Menyelesaikan pembangunan LNG terminal, antara lain: Menyelesaikan pembangunan pipa transmisi gas, antara lain:

RENSTRA KESDM 2015-2019 118 Berdasarkan Permen ESDM Nomor 3 Tahun 2010 tentang Alokasi dan Pemanfaatan Gas Bumi untuk Pemenuhan Kebutuhan dalam Negeri, pemanfaatan gas bumi diprioritaskan untuk kebutuhan dalam negeri dengan tetap mempertimbangkan keekonomian pengembangan lapangan. Strategi dan rencana aksi tahun 2015-2019 dalam rangka mendukung kebijakan peningkatan alokasi energi domestik, terkait gas bumi, antara lain:

1. Menyelesaikan pembangunan LNG terminal, antara lain:

Rencana aksi 2015 2016 2017 2018 2019 Receiving terminal Arun Pertamina LNG South Sulawesi SSLNG LNG Donggi Senoro DS LNG Receiving terminal Banten EDK FSRU Jawa Tengah Pertamina LNG Masela Inpex LNG Tangguh Train-3 BP

2. Menyelesaikan pembangunan pipa transmisi gas, antara lain:

Rencana aksi 2015 2016 2017 2018 2019 Pipa Arun-Belawan Pertamina Pipa Kepodang-Tambak Lorok Bakrie Pipa Muara Karang-Muara Tawar-Tegal Gede Pipa Gresik-Semarang Pertagas 3. Menyiapkan Peraturan Presiden tentang Tata Kelola Gas Bumi. 4. Menyiapkan Peraturan Menteri ESDM terkait Teknis Persetujuan Alokasi dan Harga Gas. 5. Pemuktahiran Neraca Gas Bumi Nasional yang mencakup supply demand gas bumi Indonesia jangka panjang. BATUBARA. Untuk mengupayakan keamanan pasokan batubara dalam negeri, pemerintah menetapkan kebijakan DMO batubara. Kebijakan DMO batubara merupakan kebijakan bagi produsen batubara untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, Undang-Undang No. 30 Tahun 2007 tentang Energi, mengamanatkan terjaminnya ketahanan energi nasional melalui kewajiban Pemerintah untuk menyediakan cadangan penyangga energi. Dari kajian yang dilaksanakan diketahui, bahwa kebijakan DMO batubara sangat diperlukan untuk menjamin ketahanan energi nasional. Berdasarkan Pasal 5 ayat 2 s.d. 5 UU No. 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara, Pemerintah wajib melaksanakan pengendalian produksi dan ekspor untuk kepentingan nasional. Pemerintah juga berwewenang menetapkan produksi tiap-tiap komoditas batubara dan mineral per tahun untuk setiap provinsi, yang wajib ditaati oleh Pemerintah Daerah. Pada dasarnya perusahaan pertambangan batubara harus mendukung keamanan pasokan batubara untuk dalam negeri, dengan cara menjual batubara yang diproduksi kepada pemakai batubara dalam negeri sesuai dengan yang dibutuhkan. Sebagai contoh adalah rencana kebutuhan DMO RENSTRA KESDM 2015-2019 119 batubara tahun 2014 sebesar 95,5 juta ton lalu dibagikan secara proporsional kepada perusahaan batubara nasional. Perusahaan pertambangan batubara dapat menjual batubara yang diproduksikannya ke luar negeri, apabila kebutuhan batubara dalam negeri telah terpenuhi. Konsekuensi dari hal ini adalah: a Harus ditetapkan besarnya kebutuhan batubara dalam negeri; dan b Harus ditetapkan Persentase Minimal Penjualan Batubara Dalam Negeri PMPBDN atas produksi batubara dari perusahaan pertambangan batubara. Besarnya kebutuhan batubara dalam negeri dan PMPBDN merupakan suatu besaran yang dinamis dan dapat berubah setiap waktu. Kedua hal ini harus dihitung dan ditetapkan Pemerintah, misalnya sekali dalam setahun. Penentuan besarnya kebutuhan batubara ditentukan secara bersama oleh Menteri ESDM c.q. Direktur Jenderal Mineral dan Batubara Dirjen Minerba; Menteri Perindustrian; Asosiasi industri pemakai batubara; Asosiasi perusahaan produsen batubara; dan Asosiasi perusahaan niaga trader batubara. Penetapan PMPBDN dilakukan oleh Menteri ESDM c.q. Dirjen Minerba pada setiap bulan Juni tahun berjalan, yang digunakan sebagai patokan penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Biaya RKAB perusahaan pertambangan batubara pada tahun selanjutnya, dan RKAB dari perusahaan pertambangan batubara harus memenuhi PMPBDN yang ditetapkan. Untuk mendukung kebijakan DMO, diperlukan langkah untuk mendorong pembangunan dan penyebaran keberadaan infrastruktur batubara. Potensi cadangan batubara yang berlimpah di Indonesia khususnya di Kalimantan dan Sumatera harus didukung oleh keberadaan infrastruktur pendukung pemanfaatan batubara antara lain pelabuhan pengapalan batubara, jalur transportasi darat, kereta api dan jalur jalan, dan areal penyimpanan batubara coal stockpile. Pembangunan sarana infrastruktur ini akan memudahkan kepada pemegang IUP dan konsumen batubara dalam menjalankan penyediaan energi batubara dan akan mengurangi biaya transportasi bagi kedua belah pihak. Implementasi realisasi kewajiban penyediaan DMO batubara harus diawasi oleh Ditjen Minerba sehingga dapat mencapai realisasi 100 sesuai yang ditetapkan dalam Kepmen ESDM tentang Penetapan DMO Batubara setiap tahunnya. Peningkatan tonase dan persentase DMO batubara sejalan dengan kebijakan peningkatan alokasi energi domestik. Penurunan ekspor batubara merupakan konsekuensi dari pengendalian produksi batubara dan peningkatan DMO batubara sehingga memberikan manfaat batubara yang lebih besar bagi Indonesia. Penyusunan neraca batubara penting untuk memberikan postur cadangan dan tingkat produksi batubara sehingga dapat memberikan keyakinan bagi Ditjen Minerba untuk meningkatkan eksplorasi, pengendalian produksi dan ekspor, serta DMO batubara. BAB TIG A RENSTRA KESDM 2015-2019 120 Strategi dan rencana aksi tahun 2015-2019 dalam rangka mendukung kebijakan peningkatan alokasi energi domestik, terkait batubara, antara lain:

1. Rencana peningkatan penerapan DMO batubara rata-rata sekitar 27