Daya Ancam Deskripsi Gaya Bahasa yang Berdaya Bahasa

masa depan. Tumapel hanya bagian dari wilayah kekuasaan Kediri yang bisa dikatakan sumber emas bagi Kediri. Daya optimis seperti yang sudah diuraikan di atas adalah kekuatan bahasa yang terungkap melalui gaya bahasa apostrof mengandung pesan yang menunjukkan jika penutur memiliki daya optimis kepada mitra tutur terhadap penyelesaian suatu masalah. Seperti pada contoh “Kau akan kembalikan cakrawati Bathara Guru Sang Mahadewa Syiwa.” 165 Maksud dari tuturan tersebut ialah berisi sebuah keyakinan akan pengharapan yang lebih baik karena hadirnya Arok akan membatu kaum brahmana mengembalikan cakrawati Hyang Syiwa. tuturan tersebut secara langsung menyatakan rasa optimis penutur kepada mitra tutur akan suatu hal.

d. Daya Ancam

Ancaman adalah salah satu usaha seseorang untuk menyelamatkan diri dari sebuah masalah. Ancaman sendiri memiliki arti sesuatu yang diancam, perbuatan yang mengancam KBBI offline. Jika seorang mengeluarkan kalimat yang bernada mengancam tentu saja dapat membuat takut lawan bicaranya. Ungkapan yang digunakan seseorang dalam mengeluarkan ancaman juga beragam. Ada yang mengungkapkan secara halus, tersirat, blak-blakan, kasar, to the point, dan sebagainya. Dari ungkapan-ungkapan itu, terbentuklah sebuah daya bahasa yang mengandung ancaman. I.83 “Kalau aku tak berhasil menundukkan cakrawati Hyang Syiwa di Tumapel, terkutuklah kalian Wangsa Erlangga Terkutuk Juga seluruh adipati, bupati, dan akuwunya Terkutuk” 39 Konteks: Dituturkan oleh Arya Arta karena tidak dapat menanggung cemburunya kepada Wangsa Erlangga yang tidak mengindahkan Syiwa. III.50 “Kepalamu akan jatuh karena peristiwa ini.” 133 Konteks: Dituturkan oleh Belakangka kepada Rimang yang menyalahkan Rimang karena kepergian Ken Dedes saat Gunung Kelud meletus. VI.47 “Kalau yang sepuluhribu itu tidak ada kepalamu tergantung- gantung di ujung pedang,”... 306 Konteks: Dituturkan oleh Hayam saat menanyakan Rimang tentang emas yang ia sembunyikan bersama Gusti Putra. VIII.16 “Dengan satu gelombang serangan kalian akan hancur- binasa. …” 394 Konteks: Dituturkan oleh Arok saat mengepung perkubuan Hayam. IX.21 “Baik. Kalau kau bohong, tubuhmu tidak akan dibakar, akan kami serahkan pada anjing-anjing pekuwuan. Dan Tim anjingmu yang telah mati itu, akan datang ikut menyantap tubuhmu.” 469 Konteks: Dituturkan oleh Arok ketika menyidang Empu Gandring dan meminta keterangannya tentang penyerbuan ke pekuwuan. Pada tuturan I.83 menggunakan gaya bahasa apostrof yaitu gaya bahasa berupa pengalihan amanat dari yang hadir menjadi tidak hadir. Kalimat “…cakrawati Hyang Syiwa… “ menunjukkan adanya daya apoostrof. Maksud yang terkandung pada data I.83 ialah kutukan yang diberikan oleh Arya Artya jika ia tidak bisa kembalikan cakrawati Hyang Syiwa ke Tumapel. Daya ancam masuk pada tuturan I.83 terdapat pada kata kutuk. Kata kutuk yang dituturkan Arya Artya berupa ancaman karena belum terjadi kejadian yang tidak diharapkan. Pada tuturan III.50 menggunakan gaya bahasa eufemisme. “Kepalamu akan jatuh…” merupakan penghalusan dari arti mati. Dalam konteks ini, makna yang terkandung ialah Belakangka menyalahkan Rimang dengan perginya Ken Dedes yang keluar dari pekuwuan saat Kelud meletus untuk melihat keadaan rakyatnya tanpa seizinnya dan akan memberikan hukuman mati kepada Rimang dengan adanya peristiwa tersebut. Pada tuturan VI.47 menggunakan gaya bahasa perifrasis yang ditunjukkan dengan kalimat “…kepalamu tergantung-gantung di ujung pedang, …” yang seharusnya bisa diganti dengan mati. maksud yang terkandung pada data VI.47 ialah Rimang akan mati jika emas yang jumlah sepuluh ribu saga tidak ada. Data VI.47 mengandung daya ancam karena secara terang-terangan mengancam Rimang jika ia tidak beritahukan di mana letak emas itu. Pada tuturan VIII.16 menggunakan gaya bahasa hiperbola yang melebih- lebihkan ditunjukkan pada kalimat “…hancur-binasa. ..” makna yang terkandung pada VIII.16 ialah serangan satu gelombang pasukan Arok bisa menghancurkan tempat persembunyian Hayam. Termasuk daya ancam karena serangan itu belum terjadi dan dipertegas lagi dengan kata akan. Pada tuturan IX.21 gaya bahasa yang terkandung adalah gaya bahasa sarkasme yang ditunjukkan dengan kalimat “...tubuhmu tidak akan dibakar, akan kami serahkan pada anjing- anjing pekuwuan…” Maksud dari data tuturan IX.21 ialah Arok tidak menganggap Empu Gandring sebagai seorang yang tidak terhormat jika ia meninggal karena tidak mau mengakui semua kesalahan yang telah ia perbuat karena melakukan perlawanan terhadap Tunggul Ametung. Di masanya, Empu Gandring adalah orang yang terpandang, ia ahli membuat senjata yang sakti dan mendapat gelar Empu atas kemampuannya. Di sini, Arok menganggap Empu Gandring sangat hina. Jika ada orang yang meninggal, mayatnya harus dibakar untuk mencapai nirwana. Bisa disimpulkan jika Arok sangat memandang rendah Empu Gandring dan menganggapnya tidak berharga karena ia menyetarakan Empu Gandring dengan makanan anjing dan Tim anjing kesayangan Empu Gandring yang ia pelihara sejak kecil juga turut serta memakan daging tuannya. Efek perlokusinya ialah Empu Gandring mengakui kesalahannya dengan bukti-bukti yang ada. Daya ancam seperti yang sudah diuraikan di atas adalah kekuatan bahasa yang muncul melalui gaya bahasa sarkasme yang mengandung pesan memberi ancaman kepada lawan tutur. Perhatikan data IX.21 “Baik. Kalau kau bohong, tubuhmu tidak akan dibakar, akan kami serahkan pada anjing-anjing pekuwuan. Dan Tim anjingmu yang telah mati itu, akan datang ik ut menyantap tubuhmu”. Tuturan tersebut secara langsung mengancam mitra tutur agar mengakui kesalahannya dan berkata jujur.

e. Daya Protes