Koordinasi pembinaan pengawasan usaha, mencakup: Pembangunan kabel laut 20 kV sepanjang 62,98 kms di kepulauan seribu Dukungan Infrastruktur Ketenagalistrikan Pendukung Kawasan

RENSTRA KESDM 2015-2019 127 Tabel III-4 Harga Patokan Tertinggi Pembelian Tenaga Listrik • Membentuk Unit Pelaksana Program Pembangunan Ketenagalistrikan Nasional UP3KN untuk mengontrol dan mengendalikan pembangunan pembangkit listrik agar sesuai rencana de-bottlenecking. • Pelayanan Terpadu Satu Pintu PTSP dengan menunjuk Eselon I KESDM sebagai koordinator dan menugaskan 5 PNS KESDM di Badan Koordinasi Penanaman Modal cq PTSP melalui Kepmen ESDM No. 4270 K70MEM2014 tentang PNS dipekerjakan pada BKPM.

4. Koordinasi pembinaan pengawasan usaha, mencakup:

• Penyelesaian permasalahan lahan  Koordinasi yang lebih intensif dengan instansi terkait a.l. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Kementerian Perhubungan, Kementerian Dalam Negeri, Pemerintah Daerah, BPN, dan pendekatan kepada masyarakat untuk negosiasi harga. Menteri ESDM telah menerbitkan 2 Peraturan Menteri terkait penggunaan tanah, baik secara langsung maupun tidak langsung, yaitu Permen ESDM No. 38 Tahun 2013 tentang Kompensasi Atas Tanah, Bangunan dan Tanaman di bawah Ruang Bebas SUTETSUTT dan Kepmen ESDM No. 2186.K2014 tentang Penugasan Khusus Kepada PT PLN Persero Dalam Rangka Mempercepat Proses Pengadaan Tanah Untuk Penyediaan Tenaga Listrik; dan • Perizinan  koordinasi dalam rangka penyederhanaan perizinan yang bukan kewenangan KESDM.

5. Pembangunan kabel laut 20 kV sepanjang 62,98 kms di kepulauan seribu

dengan pendanaan APBN dan diperkirakan selesai tahun 2017.

6. Dukungan Infrastruktur Ketenagalistrikan Pendukung Kawasan

Ekonomi Khusus KEK. Pembangunan Infrastruktur ketenagalistrikan seperti pembangkit, transmisi dan distribusi secara nasional mendukung pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus KEK. BAB TIG A RENSTRA KESDM 2015-2019 128 KEBIJAKAN-4: DIVERSIFIKASI ENERGI Kebijakan ini dilakukan mengingat energi fosil mulai menurun produktifitasnya dan potensi energi terbarukan sangat besar namun memerlukan kebijakan khusus agar lebih bisa bersaing dengan energi fosil. Kebijakan diversifikasi, mencakup antara lain: • Perecepatan penyediaan dan pemanfaatan berbagai jenis sumber energi baru dan terbarukan. • Pengembangan energi dengan mengutamakan sumber daya energi setempat. • Pengembangan energi nuklir dimanfaatkan dengan mempertimbangkan keamanan pasokan energi nasional dalam skala besar, mengurangi emisi karbon dan tetap mendahulukan potensi energi baru dan terbarukan sesuai nilai keekonomiannya, serta mempertimbangkan sebagai pilihan terakhir dengan faktor keselematan secara ketat. • Pemanfaatan energi terbarukan dari jenis energi, air, panas bumi, arus laut dan angin diarahkan untuk ketenagalistrikan. • Pemanfaatan BBN diarahkan untuk menggantikan BBM terutama untuk transportasi dan industri serta dilakukan dengan tetap menjaga ketahanan pangan. • Pemanfaatan sumber energi laut didorong dengan membangun percontohan sebagai langkah awal yang tersambung ke jaringan listrik. Panas bumi Strategi dan rencana aksi tahun 2015-2019 dalam rangka mendukung kebijakan diversifikasi energi, terkait panas bumi, antara lain: 1. Pembangunan PLTP dengan kapasitas dan rencana on-stream, sebagai berikut: Rencana aksi Satuan 2015 2016 2017 2018 2019 Pembangunan PLTP MW 35 274 264 634 585 Kapasitas terpasang PLTP MW 1.439 1.713 1.976 2.610 3.195 Catatan: Kapasitas terpasang PLTP tahun 2014 sebesar 1.403,5 MW Adapun PLTP yang termasuk dalam Program 10.000 MW Tahap II sebesar 4.855 MW yang terdiri dari 51 proyek, sebagaimana Perpres Nomor 4 Tahun 2010 dan Permen ESDM Nomor 32 Tahun 2014, dengan rincian: • Lapangan Eksisting yang Sudah Berproduksi : 405 MW • Lapangan Eksisting yang Belum Berproduksi : 1.520 MW • WKP Baru : 2.930 MW RENSTRA KESDM 2015-2019 129

2. Fasilitasi penyelesaian proyek PLTP, dengan kapasitas rencana on stream, sebagai berikut: