Peningkatan Nilai Tambah Mineral

RENSTRA KESDM 2015-2019 28

11. Peningkatan Nilai Tambah Mineral

Salah satu amanat Undang-undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara UU Minerba adalah peningkatan nilai tambah mineral dan batubara. Berdasarkan Pasal 103 dan 170 UU Minerba, mineral wajib ditingkatkan nilai tambahnya melalui pengolahan dan pemurnian mineral di dalam negeri. Kewajiban peningkatan nilai tambah mineral tersebut, khususnya untuk pemegang IUP dan IUPK Operasi Produksi, diatur dalam Peraturan Menteri ESDM Nomor 7 Tahun 2012 tentang Peningkatan Nilai Tambah Mineral melalui Kegiatan Pengolahan dan Pemurnian Mineral di Dalam Negeri, yang telah dicabut dan diganti dengan Permen ESDM Nomor 1 Tahun 2014. Sebelum diberlakukannya Permen tersebut, terjadi peningkatan ekspor secara besar-besaran selama tahun 2008-2011 karena belum dilakukannya pengaturan tata niaga ekspor terhadap komoditas mineral dalam bentuk ore raw material untuk beberapa komoditas pertambangan seperti bijih nikel meningkat 8 kali lipat, bijih besi dan pasir besi meningkat 7 kali lipat, bijih tembaga meningkat 11 kali lipat, dan bijih bauksit meningkat 5 kali lipat. Gambar I-21 Lonjakan Ekspor Mineral Mentah Sementara itu, pemegang Kontrak Karya yang sudah berproduksi, wajib melakukan pemurnian sebagaimana dimaksud Pasal 103 ayat 1 UU Nomor 42009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara, selambat- lambatnya 5 tahun sejak Undang-Undang berlaku. Untuk menindaklanjuti hal tersebut, maka pada tanggal 11 Januari 2014 ditetapkan Peraturan Pemerintah Nomor 12014 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Pemerintah Nomor 232010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara dan Permen ESDM RENSTRA KESDM 2015-2019 29 Nomor 12014 tentang Peningkatan Nilai Tambah Mineral Melalui Kegiatan Pengolahan dan Pemurnian Mineral di Dalam Negeri. Dalam PP Nomor 12014 tersebut, diatur bahwa sejak tanggal 12 Januari 2014, Pemegang IUP Operasi Produksi dan KK dilarang melakukan penjualan bijih raw materialore ke luar negeri harus dalam bentuk olahan atau pemurnian. Sementara pada aturan pelaksananya yaitu Permen ESDM Nomor 12014, diatur bahwa Pemegang KK dan IUP Operasi Produksi OP Mineral Logam setelah jangka waktu 3 tahun sejak Permen tersebut diundangkan, hanya dapat melakukan penjualan ke luar negeri hasil produksi yang telah dilakukan pemurnian sesuai batasan minimum pemurnian. Tabel I-11 Rencana dan Perkembangan Pembangunan Fasilitas Pengolahan dan Pemurnian Mineral Kewajiban peningkatan nilai tambah ini, mendorong pembangunan pabrik pengolahan dan pemurnian mineral smelter di dalam negeri sehingga mineral yang dihasilkan oleh perusahaan pertambangan mineral dapat diolah dan dimurnikan di dalam negeri. Sampai saat ini telah terdapat 66 rencana pembangunan fasilitas pengolahan dan pemurnian dari berbagai komoditas mineral dengan total rencana investasi sebesar US 17,4 miliar. Adapun realisasi investasi hingga saat ini masih sebesar US 6 milliar.

12. Renegosiasi Kontrak Pertambangan