BAB V TUNGGUL AMETUNG
No. Data
Konteks Gaya Bahasa
Daya Bahasa
1 Jiwanya  tergoncang:  orang  seberani  itu
tidak  bisa  tidak  pasti  seorang  mahasiddha, seorang  setengah  dewa,  seorang  bathara,
bukan  lawan  baginya  dan  bagi  pasukannya. 217
Ada  seseorang  yang  mengaku  brahmana menghadapi
Tunggul Ametung
dan pasukannya seorang diri.
Klimaks ‘Jelas’
informasi
2 Orang-orang  terpelajar  yang  tahu  segala-
galanya, … 218 Keterangan  Arya  Artya  dan  Belakangka
tentang brahmana muda itu mencurigakan. Hiperbola
‘Jelas’ informasi
3 Pasukan
kuda itu
berpacu tanpa
mengindahkan aturan lagi,  seakan tidak ada Tunggul Ametung di antara mereka. 218
Pasukan kuda
Tunggul Ametung
berangkat  menyusul  untuk  melumpuhkan utusan Belakangka ke Kediri.
Simile ‘Jelas’
informasi 4
Hutan,  jurang,  selokan,  dan  anak-anak sungai dilalui tanpa perhatian. 219
Pasukan kuda
Tunggul Ametung
berangkat  menyusul  untuk  melumpuhkan utusan Belakangka ke Kediri.
Antiklimaks ‘Jelas’
informasi 5
Kuda-kuda  telah  kehabisan  nafas  dan keringat. 219
Pasukan kuda
Tunggul Ametung
berangkat  menyusul  untuk  melumpuhkan utusan Belakangka ke Kediri.
Hiperbola ‘Jelas’
informasi 6
“Bangsat 220 Di tepi sungai Brantas, Tunggul Ametung
dan  pasukannya  mendapatkan  kuda  milik pekuwuan
yang tercancang
lalu memerintahkan  untuk  menyisiri  hutan
sekeliling. Sarkasme
Cemooh
7 Kediri  telah  mengirimkan  padanya  untuk
memimpinnya  di  bidang  keigamaan,  karena Alasan
mengapa Kediri
meminta Belakangka  menemani  Tunggul  Ametung
Sarkasme ‘Jelas’
informasi
ia  dianggap  terlalu  dungu-tidak  berilmu. 223
memimpin Tumapel. 8
“Kau, anak sudra tanpa harga, tak mengerti bagaimana berterima kasih pada Kediri yang
mengangkatmu  begitu  tinggi,  sejajar  dengan
para narapraja dan para pangeran …”224 Dituturkan  oleh  Sri  Baginda  Kretajaya
ketika  Tunggul  Ametung  menghadap untuk melaporkan keadaan Tumapel.
Sarkasme Cemooh
9 “Hidup  dan  mati  sahaya  adalah  milik  Sri
Baginda.” 225 Dituturkan  oleh  Tunggul  Ametung  ketika
menghadap Sri
Baginda Kretajaya
melaporkan keadaan Tumapel. Zeugma
Janji
10 Kini  bencana  demi  bencana  bencana  jadi
hadiah kawinnya
dan kebesarannya
terangkat naik ke atas ujung duri. 266 Ketika
disidang oleh
Sri Baginda
Kretajaya,  Ametung  terbayang  ramalan penjaga candi Sri Erlangga.
Metafora ‘Jelas’
informasi 11
Dedes adalah segala-galanya. 226 Ametung
ditahan di
istana Ratu
Angabaya, mencoba
mendapatkan gambaran tentang Arya Artya.
Hiperbola ‘Jelas’
informasi 12
Sekarang  ia  akan  dapat  mempersembahkan: Arya  Artya  patut  disingkirkan  dari  muka
bumi. 227 Ametung
ditahan di
istana Ratu
Angabaya, mencoba
mendapatkan gambaran tentang Arya Artya.
Hiperbola ‘Jelas’
informasi 13
Selama itu pula hatinya gelap pekat digumul oleh kerinduannya pada Ken Dedes. 227
Ametung ditahan di istana Ratu Angabaya selama beberapa hari.
Hiperbola ‘Jelas’
informasi 14
“Orang  dungu  seperti  kau  ini,  lebih  suka melihat semua orang sedungu kau, maka kau
ingin binasakan mereka…” 228 Dituturkan  oleh  Sri  Baginda  ketika
menginterogasi Tunggul Ametung. Sarkasme
Cemooh
15 Dan  itu  berarti  ia  bisa  kehilangan  segala-
galanya:  wilayah  kekuasaan,  singgasana, dan Dedes. 228
Selesai  diinterogasi,  Akuwu  Tumapel kembali ke tempat penahanan dan menjadi
ketakutan. Antiklimaks
‘Jelas’ informasi
16 Dedes,  ya  Dedes.  Mengapakah  setelah
mengawininya, melalui
jalan yang
Selesai  diinterogasi,  Akuwu  Tumapel kembali ke tempat penahanan dan menjadi
Erotesis ‘Jelas’
informasi
dibenarkan  oleh  para  dewa,  ia  tertimpa begini  banyak  kesialan?  Seorang  akuwu,
yang  di  negeri  sendiri  menggenggam  jiwa semua  orang,  di  Kediri  tak  ubahnya  seperti
anjing  tanpa  harga.  Apakah  Dedes  yang memiliki  kebesaran  itu,  dikasihi  para  dewa,
dan Tunggul Ametung hanya menopang pada kebesarannya? 229
ketakutan.
17 “Sri  Baginda  sendiri  yang  akan  membuka
pengadilan  seperti  setiap  raja  Kediri melakukannya
dalam semua
peristiwa pembunuhan atas diri kawula di atas wilayah
kerajaan. …” 230 Dituturkan  oleh  Ratu  Angabaya.  Saat  itu
Ratu Angabaya masih memiliki persoalan dan
harus menyelesaikan
dengan Ametung  mengenai  pembunuhan  yang  ia
lakukan  kepada  utusan  Belakangka  di wilayah Kediri.
Simile Klaim
18 “…Lehermu akan putus.” 230
Dituturkan  oleh  Ratu  Angabaya.  Saat  itu Ratu Angabaya masih memiliki persoalan
dan harus
menyelesaikan dengan
Ametung  mengenai  pembunuhan  yang  ia lakukan  kepada  utusan  Belakangka  di
wilayah Kediri. Eufemisme
Ancam
19 “Tolonglah  leher  sahaya  ini,  Yang  Mulia
Ratu.” 230 Dituturkan  oleh  Tunggul  Ametung  ketika
Ratu  Angabaya  menahannya  karena memiliki persoalan dan harus diselesaikan
mengenai  pembunuhan  yang  ia  lakukan kepada  kawula  Tumapel  di  wilayah
Kediri. Sinekdok
Pinta
20 “Aku? Menolong buaya seperti kau? Pantas
Yang Tersuci pun tidak sudi melihat mukamu Dituturkan  oleh  Tunggul  Ametung  ketika
Ratu  Angabaya  menahannya  karena Sarkasme
Cemooh
lagi.” 230 memiliki persoalan dan harus diselesaikan
mengenai  pembunuhan  yang  ia  lakukan kepada  kawula  Tumapel  di  wilayah
Kediri.
21 “Seorang  brahmani  seperti  itu  tentu  jauh
lebih  berharga  daripada  hanya  seorang buaya. …” 231
Dituturkan  oleh  Tunggul  Ametung  ketika Ratu  Angabaya  menahannya  karena
memiliki persoalan dan harus diselesaikan mengenai  pembunuhan  yang  ia  lakukan
kepada  kawula  Tumapel  di  wilayah Kediri.
Sinisme Cemooh
22 “Aku  sendiri  yang  akan  pimpin  pasukan
membikin  Tumapel  jadi  bubur:  pertama, kalau  mulut  buayamu  hanya  baik  untuk
dilempari  jangkar,  kedua  kalau  Yang  Suci Belakangka  sampai  cedera,  biarpun  hanya
lecet karena kau.” 231 Dituturkan  oleh  Tunggul  Ametung  ketika
Ratu  Angabaya  menahannya  karena memiliki persoalan dan harus diselesaikan
mengenai  pembunuhan  yang  ia  lakukan kepada  kawula  Tumapel  di  wilayah
Kediri. Sarkasme
Ancam
23 Semua  biara  Syiwa  dalam  kekuasaan  Kediri
dalam  perjalanannya  ia  serbu  dan  rampas semua  logam  mulia  yang  nampak  dan
tersembunyi. 232 Tunggul Ametung meninggalkan Kediri.
Metafora ‘Jelas’
informasi
24 Ketakutannya  pada  Hyang  Durga  berubah
jadi dendam kesumat. 232 Tunggul Ametung meninggalkan Kediri.
Hiperbola ‘Jelas’
informasi 25
Dan  pasukan  kuda  itu  berjalan  seirama seperti sedang berparade. 235
Dalam perjalanan
pulang menuju
Kutaraja,  Tunggul  Ametung  mampir  ke pendulangan emas.
Simile ‘Jelas’
informasi 26
Yang  lain  hilang  seperti  meruap  dalam udara. 236
Ketika  melakukan  perjalanan  pulang  ke Kutaraja,  di  tengah  hutan  pasukan
Tunggul Ametung diserang dan dirampok Simile
‘Jelas’ informasi
oleh para perusuh. 27
Sejak muda
ia hidup
dalam alam
perampasan,  merampas,  atau  dirampas. 237
Ketika  melakukan  perjalanan  pulang  ke Kutaraja,  di  tengah  hutan  pasukan
Tunggul Ametung diserang dan dirampok oleh para perusuh.
Epizeukis ‘Jelas’
informasi
28 Yang ditemukan hanya letusan Kelud. 238
Ken  Dedes  meminta  suaminya  untuk mencari ayahnya, Empu Parwa.
Metonimia ‘Jelas’
informasi 29
“Semua  harus  datang  karena  panggilanku. Semua  harus  pergi  karena  usiranku.”
Raungnya. 239 Dituturkan  oleh  Tunggul  Ametung  ketika
mendapat  kabar  jika  Lohgawe  menolak datang ke pekuwuan.
Anafora Klaim
30 “Dia  bersenjatakan  kata,  setiap  patah
diboboti sidhi dari para dewa.” 240 Dituturkan
oleh Belakangka
ketika mencoba  menasihati  Tunggul  Ametung
yang  murka  mendengar    Lohgawe menolak datang ke pekuwuan.
Apostrof Magi
31 “…  Dia  harus  didekati,  dibaiki,  diambil
hatinya.” 240 Dituturkan
oleh Belakangka
ketika mencoba  menasihati  Tunggul  Ametung
yang murka
mendengar Lohgawe
menolak datang ke pekuwuan. Klimaks
Saran
32 “Orang tua keparat” 240
Dituturkan  oleh  Tunggul  Ametung  ketika Belakangka mencoba menasihatinya.
Sarkasme Cemooh
33 “…  Yang  Mulia,  dalam  sepuluh  tahun  lagi
tak  ada  anak  muda  bisa  baca  tulis,  tak  ada lagi  yang  mengerti  bagaimana  memuliakan
para  dewa, manusia  kembali  menjadi hewan rimba belantara.
” 241 Dituturkan
oleh Belakangka
ketika mencoba  menasihati  Tunggul  Ametung
yang  murka  mendengar    Lohgawe menolak datang ke pekuwuan.
Antiklimaks Keluh
34 “Demi  bumi  dan  langit,  aku  tak  sudi
kehilangan kau.” 244 Dituturkan  oleh  Tunggul  Ametung.  Saat
itu,  ia  sedang  berbincang  dengan  istrinya di kebun buah.
Silepsis Sumpah
35 “…  Hanya  yang  bijaksana  dengarkan
petunjuk  para  dewa,  mendengarkan  Hyang Yama.” 245
Dituturkan  oleh  Ken  Dedes  ketika  ia berbincang  dengan  suaminya  di  kebun
buah. Apostrof
Nasihat
36 “Mereka  ditakuti  karena  semua  satria
adalah pembunuh,  penganiaya,  karena
kerakusan pada kebesaran dunia.” 245 Dituturkan  oleh  Ken  Dedes  ketika  ia
berbincang  dengan  suaminya  di  kebun buah.
Sinisme Klaim
37 “Betapa dungu aku telah kawini perempuan
sial ini.” 248 Dituturkan  oleh  Tunggul  Ametung  ketika
ia  berbincang  dengan  suaminya  di  kebun buah.
Sarkasme Sesal
38 Ia  tarik  istrinya  berdiri.  Ken  Dedes
mengikuti  tarikan  itu  seperti  golek  tanpa jiwa. 249
Tunggul  Ametung  merias  istrinya  lalu membopongnya  ke  atas  tandu  hendak
menjumpai Lohgawe. Simile
‘Jelas’ informasi
39 Pangkur bermandikan damar. 251
Suasana di desa Pangkur. Personifikasi
‘Jelas’ informasi
40 “Ketidakmampuan  itu  berasal  dari  diri
semua yang
memerintah, Dedes,
ketidakmampuan mengerti
kawulanya sendiri, kebutu
hannya, dan kepentingannya.” 254
Dituturkan  oleh  Lohgawe  kepada  Ken Dedes  ketika  rombongan  mereka  tiba  di
padepokan Lohgawe. Epizeukis
Keluh
41 “Tua bangka yang banyak mulut” 264
Dituturkan oleh
Tunggul Ametung
kepada  Belakangka  ketika  rombongan mereka meninggalkan pendopo.
Sarkasme Cemooh
BAB VI PERLAWANAN TERHADAP TUNGGUL AMETUNG