Daya Provokasi Deskripsi Gaya Bahasa yang Berdaya Bahasa

Pada data II.43 menggunakan gaya bahasa hiperbola yang nampak pada kali mat “…pandangmu akan menguasai manusia dan benda.” Maksud dari data II.43 ialah kemampuan melihat yang dimiliki Arok sangat hebat. Termasuk daya magi karena penglihatan mata Arok bisa menguasai alam sekitar karena ia memiliki kekuatan ekagrata. Daya magi seperti yang telah diuraikan di atas adalah kekuatan bahasa yang terungkap melalui gaya bahasa epitet yang seperti pada tuturan “… Biarpun ingatanmu mendapatkan pancaran dari Hyang Ganesya.” Tuturan tersebut secara langsung menunjukkan kepada mitra tutur bahwa ada sesuatu yang diyakini penutur sehingga dapat menimbulkan hal gaib.

r. Daya Provokasi

Provokasi adalah perbuatan untuk membangkitkan kemarahan; tindakan menghasut; pancingan. Sedangkan provokatif adalah bersifat provokasi, merangsang untuk bertindak; bersifat menghasut KBBIoffline. Perbedaan antara perintah dan provokasi terletak pada sifat yang dilakukan. Jika provokasi menimbulkan seseorang melakukan perbuatan yang berdampak negatif, sedangkan perintah bisanya bersifat positif. Peneliti menemukan daya provokasi pada dialog antar tokoh dalam novel Arok Dedes. I.92 “Tak ada brahmana seperti itu. Dia hanya penipu, Yang Mulia, sepatutnya dihancurkan badannya dengan garukan kerang.” 47 Konteks: Dituturkan oleh Arya Artya ketika Tunggul Ametung meminta keterangan tentang Brahmana dari utara dan dalam rontal tidak ada data mengenai brahmana dari utara itu. X.38 “Itulah Yang Suci Belakangka, mengaku wakil dari Kediri. Sebelum kedatangannya, Tunggul Ametung hanya penjahat biasa, perampok, perampas, penculik dan pembunuh. Setelah kedatangannya orang Syiwa mulai dianiaya. ...” 537 Kontaks: Dituturkan oleh Belakangka kepada Lohgawe saat ia bertanya apakah pantas menuduh wakil Kediri seperti itu. Pada tuturan I.92 menggunakan gaya bahasa sarkasme. Ditunjukkan dengan penggalan kalimat “…sepatutnya dihancurkan badannya dengan garukan kerang.” Hinaan tersebut ditujukan kepada seseorang yang mengaku sebagai brahmana muda dari utara. Makna kalimat tersebut ialah tidak ada orang seperti yang diceritakan oleh Tunggul Ametung yaitu brahmana muda dari utara dan ia hanya seorang penipu yang patut dihancurkan badannya dengan garukan kerang. Daya bahasa yang terkandung dari tuturan I.92 ialah provokatif. Di sini Arya Artya mengompori Tunggul Ametung jika menemukan brahmana itu langsung dibunuh secara kejam. Efek dari tuturan Arya Artya ialah Tunggul Ametung mencari pemuda yang mengaku Brahmana dari utara itu dan menumpasnya. Daya provokasi seperti yang sudah diuraikan di atas adalah kekuatan bahasa yang terungkap dari penggunaan gaya bahasa sarkasme dan mengandung pesan provokasi kepada mitra tutur. Perhatikan tuturan I.92 “Tak ada brahmana seperti itu. Dia hanya penipu, Yang Mulia, sepatutnya dihancurkan badannya dengan garukan kerang”. Tuturan tersebut secara langsung memprovokasi mitra tutur agar melakukan yang diminta penutur dan itu perbuatan buruk.

s. Daya Persuasi