DEDES Daya bahasa dalam gaya bahasa pada novel Arok Dedes karya Pramoedya Ananta Toer.

185

BAB III DEDES

No. Data Konteks Gaya Bahasa Daya Bahasa 1 “Betapa bahagia Yang Mulia, cantik rupawan, berilmu, wanita pertama dan utama di seluruh Tumapel. …” 100 Dituturkan oleh Rimang kepada Ken Dedes yang mencoba memancing percakapan dengan Ken Dedes. Klimaks Puji 2 “… Kasih para dewa nampaknya hanya untuk Yang Mulia seorang. …” 100 Dituturkan oleh Rimang. Apostrof Optimis 3 “… Sangat, sangat banyak yang bahkan mendapat satu macam pun tidak pernah untuk sepanjang hidupnya.” 100 Dituturkan oleh Rimang. Epizeukis Klaim 4 la berdiri dan berjalan lambat-lambat meninggalkan tempat duduk. Dituturkan oleh Rimang. Klimaks ‘Jelas’ informasi 5 Ia telah berikan dirinya kepada pada Tunggul Ametung. Bukankah Akuwu Tumapel tidak lebih baik daripada raksasa Rahwana? Seorang yang tak jauh dari ajaran, hidup dalam ketidaktahuan dan penghinaan terhadap Sang Yama? Dedes berada di taman larangan bersama Rimang. Ia merasa malu dan tersindir. Erotesis ‘Jelas’ informasi 6 “Ah, Yang Mulia, Yang Mulia, betapa Yang Mulia menganiaya diri seperti ini,” 101 Dituturkan oleh Rimang kepada Ken Dedes untuk menghiburnya. Epizeukis Keluh 7 “… Demi Hyang Parwati, katakanlah apa yang sahaya bisa lakukan untuk meringankan dukacita Yang Mulia?” 102 Dituturkan oleh Rimang kepada Ken Dedes untuk menghiburnya. Apostrof Optimis 8 “Tak ada seorang pun di pekuwuan ini dapat dipercaya, Yang Mulia. Hati-hati, waspadalah.” 102 Dituturkan oleh Rimang kepada Ken Dedes saat berada di taman larangan. Tautologi Nasihat 9 “Demi Hyang Dewi Parwati. Tidakkah cukup sumpah sahaya?” 102 Dituturkan oleh Rimang kepada Ken Dedes untuk menghiburnya. Apostrof Keluh 10 “Jangan cemarkan Hyang Parwati di hadapanku.” 103 Dituturkan oleh Ken Dedes kepada Rimang yang mencoba menghiburnya. Apostrof Protes 11 “Berapa kali dalam hidupmu kau pernah bersumpah demi Hyang Parwati?” 103 Dituturkan oleh Ken Dedes kepada Rimang yang mencoba menghiburnya. Apostrof Pinta 12 “... Nanti sebentar lagi kalau Hyang Surya telah terbenam, sahaya akan iringkan Yang Mulia ke pura.” 103 Dituturkan oleh Rimang kepada Ken Dedes untuk menghiburnya. Eponim Persuasi 13 “… Sebaliknya mereka akan berjingkrak gila karena sukacita. ...” 105 Dituturkan oleh Rimang kepada Ken Dedes untuk menghiburnya. Hiperbola Optimis 14 “Betapa pengasih Dewi Parwati. Apa yang sahaya pohon selama ini menjadi kenyataan: Yang Mulia sudi bicara dengan sahaya ini. ….” 105 Dituturkan oleh Rimang kepada Ken Dedes untuk menghiburnya. Apostrof Klaim 15 Orang –orang seperti dia tidak ada harganya untuk dikenal, sekalipun kekayaannya menyentuh langit dan kekuasaannya disokong dan dibenarkan semua dubriksa sepenuh Jagad Pramudita. 106 Dedes teringat akan ajaran ayahnya sejak kecil. Hiperbola ‘Jelas’ informasi 16 Ia gigit dada itu, dan ia rasai keras seperti batu. 110 Dedes ditangkap oleh Tunggul Ametung untuk dijadikan Ken Dedes. Simile ‘Jelas’ informasi 17 Ia meronta dan meronta. 110 Dedes ditangkap oleh Tunggul Ametung untuk dijadikan Ken Dedes. Epizeukis ‘Jelas’ informasi 18 “Anak macam juga anak macan.” 111 Dituturkan Tunggul Ametung ketika ia berhasil membawa Dedes, tetapi ia meronta terus. Sarkasme Cemooh 19 “Mulialah Sri Erlangga Bathara Wisynu, Dituturkan Tunggul Ametung ketika ia Apostrof Puji dengan titahnya semua orang bisa jadi satria atau brahmana demi dharmanya .” 112 berhasil membawa Dedes, tetapi ia meronta terus. 20 “Ayolah, kutuk aku, seperti semua brahmana mengutuk semua orang di luar kastanya. …” 113 Dituturkan Tunggul Ametung ketika ia berhasil membawa Dedes, tetapi ia meronta, mengumpat terus. Simile Klaim 21 “…Akan aku perlihatkan pada dunia: kaum brahmana takkan bisa bikin apa-apa pada waktu seorang brahmani bernama Dedes aku dudukkan di atas singgasana Tumapel. ...” 113 Dituturkan Tunggul Ametung ketika ia berhasil membawa Dedes, tetapi ia meronta, mengumpat terus. Hiperbola Janji 22 “… Dengar, Dedes, Permataku tidak percuma Sri Erlangga mengutuk triwangsa bikinan kaum brahmana. …” 113 Dituturkan Tunggul Ametung ketika ia berhasil membawa Dedes, tetapi ia meronta, mengumpat terus. Apostrof Klaim 23 “… Kumpulkan semua brahmana di atas bumi ini. …” 113 Dituturkan Tunggul Ametung ketika ia berhasil membawa Dedes, tetapi ia meronta, mengumpat terus. Hiperbola Perintah 24 “Barangkali kau tak mengerti ucapanku. Barangkali kau lebih tahu Sansekerta bahasa khayangan itu daripada bahasa orang Tumapel.” 114 Dituturkan Tunggul Ametung ketika ia berhasil membawa Dedes, tetapi ia meronta, mengumpat terus. Sinisme Cemooh 25 “Betapa pongahnya kau seakan pemenang di atas jagad para dewa ini.” 114 Dituturkan oleh Dedes ketika ia diculik oleh Tunggul Ametung. Simile Cemooh 26 “... Mereka menyembah Hyang Wisynu yang pengasih dan pemurah. … Dituturkan Tunggul Ametung ketika ia berhasil membawa Dedes, tetapi ia meronta, mengumpat terus. Apostrof Dogma 27 Dengarkan, Dedes, hanya kaum brahmana hidup dalam mimpi, hidup mereka pun dari kemurahanku. Dituturkan Tunggul Ametung ketika ia berhasil membawa Dedes, tetapi ia meronta, mengumpat terus. Hiperbola Klaim 28 Mereka hanya dongengan untuk bocah- bocah yang tak pernah dewasa.” 114 Dituturkan Tunggul Ametung ketika ia berhasil membawa Dedes, tetapi ia meronta, mengumpat terus. Sinisme Cemooh 29 “Kalian kaum brahmana lebih pongah dalam pikiran, tapi menunduk-nuduk merangkak- rangkak di hadapanku. …” 114 Dituturkan Tunggul Ametung ketika ia berhasil membawa Dedes, tetapi ia meronta, mengumpat terus. Antiklimaks Cemooh 30 Ia lepaskan Dedes dan seperti ditiupkan kekuatan pada dirinya ia lari. 115 Dedes berhasil kabur dari cengkraman Tunggul Ametung. Simile ‘Jelas’ informasi 31 “Lepas, demi Hyang Mahadewa, terkutuklah kau.” 115 Dituturkan Dedes ketika ia tertangkap lagi oleh Tunggul Ametung. Apostrof Ancam 32 “… Hyang Wisynu telah menentukan aku jadi suamimu. …” 116 Dituturkan oleh Tunggul Ametung ketika mendapatkan Ken Dedes kembali di pelukannya setelah sempat kabur. Apostrof Magi 33 Hari itu memang gelap pekat. 117 Menggambarkan suasana saat Ken Dedes sadar dari pingsannya. Hiperbola ‘Jelas’ informasi 34 Waktu bulan tua itu muncul, kuda itu mulai lari lagi, langkahnya menderap berirama. Hutan di kiri kanan jalan berlarian menghilang seperti malu menjadi saksi. 117 Ken Dedes sadar dari pingsannya dan berusaha mengingat. Kemudian kuda itu melanjutkan perjalanannya menuju ke Kutaraja. Simile ‘Jelas’ informasi 35 Angin malam itu tak lagi menggigit kulit dan membekukan darahnya. 118 Untuk kesekian kalinya Dedes pingsan lagi karena kekacauannya. Personifikasi Rangsang 36 “ Para dewa telah berikan dirimu padaku.” Dituturkan oleh Akuwu ketika ia merasa air mata Ken Dedes jatuh menetesi lengannya. Apostrof Nasihat 37 “…Tak pernah ada wanita menantang, melawan, dan menolak Tunggul Ametung … “ Dituturkan oleh Akuwu ketika ia merasa air mata Ken Dedes jatuh menetesi lengannya. Antiklimaks Klaim 38 “... Karena itu kau dipilih lebih daripada Dituturkan oleh Akuwu ketika ia merasa Hiperbola Puji putri-putri Tumapel, Kediri, dan seluruh buana, satu-satunya perawan yang berani menggigit dan mencakar Tunggul Ametung sungguh-sungguh perawan pilih an. …” air mata Ken Dedes jatuh menetesi lengannya. 39 “… Tumpahkan airmatamu, Permata, karena setelah ini takkan dia titik lagi, seluruh kebahagiaan makhluk di atas bumi hanya milikmu.” 119 Dituturkan oleh Akuwu ketika ia merasa air mata Ken Dedes jatuh menetesi lengannya. Hiperbola Optimis 40 “Di luar kau semua hanya sampah di hadapan matamu. …” 119 Dituturkan oleh Akuwu ketika ia merasa air mata Dedes jatuh menetesi lengannya. Sarkasme Cemooh 41 Ia bukan seorang yang dungu, tahu berlemah lembut. Ataukah memang demikian semua penjahat dalam usahanya? Dan mengapa para brahmana, yang menganggap dirinya benar karena sejalan dengan ajaran tunduk takhluk pada Hyang Yama, tidak mampu berbuat sesuatu terhadapnya? Adakah Akuwu Tumapel yang memeluknya benar- benar lebih kuat dari semua dewa sekaligus? Dia telah bicara tentang Muncukunda, cerita dan tafsiran yang diberikan hanya kepada siswa-siswi tingkat cikil dan wasi. Benarkah ia buta huruf dan mengetahui segala hanya dari tangan kedua? 119 Dalam hatinya Dedes berpikir tentang Tunggul Ametung, tidak sesuai dengan apa yang dikatakan ayahnya selama ini. Erotesis ‘Jelas’ informasi 42 “… Segalanya akan dipersembahkan pada Dedes dan kesuciannya dan kemuliaannya. …” 120 Dituturkan oleh Tunggul Ametung kepada Dedes ketika perjalanan menuju pekuwuan. Saat itu Dedes diculik Tunggul Ametung dari desanya di Panawijil. Polisidenton Optimis 43 “… Kau perawan dengan hati memeram Muncukunda ” 120 Dituturkan oleh Tunggul Ametung kepada Dedes ketika perjalanan menuju pekuwuan. Saat itu Dedes diculik Tunggul Ametung dari desanya di Panawijil. Apostrof Klaim 44 “… Tidak percuma para dewa bisikkan padaku setiap kali bersamadhi.” 121 Dituturkan oleh Tunggul Ametung kepada Dedes ketika perjalanan menuju pekuwuan. Saat itu Dedes diculik Tunggul Ametung dari desanya di Panawijil. Apostrof Magi 45 “Bahkan rambutmu kurasai seperti belaian sorga.” 121 Dituturkan oleh Tunggul Ametung kepada Dedes ketika dalam perjalanan menuju ke pekuwuan. Simile Puji 46 Menjelang terbit, Hyang Surya, kuda itu memasuki pekuwuan… 121 Tunggul Ametung sampailah ia di pekuwuan. Eponim ‘Jelas’ informasi 47 Antara dirinya dengan masa lalunya seakan telah tergunting putus. Sejak penculikan itu, ia tidak pernah mendengar kabar dari desanya. Simile ‘Jelas’ informasi 48 Ia diserahkan pada segala yang asing, dan pedandi itu memata-matainya tanpa jera, membanjirinya dengan nasehat tetekbengek. 122 Sejak penculikan itu, ia tidak pernah mendengar kabar dari desanya. Personifikasi ‘Jelas’ informasi 49 “Di sinilah, Yang Mulia, demi Dewi Parwati, demi Hyang Candra, sahaya bersumpah untuk membantu dan bersetia kepada Yang Mulia, hidup sampaipun mati,” 125 Dituturkan oleh Rimang yang menunjukkan letak Hyang Parwati kepada Ken Dedes. Apostrof Sumpah 50 “Kepalamu akan jatuh karena peristiwa ini.” 133 Dituturkan oleh Belakangka kepada Rimang yang menyalahkan Rimang karena Ken Dedes pergi. Eufemisme Ancam 51 “Hyang Parwati telah lindungi Yang Mulia,” bisik Rimang, Dituturkan oleh Rimang kepada Ken Dedes, yang berhasil membuka mata Ken Apostrof Klaim Dedes bahwa ia penguasa Tumapel. 52 “Hyang Mahadewa telah anugerahkan kekuasaan tertinggi di tangan Yang Mulia. Dituturkan oleh Rimang kepada Ken Dedes, yang berhasil membuka mata Ken Dedes bahwa ia penguasa Tumapel. Apostrof Klaim 53 “Pandanglah Rimang yang hina ini. …” 134 Dituturkan oleh Rimang kepada Ken Dedes, yang berhasil membuka mata Ken Dedes bahwa ia penguasa Tumapel. Litotes Pinta 54 Kekuasaan tanpa batas itu terbayang olehnya seperti cakra Hyang Wisynu yang mampu menembus segala. 134 Ken Dedes dan Rimang bersama-sama menyembah Hyang Parwati. Simile ‘Jelas’ informasi 55 Ia tak menyadari buah dadanya sendiri mengerjap seperti buah dada Sang Durga. 135 Ken Dedes sedang menyembah Hyang Durga. Simile Rangsang 56 Dalam kepalanya muncul Banowati, istri Suyudhana, raja Kaurawa. Bekas pacar Arjuna itu pada suatu kali didatangi oleh kekasihnya yang menyuruhnya menerima pinangan Suyudhana. Dia harus jadi Paramesywari raja Kaurawa, untuk kelak dapat membantunya mengalahkan Kaurawa sendiri di medan perang Bhatarayuddha. 136 Ken Dedes sedang menyembah Hyang Durga. Dalam sembahnya ia teringat akan tafsiran yang diberikan kepadanya tentang Banowati. Alegori ‘Jelas’ informasi 57 “Inilah sahaya, ya, Durga, inilah Banowatimu, datang menyerahkan hidup dan mati suamiku padamu.” 136 Dituturkan Ken Dedes ketika ia sedang sembahyang di dalam pura. Zeugma Sumpah 58 “Itulah satria suamiku, ya, Bathari, yang tidak jera-jera memburu wanita, melepas segala kama yang ada dalam dadanya, Dituturkan Ken Dedes ketika ia sedang sembahyang di dalam pura. Simile Cemooh seperti anjing yang tak kenal bapa lagi.” 138 59 Ia rasai tangan Akuwu pindah memeluk pinggangnya yang ramping seperti pinggang lebah. 140 Suaminya datang untuk menjemput Ken Dedes dari pura. Simile Rangsang 60 Ia lihat gelegak darah panas memerahi wajah suaminya. 142 Ken Dedes menagih janji Ametung untuk menemukan ayahnya, Mpu Parwa. Metafora ‘Jelas’ informasi 61 Pada wajahnya tersunting senyum-senyum abadi, senyum Ken Dedes. 143 Rimang melihat Ken Dedes tidur lelap bahagia. Hiperbola Rangsang 62 Tubuh seindah ini, dengan senyum yang sesuci itu, harus diabadikan. Seakan wanita ini bukan seorang Paramesywari tetapi Hyang Laksmi sendiri. 143 Rimang memperhatikan kecantikan Ken Dedes ketika ia tidur. Simile Rangsang 63 Bumi terasa kehilangan kekokohannya, mengombak dalam cahaya bulan tua. Sebuah tiang api melesit dari perut bumi, mengalahkan bulan dan bintang-mintang, sekejap, jauh di barat sana, di balik lereng utara Gunung Kawi. Perut bumi terdengar menggeletar. 144 Gunung Kelud meletus. Personifikasi ‘Jelas’ informasi 64 Seakan telah menjadi seorang brahmani penuh ia mengangkat tangan ke arah mulud Kelud yang menyemburkan kepundan. Ia tahu bumi goncang begini hanya karena marah Bathari Durga yang dipindahkan dari pura. 145 Gunung Kelud meletus. Simile ‘Jelas’ informasi 65 “Hilangkan leluhur itu dari pikiran, dari hati, dari pura, dan dari candi . …” 146 Dituturkan oleh Ken Dedes di hadapan seluruh penduduk setelah selesai berdoa, Apostrof Perintah memohon ampun pada dewata. 66 “… Para dewalah yang sesungguhnya berkuasa, bukan leluhur siapapun. ”146 Dituturkan oleh Ken Dedes di hadapan seluruh penduduk setelah selesai berdoa, memohon ampun pada dewata. Apostrof Deklarasi 67 “… Celakalah yang mendewakan leluhur. …” 146 Dituturkan oleh Ken Dedes di hadapan seluruh penduduk setelah selesai berdoa, memohon ampun pada dewata. Apostrof Ancam 68 Tiang-tiang itu kemudian semakin rendah, kemudian menetap tingginya seperti api yang keluar dari tanur pandai besi. Bumi semakin kurnag meronta. 146 Gunung Kelud meletus. Simile ‘Jelas’ informasi 69 Dalam iringan Rimang dan Dadung Sungging berkerudung kain penutup dingin ia berjalan seperti perawan anak Mpu Parwa dulu di desa sendiri, memeriksa semua bagian pekuwuan. “ 148 Setelah meletusnya gunung Kelud, Ken Dedes beserta Rimang dan Dadung Sungging berkeliling ke desa-desa untuk melihat keadaannya. Simile ‘Jelas’ informasi 70 Ia melangkah cepat seperti wanita petani, tak mengindahkan rambutnya yang buyar berantakan. 148 Setelah meletusnya gunung Kelud, Ken Dedes beserta Rimang dan Dadung Sungging berkeliling ke desa-desa untuk melihat keadaannya. Simile ‘Jelas’ informasi 71 “Diam kau perempuan celaka.” 148 Dituturkan oleh Dalung ketika Ken Dedes sedang berkeliling desa untuk melihat keadaan desa. Saat itu Dalung sedang mengobati seorang anak yang luka tanpa dibius. Sarkasme Cemooh 72 Segala benda angkasa hilang ditelannya. Matari pun tak mampu memunculkan murka. Bahkan nyala damardan kebakaran yang Menggambarkan situasi Tumapel keesokan harinya setelah meletusnya gunung Kelud. Personifikasi ‘Jelas’ informasi belum redup, seakan Hyang Agni sudah jadi rabun tua, dan itu pun kemudian hilang dalam kekelabuan. 150 73 Dan jalan pulang itu terasa sangat, sangat jauh. 150 Ken Dedes kembali pulang ke pekuwuan. Epizeukis ‘Jelas’ informasi 74 Selama tiga hari kabut debu merajalela. Semua yang tergelar di atas bumi terselaputi olehnya. Waktu matari mulai kelihatan lagi, hanya pasir lembut itu juga yang nampak kelabu. Murak sang Kelud telah reda. Angin silir meniup ke dalam hati semua kawula Tumapel. 151 Situasi di Tumapel pasca Kelud meletus 3 hari yang lalu. Personifikasi ‘Jelas’ informasi 75 “Ampun, brahmana terkutuk itu tidak ada di tempat.” 153 Dituturkan oleh Belakangka saat melaporkan keberadaan Lohgawe kepada Ametung. Sarkasme Cemooh 76 Tungggul Ametung melambaikan tangan menyuruh semua pergi kecuali dokter dan pembantunya dan Paramesywari. 155 Tunggul Ametung sedang dalam perawatan Dalung akibat cedera yang dialami. Polisidenton ‘Jelas’ informasi 77 Tunggul Ametung bermandi keringat, meringis dan merongos, mengerutkan gigi dan kening, dan kemudian jatuh pingsan. 156 Tunggul Ametung kesakitan ketika diobati oleh Dalung. Kakinya patah. Klimaks Rangsang 78 “Pergilah kau, anjing pembikin sakit” 156 Dituturkan Ametung kepada Dalung ketika sadar dari pingsannya. Sarkasme Cemooh 79 “Terimakasih banyak, ya, Dalung, semoga dikaruniai kau kesejahteraan oleh Hyang Kuwera.” 156 Dituturkan oleh Ken Dedes kepada Dalung seusai mengobati Akuwu. Apostrof Harap 80 “Kelud menghalangi, Permataku.” 157 Dituturkan oleh Tunggul Ametung ketika Metonimia Klaim Ken Dedes menanyakan soal keberadaan ayahnya, Empu Parwa. 81 “Para dewa belum membenarkan.” 157 Dituturkan oleh Tunggul Ametung ketika Ken Dedes menanyakan soal keberadaan ayahnya, Empu Parwa. Apostrof Klaim 82 “Barangsiapa tidak terlalu muda untuk jadi Paramesywari, diapun cukup tua untuk mengetahui urusan negeri.” 158 Dituturkan oleh oleh Ken Dedes ketika ia meminta kepada Tunggul Ametung untuk mengetahui urusan negeri. Antitesis Nasihat 83 “Anak desa yang nakal itu. Sebentar lagi akan lenyap bersama dengan debu Kelud. ..”159 Dituturkan oleh Tunggul Ametung ketika istrinya menanyakan soal perusuh. Sinisme Harap 84 Pandita negeri itu tak boleh lebih lama berusaha menindas, memaksa, seakan ia hanya hambanya belaka. 162 Ken Dedes bersumpah demi Trisula Bathara Guru dan cakrawatinya, Belakangka harus takhluk kepadanya. Simile ‘Jelas’ informasi 196

BAB IV TEKAD KAUM BRAHMANA