan oleh Arya Artya ketika
Tunggul Ametung meminta keterangan tentang Brahmana dari utara itu.
Sarkasme Provokasi
94 Ia berjalan dan berjalan memunggungi
Gunung Arjuna, Welirang dan Hanung. 49 Perjalanan
Oti menuju
ke tempat
perbudakan pendulangan emas kali Kanta. Epizeukis
‘Jelas’ informasi
95 Pada apa pun pendengaran dipusatkan, yang
terdengar hanya desing margasatwa dan dengung bersahut-sahutan mengagungkan
kebesaran hidup. 49 Perjalanan
Oti menuju
ke tempat
perbudakan pendulangan emas kali Kanta. Personifikasi
Rangsang
96 Jalan negeri telah ditinggalkan, membelok ke
kanan, memasuki jalanan hutan lebar sedepa hampir seluruhnya telah tertutup oleh
rumput aneka jenis, berebut hijau. Hanya bagian yang sering terinjak kaki nampak
merana. 49 Perjalanan
Oti menuju
ke tempat
perbudakan pendulangan emas kali Kanta. Personifikasi
‘Jelas’ informasi
97 Di tepian sungai, di antara batu-batu
gunung, hitam kelabu dalam segala bentuk dan besar, seperti cendawan, tersebar
Perjalanan Oti
menuju ke
tempat perbudakan pendulangan emas kali Kanta.
Simile ‘Jelas’
informasi
gubuk-gubuk dedaunan. 49 98
Gercik dan desir air yang menerjangi batu terdengar menyanyi memanggil-manggil.
50 Perjalanan
Oti menuju
ke tempat
perbudakan pendulangan emas kali Kanta. Personifikasi
Rangsang
99 Matanya tidak melihat pada emas itu, tapi
pada gemerlap air yang bermain-main dengan matari. 50
Perjalanan Oti
menuju ke
tempat perbudakan pendulangan emas kali Kanta.
Personifikasi Rangsang
100 Pengawal itu menyerahkannya pada lurah pendulangan, seorang perempuan tua yang
telah kisut, dengan buah dada seperti kantong kempes tergeong-geong hampir
pada pusar. 50 Setibanya di kampung budak, pengawal
langsung menyerahkan kepada lurah pendulangan.
Simile Rangsang
101 Seorang budak dengan bayi dalam selendang sambil meneteki naik ke darat dengan
dulangnya, kemudian duduk di tanah, menyanyi sebentar, mengumpulkan dedaunan
dan menidurkan anaknya di atasnya, di bawah sebatang pokok kayu. Ia turun lagi
dan meneruskan pekerjaannya. Setibanya Oti di tempat perbudakan
pendulangan emas. Klimaks
‘Jelas’ informasi
102 Orang itu meletakkan baji baja dan penohok, memandanginya dengan mata berapi-api
seperti hendak
menelan seluruh
kehadirannya. 51 Oti bertemu dengan seorang lelaki di
pendulangan emas. Simile
‘Jelas’ informasi
103 Dan rambut itu sendiri jatuh terurai pada punggungnya yang lebar. Sekaligus ia
tertarik pada bahunya yang bidang dan tubuhnya yang tinggi besar seperti raksasa.
53 Oti bertemu dengan seorang lelaki di
pendulangan emas. Simile
‘Jelas’ informasi
104 Dengan otot semacam ini duniapun dapat dipanggulnya untuk hidupnya. 53
Oti bertemu dengan seorang lelaki di pendulangan emas.
Hiperbola ‘Jelas’
informasi 105
“Para dewa pun tak mampu beri aku pengganti mata. …”53
Dituturkan oleh
Mundra saat
Oti menemuinya
dan kaget
setelah mengetahui lelaki muda itu bermata satu.
Dan lelaki itu mengetahui sikap Oti yang terkejut.
Apostrof Keluh
106 “… Kau pandangi kakimu seperti kakimu
be rubah menjadi biji mata untukku?”53
Dituturkan oleh
Mundra saat
Oti menemuinya
dan kaget
setelah mengetahui lelaki muda itu bermata satu.
Dan lelaki itu mengetahui sikap Oti yang terkejut.
Simile Keluh
107 Dan tubuh Oti gemetar mendengar suaranya, dan nandanya, dan keteguhannya, dan
kekerasan hatinya. 54 Tubuh Oti gemetar ketika berbincang
dengan Mundra. Polisidenton
‘Jelas’ informasi
108 Kekasaran suaminya dirasainya seperti belaian kasih sayang. 57
Oti dan Mundra sah menjadi suami istri. Simile
‘Jelas’ informasi
109 Berbaris sekian banyak pria yang selama ini pernah memperlakukannya seperti sebatang
Oti masih heran karena mendapatkan seorang suami.
Simile ‘Jelas’
informasi
pisang, tanpa perlu mengajak bicara. 57 110 Suatu anggapan bahwa pria adalah makhluk
paling menjijikkan di dunia ini, sekaligus juga menakutkan, untuk waktu lama pernah
membunuh impiannya tentang indahnya hubungan laki-laki dan perempuan. 57
Oti masih heran karena mendapatkan seorang suami.
Hiperbola ‘Jelas’
informasi
111 Giginya kuning gading berkilat-kilat seperti terbuat dari suasa. 58
Ketika oti bersama Mundra, ia melihat laki-laki itu tersenyum.
Simile ‘Jelas’
informasi
172
BAB II AROK
No. Data
Konteks Gaya Bahasa
Daya Bahasa
1 “… Mukamu sudah hitam biru begitu. Sudah
lama kau tak belajar.59 Dituturkan oleh salah seorang teman
Temu yang memperingatkannya karena sudah lama tidak belajar.
Sinisme Cemooh
2 “… Biarpun ingatanmu mendapatkan
pancaran dari Hyang Ganesya.”60 Dituturkan oleh salah seorang teman
Temu yang memperingatkannya karena sudah lama tidak belajar.
Eponim Magi
3 “Sudah lama aku timbang-timbang. Kau
seorang muda yang cerdas, giat, gesit, ingatanmu sangat baik, berani, tabah
menghadapi segalanya.” 60 Dituturkan oleh Lohgawe kepada Temu
ketika semua murid sedang berkumpul. Asidenton
Puji
4 “… Apa yang kau perbuat di luar
pengetahuanku selama ini keluar dari hati yang sakit ataukah hati yang dapat
menampung karunia para dewa, ...”61 Dituturkan oleh Lohgawe kepada Temu.
Saat itu
juga Lohgawe
hendak menyelesaikan semua perkaranya dengan
Temu. Apostrof
Keluh
5 “… Setelah ini aku tidak lagi mengharapkan
kedatanganmu, sekalipun kau bebas datang dan pergi. ...” 61
Dituturkan oleh Lohgawe kepada Temu. Saat
itu juga
Lohgawe hendak
menyelesaikan semua perkaranya dengan Temu.
Zeugma Keluh
6 “Ya, Bapa Mahaguru, sahaya telah
menimbulkan prihatin
Bapa mahaguru
Lohgawe sesuatu yang semestinya tidak Dituturkan Temu kepada Lohgawe ketika
menjawab pertanyaan dari gurunya. Epizeukis
Sesal
terjadi, dan tidak perlu terjadi.” 61 7
“Ada sebuah daerah luas di selatan Gresik. Seluas pandang ditebarkan, hanya sawah,
sawah, dan sawah-sawah hanya untuk musim kering seperti sekarang ini…”61
Dituturkan oleh Lohgawe kepada semua muridnya
dan menceritakan
tentang daerah di Gresik.
Epizeukis Protes
8 Ia terdiam, menutup matanya seperti hendak
memulai samadhi. 63 Arok
Simile ‘Jelas’
informasi 9
“Di dekat Tunggul Ametung anjingpun takut menggonggong. …”63
Dituturkan oleh Temu kepada gurunya karena ada larangan untuk membahas Sri
Baginda Kretajaya. Sarkasme
Cemooh
10 “Betul, ya, bapa, tidak percuma Hyang
Ganesya menghias tangan yang satu dengan parasyu dan tangan lain dengan aksamala
ketajaman dan irama hidup. ...” 63 Dituturkan oleh Temu kepada Lohgawe.
Temu mengagumi Hyang Ganesha. Apostrof
Dogma
11 “... Tanpa keberanian hidup adalah tanpa
irama. Hidup tanpa irama adalah samadhi tanpa pusat.
…” 63 Dituturkan oleh Temu kepada Lohgawe.
Temu mengagumi Hyang Ganesha. Anadiplosis
Klaim
12 “… Bapa Mahaguru Dang Hyang Lohgawe
menimbang kami semua telah dewasa untuk bergabung
dalam persekutuan
para brahmana, mendudukkan kembali Hyang
Mahadewa Syiwa pada cakrawatinya. …”
64 Dituturkan oleh Temu kepada gurunya.
Temu menyatakan
dengan tegas
pendapatnya jika Lohgawe tidak suka kepada Sri Baginda Kretajaya apalagi
kepada Tunggul Ametung yang menindas kaum brahmana.
Apostrof Optimis
13 “…Sri Baginda Erlangga melecehkan Dikatakan oleh Temu kepada guru dan
Silepsis Protes
ajaran, menjungkir-balikkan para dewa Hindu yang kita semua puja, hormati, dan
takuti, kita semua harapkan karunianya dan takuti murkanya. …” 65
teman-temannya. Ia melengkapi apa yang belum dikatakan Lohgawe tentang Sri
Baginda Erlangga yaitu Sri Baginda melecehkan ajaran dan para dewa.
14 ”… Diagungkannya Hyang Wisynu sebagai
dewa tertinggi dewa kaum petani itu, Dewa Pemelihara itu dan karena Hyang Wisynu
saja menitis pada manusia terbaik di seluruh negeri, manusia terbijaksana di jagad
pramudita dan dengan demikian ia sendiri dapat menyatakan diri titisan Hyang Wisynu.
Dikatakan oleh Temu kepada guru dan teman-temannya. Ia melengkapi apa yang
belum dikatakan Lohgawe tentang Sri Baginda Erlangga yaitu Sri Baginda
melecehkan ajaran dan para dewa. Apostrof
Magi
15 “… Ya, Bapa Mahaguru, dengan demikian
dia sendiri telah dapat mengangkat diri sebagai seorang dewa dengan segala
kebesarannya,
dan mengangkat
nenek moyangnya
yang disukainya,
raja-raja terdahulu, juga sebagai dewa dengan nama-
nama Hindu.” 65 Dikatakan oleh Temu kepada guru dan
teman-temannya. Ia melengkapi apa yang belum dikatakan Lohgawe tentang Sri
Baginda Erlangga yaitu Sri Baginda melecehkan ajaran dan para dewa.
Apostrof Deklarasi
16 “Bapa Mahaguru menghormati Sri Erlangga
sebagai pembangun agung bagi kemakmuran dan kesejahteraan negeri dan kawula, tetapi
dirugikannya kaum brahmana…” 66 Dituturkan oleh Temu ketika membahas
Sri Baginda Erlangga. Oksimoron
Protes
17 “… Juga sahaya tidak patut membisukan
suatu hal: para brahmana siapa saja yang Dituturkan oleh Temu ketika membahas
Sri Baginda Erlangga. Klimaks
Protes
pernah saya temui, hanya mengecam- ngecam, menyumpahi, dan mengutuk. Tak
seorangpun berniat menghadap Sri Baginda Kretajaya
untuk mempersembahkan
pendapatnya. ...” 66
18 “... Kaum brahmana itu sendiri sebenarnya
tak punya keberanian, mereka ketakutan, dan justru ketakutan sebelum berbuat,
ketakutan untuk berbuat itu menyebabkan para brahmana kehilangan kedudukannya
selama duaratus tahun ini.
…” 66 Dituturkan oleh Temu ketika membahas
Sri Baginda Erlangga. Epizeukis
Klaim
19 “Dia terlalu tinggi di atas singgasana tidak
pernah melihat telapak kakinya. Dia tidak pernah ingat, pada tubuhnya ada bagian
yang bernama telapak kaki. Pendengarannya tidak untuk menangkap suara dewa, juga
tidak suara segala yang di bawah telapak kaki…Untuknya yang paling tepat hanya
dijolok.” 67 Dituturkan oleh Temu ketika ia dan
gurunya dan teman-temannya membahas Sri Baginda Erlangga.
Sinisme Protes
20 “… Itu lebih patut diucapkan oleh seorang
calon raja, di medan perang, di medan tikai, kemudian di atas singgasana.” 68
Dituturkan oleh Lohgawe ketika ia dan muridnya
membahas Sri
Baginda Erlangga.
Klimaks Klaim
21 Semua diam seakan takut bergerak. Damar
itu menyala dengan api tak henti menari-nari Dituturkan oleh Lohgawe ketika ia dan
muridnya membahas
Sri Baginda
Personifikasi ‘Jelas’
informasi
terkena puputan angin menerobosi dinding bambu. 68
Erlangga. 22
”… Dengan api Hyang Bathara Guru dalam dadamu, dengan ketajaman parasyu Hyang
Ganesya, dengan keperkasaan Hyang Durga Mahisasuramardini, kaulah Arok, kaulah
pembangun ajaran, pembangun negeri sekaligus. …” 69
Dituturkan oleh Lohgawe ketika ia dan muridnya
membahas Sri
Baginda Erlangga.
Apostrof Magi
23 “Dengarkan kalian semua, sejak detik ini,
dalam kesaksian Hyang Batara Guru, yang berpadu dalam Brahma, Syiwa, dan Wisynu
dengan semua syaktinya, aku turunkan pada anak ini nama yang akan membawanya pada
kenyataan sebagai bagian dari cakrawati. Kenyataan itu kini masih membara dalam
dirimu. Arok namamu.
” Dituturkan oleh Lohgawe ketika ia dan
muridnya membahas
Sri Baginda
Erlangga. Apostrof
Sumpah
24 Saat lulus yang tak diduga-duga itu seakan
membikinnya kehilangan mata arah. 70 Arok lulus dari perguruan Lohgawe
dengan cepat. Simile
‘Jelas’ informasi
25 Pada suatu sore yang suram dengan gerimis
tipis datang ke perguruan Tantripala dua orang bocah temu dan Tanca. 70
Arok membaca rontal isi catatan yang dituliskan
oleh Tantripala
kepada Lohgawe
yang isinya
menceritakan tentang kisah hidup Arok sewaktu kecil.
Tantripala mendapatkan informasi masa kecil Arok dari ayah angkatnya, Ki Bango
Personifikasi ‘Jelas’
informasi
Samparan. 26
Siapa tak kenal Bango Samparan? Seorang penjudi yang lebih sering ditemukan di
tempat perjudian daripada rumah? Seorang penjudi yang mengirimkan bocah-bocah
untuk belajar 70 Arok membaca rontal isi catatan yang
dituliskan oleh
Tantripala kepada
Lohgawe yang
isinya menceritakan
tentang kisah hidup Arok sewaktu kecil. Tantripala mendapatkan informasi masa
kecil Arok dari ayah angkatnya, Ki Bango Samparan.
Erotesis ‘Jelas’
informasi
27 Ia seorang yang lincah, cerdas, matanya
jernih, memancar, hanya tak bisa tenang. Temannya, Tanca, sebaliknya, seorang yang
tenang, juga cerdas, hanya tidak lincah, lebih tepat dikatakan lamban. 71
Arok membaca rontal isi catatan yang dituliskan
oleh Tantripala
kepada Lohgawe
yang isinya
menceritakan tentang kisah hidup Arok sewaktu kecil.
Tantripala mendapatkan informasi masa kecil Arok dari ayah angkatnya, Ki Bango
Samparan. Asidenton
‘Jelas’ informasi
28 Ia seorang yang lincah, cerdas, matanya
jernih, memancar, hanya tak bisa tenang. Temannya, Tanca, sebaliknya, seorang yang
tenang, juga cerdas, hanya tidak lincah, lebih tepat dikatakan lamban. 71
Arok membaca rontal isi catatan yang dituliskan
oleh Tantripala
kepada Lohgawe
yang isinya
menceritakan tentang kisah hidup Arok sewaktu kecil.
Tantripala mendapatkan informasi masa kecil Arok dari ayah angkatnya, Ki Bango
Samparan. Apofasis
‘Jelas’ informasi
29 Napasnya sudah hampir putus waktu ia tiba
di sebuah ladang 72 Arok membaca rontal isi catatan yang
dituliskan oleh
Tantripala kepada
Hiperbola ‘Jelas’
informasi
Lohgawe yang
isinya menceritakan
tentang kisah hidup Arok sewaktu kecil. Tantripala mendapatkan informasi masa
kecil Arok dari ayah angkatnya, Ki Bango Samparan.
30 “Jagad Pramudita Anak secakap ini,
dengan mata bersinar seperti ini. Arok membaca rontal isi catatan yang
dituliskan oleh
Tantripala kepada
Lohgawe yang
isinya menceritakan
tentang kisah hidup Arok sewaktu kecil. Tantripala mendapatkan informasi masa
kecil Arok dari ayah angkatnya, Ki Bango Samparan.
Hiperbola Puji
31 “… Jagad Pramudita Para dewa telah
mengirimkan anak ini kepada kita, Nyi,” katanya pada istrinya. 75
Arok membaca rontal isi catatan yang dituliskan
oleh Tantripala
kepada Lohgawe
yang isinya
menceritakan tentang kisah hidup Arok sewaktu kecil.
Tantripala mendapatkan informasi masa kecil Arok dari ayah angkatnya, Ki Bango
Samparan. Apostrof
Klaim
32 “Siapa tahu dia putra tunggal Hyang
Brahma se ndiri?” 75
Arok membaca rontal isi catatan yang dituliskan
oleh Tantripala
kepada Lohgawe
yang isinya
menceritakan tentang kisah hidup Arok sewaktu kecil.
Tantripala mendapatkan informasi masa Apostrof
Harap
kecil Arok dari ayah angkatnya, Ki Bango Samparan.
33 “Semoga kau memang putra tunggal Hyang
Brahma.” 76 Arok membaca rontal isi catatan yang
dituliskan oleh
Tantripala kepada
Lohgawe yang
isinya menceritakan
tentang kisah hidup Arok sewaktu kecil. Tantripala mendapatkan informasi masa
kecil Arok dari ayah angkatnya, Ki Bango Samparan.
Apostrof Harap
34 Bertahun-tahun? Berapa tahun? Tidak lebih
dari tiga. Dan cemburu saudara-saudara meningkat tiga kali. 77
Arok membaca rontal isi catatan yang dituliskan
oleh Tantripala
kepada Lohgawe
yang isinya
menceritakan tentang kisah hidup Arok sewaktu kecil.
Tantripala mendapatkan informasi masa kecil Arok dari ayah angkatnya, Ki Bango
Samparan. Epizeukis
‘Jelas’ informasi
35 “Barangkali para dewa telah menentukan
kau harus pergi dari sini. ” 79
Arok membaca rontal isi catatan yang dituliskan
oleh Tantripala
kepada Lohgawe
yang isinya
menceritakan tentang kisah hidup Arok sewaktu kecil.
Tantripala mendapatkan informasi masa kecil Arok dari ayah angkatnya, Ki Bango
Samparan. Apostrof
Harap
36 “… Kau seorang anak yang cerdas, lincah, Arok membaca rontal isi catatan yang
Klimaks Puji
pandai, dan ingatanmu sempurna.” 79 dituliskan
oleh Tantripala
kepada Lohgawe
yang isinya
menceritakan tentang kisah hidup Arok sewaktu kecil.
Tantripala mendapatkan informasi masa kecil Arok dari ayah angkatnya, Ki Bango
Samparan.
37 Temu menggandeng membawanya pulang,
menyerahkan pada orangtuanya, kemudian ia pergi, diiringkan oleh tangis pilu gadis
Umang. 80 Arok membaca rontal isi catatan yang
dituliskan oleh
Tantripala kepada
Lohgawe yang
isinya menceritakan
tentang kisah hidup Arok sewaktu kecil. Tantripala mendapatkan informasi masa
kecil Arok dari ayah angkatnya, Ki Bango Samparan.
Klimaks ‘Jelas’
informasi
38 “… Kita sering kalahkan mereka. Hanya
mereka terlalu banyak dan kita terlalu sedikit. Kekuatan mereka tak habis-habisnya,
dan kita terbatas. …” 83. Percakapan antara Tanca dan Temu
sebelum mereka
belajar kepada
Tantripala. Zeugma
Klaim
39 Orang itu datang dari Tuban, pergi ke
Gresik, memudiki Brantas melalui porong Erlangga. 84
Temu mendapatkan cermin perak yang didapatnya dari penyerbuan seorang
saudagar kaya. Metonimia
‘Jelas’ informasi
40 “Erlangga pernah menjatuhkan titah:
triwangsa bukan hanya ditentukan oleh para dewa,
juga manusia
bisa melakukan
perpindahan kasta karena dharmanya, sudra Tantripala memuji kecerdasan Temu.
Apostrof Deklarasi
bisa jadi satria, sudra bisa jadi brahmana. …” 85
41 “… Dan kau, Temu, kau bisa jadi satria
karena kemampuanmu. Tingkah lakumu bukan lazim pada seorang sudra, tetapi
satria. Matamu bukan mata satria, tetapi brahmana…” 85
Tantripala memuji kecerdasan Temu. Klimaks
Puji
42 Hari pertama itu ia diajari melakukan
darana dengan pandang matanya, sampai pada
pratyahara berlatih
sekaligus pranayama
untuk mencapai
ekagrata pandang, seperti dalam cerita sewaktu
Arjuna membidik dengan anak panahnya. 85
Selesai selesai
belajar, Tantripala
mengejarkan beberapa ilmunya secara pribadi kepada Temu.
Simile ‘Jelas’
informasi
43 “Temu”, serunya, “dengan kemampuan
seperti ini, pandangmu akan menguasai manusia dan benda.” 85
Dituturkan oleh Tantripala yang kagum akan kecerdasan Temu.
Hiperbola Magi
44 “Jagad dewa... dia akan jadi penjahat yang
memunahkan kemanusiaan.” 86 Dituturkan oleh Tantripala kepada Arok.
Hiperbola Klaim
45 “Dahulu kala sebelum ada Erlangga,
sebelum ada Sri Dharmawangsa…pada awal abad ke tujuh Saka, karena tak kuat menahan
serangan Sriwijaya, Sailendra melarikan diri ke Jawa dan melindungkan diri pada Sri
Tantripala menceritakan kepada Arok tentang Dewi Tara.
Alegori ‘Jelas’
informasi
Baginda Sunnaha dari Mataram. Sunnaha digantikan oleh Sanjaya, dan Sanjaya oleh
Pancapana Rakai Penangkaran. Pada waktu itu Mataram telah dikuasai Sailendra.
Pancapana Rakai Panangkaran sekarang menjadi taklukan, dan oleh Sri Baginda
Indra dari wangsa Sailendra, yang beragama Budha itu, diperintahkan membangun candi-
candi Buddha. Di antaranya adalah candi Kalasan untuk memuliakan Hyang Dewi
Tara.
…” 87 46
Di antaranya adalah candi Kalasan untuk memuliakan Hyang Dewi Tara. 87
Tantripala menceritakan kepada Arok tentang Dewi Tara.
apostrof ‘Jelas’
informasi 47
Sudah lama ia menyangsikan, kini kata-kata penutup itu meyakinkannya: Tantripala
adalah seorang
Buddha yang
tak memperlihatkan kebudhaannya. 88
Tantripala menceritakan kepada Temu tentang Dewi Tara.
Apofasis Simbol
48 “Para dewa telah mengirimkan pada kita
bayi lelaki seorang ini.” 92 Dituturkan oleh Ki Lembung. Saat itu
Arok mengingat kembali masa lalunya. Apostrof
Magi 49
Merekalah yang membesarkannya tanpa pamrih. Menginjak umur enam tahun ia
sudah terbiasa bergaul dengan kerbau, memandikan,
dan menggembalakan,
menggiringnya ke sawah dengan Ki lembung Arok mengingat kembali masa lalunya.
provokasi ‘Jelas’
informasi
memikul garu atau luku di belakangnya. 92 50
Tempat penggembalaannya ialah medan ia bermain dengan teman-temannya. Kegesitan,
kekuatan, kecerdasan,
dan kekukuhan
menyebabkan ia hampir selalu keluar sebagai pemenang dalam permainan dan
perkelahian. 93 Arok mengingat kembali masa lalunya.
Silepsis ‘Jelas’
informasi
51 Kemudian datanglah bencana itu-bencana
yang berisi karunia para dewa. 94 Arok mengingat kembali masa lalunya.
Antitesis ‘Jelas’
informasi 52
“Kurang satu,” katanya. Ki Lembung masuk ke dalam kandang dan menghitungnya sekali
lagi. “Kurang satu,” katanya lebih keras. Ia
menghitung lagi. “Kurang satu” pekiknya. 95
Arok mengingat kembali masa lalunya. Epizeukis
Deklarasi
53 Sekejap ia dapat melihat wajah Ki Lembung
yang marah membara. Ia tak dengar lagi apa yang disemb
urkan padanya” 95 Arok mengingat kembali masa lalunya.
Hiperbola ‘Jelas’
informasi 54
Dan bermulalah kehidupan yang membusa- busa: perkelahian, penyerbuan, pencurian,
perampokan, pencegatan
sendiri atau
dengan teman-teman yang mengikutinya. Melukai dan dilukai, kalah dan menang. Ia
keluar-masuk desa-desa baru, bergabung dengan penjahat besar dan tanggung untuk
Arok mengingat kembali masa lalunya. Asidenton
‘Jelas’ informasi
kemudian ditaklukkan dan menaklukkan, dan meninggalkannya. 96
55 Catak yang kau berikan pada Umang telah
habis di medan judi. 97 Arok mengingat kembali masa lalunya.
Metafora ‘Jelas’
informasi 56
“Aku impikan dia kurus kering…” Dituturkan Tanca ketika ia bermimpi
Arok menyuruhnya ke Kutaraja. Hiperbola
Klaim
185
BAB III DEDES